Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat


Punya obsesi itu bagus, tapi tidak dengan obsesif. Berhubungan dengan penundaan kenikmata, yang bisa mengendalikan obsesinya (tidak obsesif), lebih bisa menunda kenikmatan sesaat. Puasa adalah cara mengajari kita menunda kenikmatan sesaat, karena pendundaan ini bermanfaat untuk kehidupan kita kelak.

Pernah tahu eksperimen marshmallow?

Sebuah eksperimen terkenal pernah dilakukan oleh Walter Mischel, seorang psikolog dari Yale University. Mischel mengumpulkan beberapa anak dalam ruangan eksperimen. Di depan mereka, diletakkan berkota-kota marshmallow. Anak-anak ini dijanjikan akan mendapatkan marshmallow yang lebih banyak jika dapat menunda keinginan untuk makan marshmallow dalam 3o menit. Setelah itu, anak-anak tersebut ditingal.

Tanpa sepengetahuan anak-anak tersebut, mereka diamati. Ternyata ada beberapa anak yang tidak mampu menunda untuk makan marshmallow di depan mereka, sedangkan sebagian yang lain dapat menundanya. Di akhir, anak-anak yang mampu menunda memakan marhsmallow, mendapatkan marshmallow lebih banyak.

Tidak hanya sampai di situ, penelitian ini terus berlanjut dengan mengamati perkembangan anak-anak tersebut sampai 14 tahun kemudian. Ketika memasuki masa dewasa, terdapat perbedaan dalam hal studi dan karier mereka. Anak-anak yang mampu menunda lebih berhasil dalam studi dibanding anak-anak yang tidak mamu menunda sama sekali. Bahkan nilai ujian tulis dari anak-anak yang mampu menunda kenikmatan, 210 poin lebih tinggi dari anak-anak yang tidak mampu menunda kenikmatan. Selain itu, anak-anak yang mampu menunda kenikmatan lebih menunjukkan sifat yang positif, misalnya lebih optimis, kompeten, tidak iri hati, serta lebih mandiri.

Tidak mudah bagi setiap orangtua bisa mengajari anak untuk menunda kenikmatan sesaat. Bahkan tanpa disadari, kadang orangtualah yang membuat anak tidak bisa menunda kenikmatan. Misalnya saja orangtua yang menunda memberikan atau melakukan sesuatu untuk anak. Mungkin si orangtua mengatakan, “Nanti saja sehabis makan. Yuk makan dulu!”. Ternyata, setelah makan, orangtua tidak menepati janjinya. Jika ini intens dilakukan, maka anak akan sulit percaya dengan penundaan yang kita katakan. Hal ini membuat anak terus merengek, terus meminta, tanpa mau menunggu. Baca juga artikel “Pentingnya Menepati Janji kepada Anak“.

Jangan berkecil hati jika anak terlanjur sulit menunda kenikmatan sesaat. Ada moment berharga yang bisa dijadikan sarana bagi anak untuk belajar menunda kenikmatan sesaat, yaitu puasa. Bahkan puasa tidak hanya mengajari anak-anak, orang dewasapun juga belajar menunda kenikmatan sesaat. Misalnya saja moment Bulan Ramadhan. Kewajiban berpuasa bisa menjadikan kita belajar menundak kenikmatan. Anak-anak juga bisa dilatih untuk melakukan puasa, karena puasa tidak hanya melatih kesabaran dan tanggungjawab, tetapi juga melatih menunda kenikmatan sesaat. Kita dilatih untuk tidak makan dan minum sebelum waktunya, bahkan ketika ada banyak minuman segar dan makanan lezat terhidang di meja. Mirip dengan eksperimen marshmallow kan?

Karena itu, berbahagialah bagi yang dapat memanfaatkan momentum puasa dengan sebaik-baiknya. Semoga kita menjadi orang yang selalu diberi kesempatan untuk menjalani puasa dengan lebih baik dan lebih baik lagi.

Bagaimana menurutmu?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *