Manusia punya emosi yang kompleks. Senang, sedih, takut, dan lain-lain, saling berpadu, saling beradu. Kompleksitas emosi ini digambarkan dengan cantik dalam Film Inside Out, hingga menjadi pelajaran untuk kehidupan kita. Simak yuk!
Sudah nonton Film Inside Out? Pasti sudah pada nonton ya?
Inside Out adalah film drama komedi petualangan. Wow, sebuah genre yang tak biasa ya kedengarannya? Ya, seperti halnya filmnya, Inside Out memang tak biasa.
Ok, saya berikan sekilas deh ceritanya. Inside Out bercerita tentang Riley, anak perempuan berusia 11 tahun yang memiliki berbagai emosi dalam tubuhnya. Ada 5 wujud emosi dalam diri Riley, yaitu Joy (bahagia), Fear (takut), Anger (marah), Disgust (jijik) dan Sadness (sedih). 5 emosi tersebut tinggal di Headquartes, yaitu sebuah pusat kendali pikiran yang membimbing Riley dalam kehidupannya. Keadaan berubah ketika Riley harus pindah ke San Fransisco. Headquartes menjadi kacau ketika Riley harus beradaptasi dengan kehidupan di kota baru tersebut. Joy berusaha untuk tetap optimis. Kelima emosi mencari cara terbaik untuk Riley dalam menghadapi kehidupan kota, rumah, sekolah dan lingkungan baru.
Film ini memang bercerita tentang ‘dunia dalam’ pada diri Riley. Tokoh utama di dunia nyata adalah Riley, sedangkan tokoh utama di ‘dunia dalam’ adalah Joy (kebahagiaan). Film dari yang direlease oleh Walt Disney ini memang menceritakan ‘dunia dalam’ secara cantik. ‘Dunia dalam’ digambarkan sebagai kompleksitas emosi ketika seseorang (dalam hal ini Riley) bersentuhan dengan realita. Untuk sebuah moment adaptasi (saja), seluruh emosi bekerja, berpadu dan beradu. Dengan kata lain, untuk secuil bagian dari kehidupan, emosi kita sebegitu kompleksnya, bagaimana kejadiannya dalam keseluruhan babak kehidupan? Bisa dibayangkan ‘wow’-nya.
Karena banyak mengulik ‘dunia dalam’, maka proses adaptasi dari tokoh utama (Riley) menjadi seperti tidak utuh. Film yang ditulis oleh Pete Docter dan Ronnie del Carmen ini berasa begitu singkat di ‘dunia luar’ diri Riley, tetapi begitu kompleks, panjang, dan luasnya kejadian di ‘dunia dalam’ diri Riley. Sebenarnya akan lebih asik jika keduanya tetap dibuat utuh, meskipun tidak selalu dengan porsi yang sama. Artinya, kisah tentang adaptasinya tetap memiliki alur yang khas Pixar Animation Studios, yaitu: 1) Ones upon a time, there was… 2) Every day,… 3) One day,… 4) Because of that,… 5) Because of that,… 6) Until finally… Jadi tidak hanya dunia dalamnya yang utuh mengikuti formula itu.
Tapi tulisan ini tidak sedang menganalisis film Inside Out atau membuat resensi. Kali ini akan aku bahas tentang 6 pelajaran utama tentang kompleksitas emosi yang ada di film Inside Out.
1. Senang adalah naluriah
Karena senang adalah naluriah, maka perasaan itu adalah yang utama. Itulah takdir kita, diciptaan dalam kondisi terbaik dan selalu punya jalan untuk bahagia.
2. Kadang kebahagiaan tak mengerti kenapa tangis kesedihan bisa mengundangnya untuk kembali
Tentu kita tahu kompleksitas tangisan saat sedih maupun saat senang. Tapi yang jelas, menangis bisa mengurai emosi, melepaskan (release) ketegangan.
3. Kebahagiaan yang terlampau diupayakan akan menjadi kesedihan
Ketika bahagia menjadi tujuan, maka bahagia itu tidak menjagi bagian dari perjalanan, tidak menenami saat kita berproses mengarungi kehidupan. Kadang kita menjadi lelah mengerahkan tenaga untuk menjadi bahagia. Kita lupa bahwa takdir kita adalah bahagia. Proses itu sendiri harusnya menjadi bagian dari kebahagiaan, tidak selalu terpaku ke tujuan. Untuk pelajaran yang ketiga ini, aku teringat dengan tulisan di rudicahyo.com yang berjudul “Now and Here, Cita-Cita yang Tak Sampai”.
4. Kesedihan itu sangat berarti agar kebahagiaan menjadi memiliki nilai
Tak perlu meratapi kesedihan, karena sedih itu sendiri adalah bagian dari warna rasa. Dengan sedih itu, kita bisa merasakan bahagia. Karena tanpa pembanding, satu perasaan menjadi hampa.
5. Ujung dari menyatunya rasa adalah cinta
Ketika kita memberlakukan setiap perasaan sebagai karunia, maka kesedihan, kebahagiaan, ketakutan dll., akan larut menyatu menjadi cinta. Ini soal menjalani sesuatu apa adanya dengan rasa syukur. Jika kita kita lakukan, maka hadirlah rasa cinta. Bolehlah dicontohkan sebagai passion yg melingkupi segenap aktivitas kita.
6. Energi untuk bahan bakar saat ini adalah kenangan masa lalu dan imajinasi akan masa depan.
Masa lalu meninggalkan kenangan yang menyumbangkan makna. Baik kesenangan atau kesedihan, masa lalu adalah pelajaran. Masa depan menarik kita dengan kekuatan cita-cita yang kita bayangkan di hari kemudian. Keduanya berpadu menjadi tanaga penggerak kehidupan. Ya, hidup di hari ini.
Semoga kita bisa keluar untuk masuk kedalam jati diri, #InsideOut.
Kalau Kamu, apa yang bisa Kamu dapatkan dari Film Inside Out?
3 responses to “6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out”
[…] 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out […]
makasih om… 🙂
Sama-sama, Mas Aryo