Cara pandang kita mempengaruhi tindakan. Cara pandang yang sudah menjadi bagian diri ini disebut sebagai paradigma. Pradigma mempengaruhi cara kita memandang realita. Paradigma berpikir mempengaruhi tindakan kita. Karena paradigma berpikir bisa menjadi candu.
“Menerima sesuatu yang baru tidak lebih sulit daripada melupakan sesuatu
Berawal dari sebuah forum para guru yang bermaksud membuat desain belajar. Para guru tersebut berkeinginan, desain belajar yang mereka ciptakan akan didasarkan pada kebutuhan siswa. Artinya, para guru tersebut harus mengubah paradigma berpikirnya, dari teacher-centered menjadi student-centered.
Bertahun-tahun lamanya sekolah tersebut menggunakan para digma pembelajaran yang berpusat pada guru. Karena itulah, ada sesuatu yang menarik saat para guru tersebut berdiskusi. Ketika sedang seru-serunya membahas tentang luaran belajar siswa (learning outcome), tidak jarang kata-kata seperti ini, “Materinya harus di susun”, “Ini bersumber dari buku apa?’, “Siswa harus bisa…” berseliweran di telinga.
Ada sesuatu yang tak disadari oleh para guru itu, yaitu paradigma berpikir yang sudah menguasai mereka sekian lama. Ya, paradigma berpikir teacher-centered. Selama ini, dalam belajar, para guru tersebut lebih mendasarkan pada buku teks. Keseluruhan materi disusun berdasarkan bab atau pokok bahasan dalam buku tersebut. Ini memang ciri khas dari kurikulum berbasis isi. Apa hubungannya dengan teacher-centered? Kurikulum yang didasarkan pada isi adalah bentuk yang paling mudah diterapkan dalam model teacher-centered. Guru menentukan kebutuhan siswa berdasarkan buku teks. Artinya, itu bukan kebutuhan siswa yang sebenarnya. Boleh dibilang kebutuhan yang diasumsikan atau kebutuhan semu. Kondisi ini yang membuat kalimat khas, “… Materinya harus disusun” atau “Ini bersumber dari buku apa?”.
Begitu juga dengan kalimat, “Siswa harus bisa…”. Kalimat ini dipengaruhi oleh paradigma berpikir teacher-centered. Lho kok bisa? Lebih mudahnya, coba bandingkan dengan kalimat, “Siswa membutuhkan…”. Sudah pasti berbeda dengan “Siswa harus bisa…”, bukan?
Ini adalah cermin bahwa paradigma berpikir itu seperti candu. Paradigma berpikir melekat menjadi bagian dari diri kita. Paradigma berpikir seperti ruh yang menguasai diri kita. Karena itu, untuk mengubahnya, kita perlu bermain di wilayah kesadaran terlebih dahulu. Terlepas dari itu semua, ilustrasi ini menunjukkan bahwa paradigma berpikir itu seperti candu.
Bagaimana menurut pendapatmu?
2 responses to “Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu”
Agreed !!!
Toss! 🙂