Penanganan persoalan psikologis membutuhkan usaha yang berbeda, tergantung tingkat kerumitannya. Bagaimana level kerumitan persoalan psikologis?
Sedang mengerjakan mengisi form evaluasi untuk Fakultas, datang seorang mahasiswa Magister Profesi bimbingan praktikum. Sejenak mengisi form self evaluation dihentikan dan fokusnya beralih ke konsultasi.
Mahasiswa diminta untuk praktikum di beberapa tempat, yaitu di Kampus Psikologi, SMP dan SMA. Karena baru awal memilih kasus, maka mahasiswa butuh pertimbangan dalam memilih kasus. Di tengah memperbincangkan berbagai pertimbangan, kami membahas tingkat kerumitan persoalan psikologis sebagai salah satu pertimbangan.
Dari hasil diskusi, muncullah beberapa level kerumitan persoalan psikologis yang kemudian berdampak pada tingkat kesulitan penangannya. Apa saja level kerumitan persoalan psikologis tersebut?
Level 1: Merasa diri bermasalah, tetapi tidak tahu masalahnya
Level yang paling sulit adalah yang pertama ini. Persoalan hanya bisa dirasakan, tetapi tidak bisa diidentifikasi, termasuk tidak diketahui penyebabnya. Psikolog atau pendamping harus membantu dalam menemukan persosalan dan penyebabnya.
Level 2: Mengetahui apa persoalan yang terjadi, tetapi diri mengingkari
Di level 2, seseorang mengetahui apa persoalan yang menimpa dirinya, sehingga lebih mudah ditelusuri penyebabnya. Namun, orang tersebut mengingkarinya. Dia melakukan mekanisme pertahanan diri (defends mechanism). Wujudnya, klien tidak menceritakan seluruh persoalannya, ada sesuatu atau beberapa hal yang ditutupi. Upaya bertahan ini membuat persoalan kadang jelas dan kadang menjadi kabur. Semakin panjang klien bercerita, kadang bukan memperjelas, tetapi malah membuat rumit.
Level 3: Menyadari dan menerima persoalan yang menimpa diri, tetapi belum bersedia berubah
Kondisi klien di level 3 sudah menyadari dan menerima persoalan yang menimpa dirinya. Dia terbukan menceritakan persoalan dan penyebabnya. Bisa juga dia cuma menyadari dan menerima persoalannya. Namun dengan keterbukaan ini, penyebabnya jadi lebih mudah ditelusuri. Hanya saja, pada level ini klien belum bersedia berubah.
Level 4: Menyadari dan menerima persosalan diri dan mau berubah, tetapi tidak tahu harus melakukan apa
Level 4 ini kelanjutan dari level sebelumnya, yaitu klien menyadari persoalannya, mengenali penyebabnya, mau berubah, tetapi tidak tahu harus melakukan apa. Seorang psikolog atau pendamping membantu menstimulasi atau membimbing untuk membuat strategi.
Level 5: Menyadari dan menerima persoalan diri, mau berubah dan tahu apa yang harus dilakukan
Jika klien berada pada level 5, sebenarnya ia nyaris tidak membutuhkan pertolongan khsusu dari psikolog atau pendamping. Hanya saja kadang seseorang datang ke tempat konseling untuk beberapa alasan, diantaranya butuh teman ngobrol, meyakinkan diri, atau membuat langkah yang diambil jadi lebih sistematis.
Pada saat ngobrol dengan bimbingan praktikum ini, datang seorang mahasiswa yang sedang ditangani oleh bimbingan praktikum ini. Kebetulan mahasiswa yang ditangani tersebut adalah bimbingan akademik-ku.
Berdasarkan level kerumitan persoalan psikologis, mahasiswa yang ditangani ini berada pada level 2. Namun setelah ngobrol panjang lebar, mahasiswa ini berhasil dibantu untuk bergeser ke level 3. Ini sudah menjadi pintu yang baik untuk memulai intervensi yang lebih jelas.
Sebenarnya, setiap orang punya potensi mengalai persoalan psikologis. Dengan adanya level kerumitan persoalan psikologis tersebut, kita bisa berefleksi ketika mengalaminya, pada level manakah persosalan psikologis kita.
Anda mengalami persoalan psikologis? Pada level mana?