Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?

Februari 27, 2016 . by . in Parenting . 0 Comments

Berbicara masalah pengasuhan, pasti banyak hal kompleks yang menarik dibahas. Pasti banyak persoalan yang perlu diatasi. Dan topik yang paling menarik dan familiar adalah tentang gaya mengasuh. Secara sederhana, bisa saja kita bedakan antara yang keras dan yang longgar. Seperti apa itu?

Di banyak pertemuan, baik yang dikemas dalam talkshow maupun seminar pengasuhan, saya selalu bilang bahwa setiap orang tua pasti selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi anaknya. Sampai sini, tidak ada yang salah, sampai ada ilmu tentang pengasuhan yang memberikan penilaian. Dan tentu saja tidak selalu dihakimi dengan istilah benar dan salah, tetapi boleh disebut dengan baik dan tidak baik atau ideal dan belum ideal.

Karena setia porangtua selalu mengupakan yang terbaik bagi anaknya, maka setiap gaya mengasuh yang diterapkan orangtua, pastilah sebgai wujud untuk memberikan yang terbaik. Pengasuhan itu ditujukan agar anaknya menjadi seperti yang diharapkan orangtuanya. Apakah harapan orangtuanya baik? Tunggu dulu. Sejauh didasarkan pada penilaian orangtua itu sendiri, pastilah itu yang baik. Namun lagi-lagi, dengan adanya ilmu tentang pengasuhan, maka orangtua jadi mulai belajar dan mulai dihinggali keraguan dengan pertanyaan, apakah yang sudah aku lakukan ini benar untuk anakku?

Nah, pertanyaan di akhir paragraf di atas, jika berhenti sampai pada “Apakah yang sudah aku lakukan ini benar?”, memang lebih mudah dijawab. Artinya, jika pertanyaan ini adalah bentuk kebutuhan akan saran pengasuhan, kita tinggal tanya ahli pengasuhan atau membaca buku parenting. Anggap saja persoalan selesai, karena yang kita butuhkan hanya justifikasi atas pertanyaan “Apakah yang sudah aku lakukan ini benar?”.

Namun akan sangat berbeda jika pertanyaannya lebih panjang, yaitu “Apakah yang sudah aku lakukan ini benar untuk anakku?”, barulah butuh jawaban yang lebih kompleks dan kontekstual.

Setiap anak itu unik. Keunikan ini yang kemudian menjadi dasar kecocokan, apakah ia sesuai diasuh dengan pola tertentu tetapi tidak pas dengan pola yang lain. Ok, jika kita hanya berbicara tentang kecocokan, maka untuk lebih mudahnya, gaya pengasuhan hanya kita gunakan sebagai contoh utuk memudahkan. Anggaplah gaya pengasuhan cuma ada dua, yang keras dan yang longgar.

Pertanyaan dasar yang sering muncul, “Sebagai orangtua, apakah saya harus keras atau longgar?”. Ini sebuah pertanyaan yang aplikatif untuk pengasuhan, karena orangtua butuh saran untuk itu. Tapi jika disandingkan dengan pertanyaan “Apakah yang sudah aku lakukan ini benar untuk anakku?”, maka setiap orangtua harus mengenali keunikan anaknya.

Anda pilih mana, pola pengasuhan ketat atau pola pengasuhan longgar? (foto: psikologid.com)

Anda pilih mana, pola pengasuhan ketat atau pola pengasuhan longgar? (foto: psikologid.com)

Anggaplah, orangtua yang paling tahu karakteristik anaknya masing-masing. Berdasarkan pada penyederhanaan gaya pengasuhan, yaitu keras atau ketat dan longgar, maka akan ada dua macam cara orangtua mengasuh, yaitu ketat dan longgar.

Kembali ke pertanyaan tentang pilihan orangtua “Apakah saya harus ketat atau longgar?”. Ok, berkenaan dengan dua model ini, maka anggaplah ada dua macam anak berdasar kecocokannya, yaitu ada anak yang pas dengan gaya pengasuhan ketat dan ada anak yang lebih cocok dengan gaya pengasuhan longgar. Anggap saja anak yang pertama lebih teratur, rapi, terarah dan terencana. Sedangkan anak yang kedua lebih spontan, fleksibel, dan mudah berubah sesuai keinginan.

Yang lebih sering dipilih oleh orangtua adalah berlawanan dengan gaya anaknya. Secara sederhana, orangtua berpikir, jika anaknya spontan, fleksibel dan mudah berubah sesuai keinginan, maka ia harus diketatkan atau didisiplinkan. Kadang pilihan ini didasarkan pada justifikasi bahwa anak yang spontan, fleksibel dan mudah berubah, sebagai anak yang tidak disiplin. Sebaliknya, jika anak teratur, rapi, terarah dan terencana maka anak harus dibikin menjadi lebih lentur. Hal ini didasarkan pada justifikasi bahwa anak yang teratur, rapi, terarah dan terencana sebagai anak yang kaku. Tapi pola yang kedua memang sangat jarang terjadi.

Berbicara tentang kesesuaian gaya pengasuhan, seharusnya ketika karakteristik si anak sudah dikenali, maka dengan gaya seperti itulah kita akan masuk ke dunianya. Akan lebih mudah mendidik anak dengan gayanya. Bukan  berarti mendidik anak dengan gaya longgar akan menjadikan anak tidak disiplin. Justru dengan gaya yang lebih rileks kita bisa menanamkan kedisiplinan. Bukankah kita mengenal namanya motivasi dan tanggungjawab internal?. Dengan gaya santai itu kita menumbukan motivasi dan tanggungjawab dalam diri anak. Sebaliknya, jika anak memang cocok dengan gaya yang teratur dan terarah, maka orangtua juga akan masuk ke dunia anak lewat keteraturan, kerapian, keterarahan dan keterencanaan.

Dengan demikian, pemilihan gaya ketat maupun longgar, seharusnya tidak menghilangkan keunikan anak kita. Karena sebenarnya orangtua lebih sering tidak menyadari tentang ketepatan atau ketidaktepatan pilihannya. Toh, dengan gaya yang diterapkan oleh orangtua, anak bisa saja menjadi sesuai yang direncanakan orangtuanya. Dengan begitu, orangtua bisa bilang, “Tuh kan, benar gaya pengasuhan yang aku lakukan”.

Ingat, anak bisa saja menjadi sesuatu sesuai arahan kita, tanpa protes. Namun sebenarnya, secara alamiah, dia bisa menjadi berbagai hal yang merupakan pilihannya. Tapi karena kita merasa bahwa apa yang kita lakukan telah membuahkan hasilnya, maka kita sudah merasa itulah yang paling benar. Padahal, dengan menggunakan gradasi antara yang ideal dan belum ideal, pilihan tersebut masih memungkinkan mencapai hasil yang lebih Tapi ya begitulah sifat dari pilihan. Ketika pilihan A diambil, maka sebenarnya kita tidak pernah merasakan pilihan B. Berarti akan sulit membandingkan efek antara A dan B, karena B sendiri belum pernah menjadi pilihan kita.

Karena itu itu, bijaklah dalam menerapkan pengasuhan kepada anak kita. Kenali karakteristik dan keunikannya. Masuklah ke dunia mereka melalui karakteristik dan keunikannya tersebut.

Apakah buah hati Ayah, Bunda, Kakak lebih cocok dengan pola pengasuhan ketat atau pola pengasuhan yang longgar?

Tag: ,

Artikel tentang Parenting Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>