Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
March 2, 2014 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Wajar kalau orangtua mengkhawatirkan anaknya, misalnya ketika melakukan permainan yang berbahaya. Namun kekhawatiran yang berlebihan dan ditampakkan, akan menjadi sumber ketakutan anak. Karena itu kita perlu tahu, bagaimana mengendalikan kekhawatiran terhadap anak.
Pernah berkunjung ke tempat bermain anak? Misalnya saja di taman atau di mall? Kita sering menyaksikan orangtua atau pengasuh yang terus membuntuti anaknya. Setiap langkah diiringi, setiap melakukan sesuatu dituntun dan dibantu. Ketika memanjat dan berjalan di papan titian, tangan orangtua atau pengasuh tak henti-henti memegang dari belakang punggung atau di bawah lengan. Akibatnya, anak yang sebelumnya berani merayap ke atas perosotan melalui tangga, jadi menyandarkan tubuhnya di tangan orangtua atau pengasuhnya.
Apakah pernah menyaksikan kejadian seperti ilustrasi di atas? Atau mungkin Kamu adalah orangtua atau pengasuh yang seperti itu? Dari cerita tersebut, kiranya kita dapat membayangkan, apa efeknya jika anak terus ditempel, dibuntuti dan dilayani secara berlebih. Pada tulisan sebelumnya, juga sudah dibahas tentang dampak kekhawatiran yang berlebihan bagi anak. Karena itu, kekhawatiran orangtua terhadap anak perlu dikendalikan.
Berikut ini adalah beberapa hal penting yang bisa diperhatikan untuk mengendalikan kekhawatiran terhadap anak.
1. Kenali kekuatan dan kelemahan anak
Mengenali kekuatan dan kelemahan anak ini penting sebagai modal, agar kita merasa yakin dan tidak terlalu khawatir akan kejadian atau sesuatu yang sedang dilakukan oleh anak. Misalnya saja kita tahu bahwa anak kita secara fisik kuat. Berarti untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan fisik, kita bisa sedikit lebih merasa tenang. Contoh yang lebih spesifik, anak punya keseimbangan tubuh yang baik. Maka kita tak perlu terlalu khawatir ketika anak bermain di ayunan dan papan titian.
2. Pastikan lingkungan sekitar anak tetap aman
Untuk menjamin kita merasa aman dan anak merasa nyaman, maka kita perlu pastikan, di sekitar anak tidak ada sesuatu yang membahayakan, misalnya menda tajam, lobang selokan yang dalam dan sebagainya. Namun yang perlu digarisbawahi, jangan sampai pengamatan dan tindakan kita untuk mengamankan lingkungan sekitar anak, terlihat oleh anak sebagai kekhawatiran atau kecemasan.
3. Utamakan mengamati daripada mengambil tindakan
Soal mengamati ini sudah disinggung di tulisan tentang memberikan bantuan yang mendidik dan artikel tentang mengajari anak menghadapi kondisi sulit. Mengamati di sini berarti luas. Kita bisa mengamati saat anak bermain atau ketika anak mengalami sesuatu, misalnya terjatuh. Ketika bermain, maka ketika semua sudah dipastikan aman, maka biarkan anak bermain. Kita cukup mengamati saja. Begitu juga ketika terjadi sesuatu pada anak, misalnya terjatuh. Kita amati dulu, bagaimana reaksi anak. Sedapat mungkin ekspresi kita tetap tenang. Ketenangan kita ini penting, agar anak tidak bereaksi negatif, misalnya ketakutan atau menangis cemas. Kalaupun anak mengeluh atau menangis, tetap amati satu atau dua menit. Barangkali saja anak sudah bisa bangkit sendiri.
4. Berikan pernyataan positif atas tindakan dan kejadian yang menimpa anak
Ketika anak melakukan sesuatu, tak jarang kita mendengar orangtua berkata, “Awas, nanti jatuh lho!”, “Hayo hayo!”, “Aduh, itu bahaya!”, dan sejenisnya. Tidak ada yang salah dengan pernyataan ini. Namun alangkah lebih baik jika ditahan dulu. Ketika kata-kata seperti ini diucapkan, anak akan mengurungkan niatnya untuk melakukan. Lebih parah lagi, anak mengurungkan niatnya disertai dengan ketakutan. Jika ini terbiasa dilakukan, maka akan membentuk perasaan aman ketika anak tidak melakukan, dan memperkuat kekhawatiran ketika anak melakukan. Ucapkan kata-kata positif, misalnya “Ayo Kamu bisa!”, “Asal hati-hati, pasti sampai”, “Ayo coba lagi!”, dan sebagainya.
5. Ikut beraktivitas atau bermain bersama anak
Untuk menetralisir rasa khawatir, kita bisa turut serta bermain bersama anak. Selain bisa menetralisir kekhawatiran, ikut bermain juga bisa jadi sarana bagi orangtua untuk memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
6. Yakini bahwa ada aspek belajar dari kejadian
“Tak ada noda, ya tidak belajar”. Pernah tahu kata-kata seperti itu? Ya, itu adalah tagline dari sebuah iklan deterjen. Ada benarnya juga, bahwa anak juga bisa belajar dari kejadian. Jika kita berpikir untuk jangka panjang, maka kita tidak akan menghilangkan kesempatan anak untuk mengalami banyak hal.
Demikian cara mengendalikan kekhawatiran terhadap anak. Apakah ada tips atau trik yang lainnya? Silahkan tuliskan di bagian komentar.
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Modal Dasar Pengasuhan
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak