Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
April 3, 2013 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 13 Comments
Skinner adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam psikologi. Dia adalah tokoh beraliran Behavioristik dengan teorinya yang banyak dimanfaatkan untuk modifikasi perilaku. Teorinya yang terkenal adalah belajar dengan operant conditioning. Nah, kali ini kita akan membahas teori belajar operant conditioning Skinner.
Pernah dengar nama Burrhus Frederick Skinner? Kalau belum, coba deh di-googling. Tapi buat yang pernah atau sedang belajar Psikologi pasti tahu lah nama itu. Iya, Skinner adalah seseorang yang menekuni bidang Psikologi dan mengkhususkan diri dalam ilmu perilaku. Kalau soal sejarah hidupnya yang lebih lengkap, boleh lah dibaca di buku atau di-search di internet. Kali ini kita akan membicarakan pokok-pokok teorinya saja.
Berawal dari kuliah Psikologi Belajar yang kebetulan sedang membahas Teori Belajar Operant Conditioning Skinner. Kita awali dari penyebutan operant conditioning. Kenapa disebut perilaku operan? Skinner percaya bahwa perilaku keseharian kita adalah perilaku bentukan karena sebuah penguat.
Operant conditioning menekankan pembentukan perilaku sebagai dampak dari efek yang ditimbulkannya. Jika efek tersebut berdampak pada penguatan hubungan stimulus dan sespons-nya, maka perilaku tersebut akan cenderung diulang. Contoh, jika makan dapat meredakan rasa lapar dan menuju kepada kenyamanan rasa kenyang, maka makan akan menjadi pilihan perilaku ketika perut merasakan lapar. Karena itulah, rumus pembentukan perilaku menurut Skinner adalah S –> R –>R (Reinf). S adalah Stimulus, R adalah Respon, R (Reinf) adalah Respon yang diperkuat.
Skinner tidak percaya bahwa pembentukan perilaku sesederhana S –> R. Sebuah stimulus pasti direspon oleh R yang tetap. R di sini adalah respon pokok dari sebuah stimulus. Hubungan S dan R akan selalu tetap karena S di sini adalah eliciting stimuli bagi munculnya eliciting behavior. Artinya, sebuah stimulus akan selalu direspon dengan cara yang tepat sama. Ini bersesuaian dengan Classical Conditioning oleh Ivan P.Pavlov. Padahal, menurut Skinner hubungan antara S dan R tidak sesederhana pembentukan eliciting behavior. Ada faktor yang memperkuat dan melemahkan perilaku. Karena itulah, perilaku yang dipelajari (hasil belajar) sebenarnya adalah perilaku yang diperkuat (R-Reinf).
Ngomong-ngomong soal perilaku yang diperkuat, pasti terhubung dengan bahasan tentang penguatan. Yang paling khas
dari modifikasi perilaku (baca: belajar) menurut Skinner adalah manipulasi penguatan untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan. Karena perilaku dipengaruhi oleh penguat, maka perilaku dapat dibentuk dan dimanipulasi.
Berbicara tentang penguatan atau reinforcement, yang sering menjadi pembicaraan para mahsiswa adalah tentang positive reinforcement, negative reinforcement, reward dan punishment. Mahasiswa sering dikacaukan soal definisi dan perbedaan satu sama lain dari konsep-konsep tersebut.
Kita awali dari punishment. Dibahas lebih dulu karena Skinner sendiri tidak mengandalkan punishment dalam pembentukan atau manipulasi perilaku. Kenapa? karena punishment itu lebih bersifat spesifik dan situasional. Hukuman lebih bersifat temporer dan tidak berjangka panjang. Karena tidak menciptakan cetak biru perilaku sebagai hasil belajar, maka punishment jarang digunakan. Coba lihat saja siswa yang dihukum dengan berdiri di depan kelas atau dijemur di lapangan. Apakah merekat dijamin tidak melakukan pelanggaran lagi? Iya, hukuman tidak efektif untuk mengubah perilaku dalam jangka panjang.
Bagaimana dengan reward? Secara sederhana, reward bisa diartika sebagai hadiah. Hadiah diberikan dengan maksud untuk meningkatkan kecenderunga perilaku yang diinginkan. Berupa apapun hadiah yang diberikan, ketika itu mendatangkan efek rewarding (rasa nyaman, puas, senang dan sejenisnya), maka hal itu disebut reward. Misalnya seorang guru memberikan bintang kepada muridnya yang di akhir semester bisa ditukarkan dengan barang.
Sekarang kita akan bahas tentang positive reinforcement dan negative reinforcement. Di dua kelas Psikologi Belajar yang berbeda, mengalami kebingungan yang berbeda pula. Satu kelas bingung membedakan positive reinforcement dengan reward, sementara kelas yang lain bingung membedakan negative reinforcement dengan punishment.
Lebih mudahnya, yang namanya reinforcement adalah penguat. Artinya, ketika penguat diberikan, maka efeknya adalah menguatkan kecederungan pengulangan perilaku. Baik positive reinforcement maupun negatif reinforcement, keduanya berefek pada penguatan perilaku, sama-sama menimbulkan efek rewarding. Bedanya, positive reinforcement dengan memberikan kenyamanan agar perilaku diperkuat, sedangkan negative reinforcmenet adalah mengurangi ketidaknyamanan (berarti menimbulkan kenyamanan) agar perilaku diperkuat. Memberikan pujian adalah contoh positive reinforcement. Bagaimana dengan negative reinforcement? Misalnya, Adi tiap hari dibebani tugas rumah, seperti mengepel, myapu, membersihkan bak air. Selama ini, Adi kurang rajin belajar. Ia hanya menggunakan sidit waktu untuk belajar. Suatu saat, ada rajin belajar. Karena dia rajin, ibunya mengurangi tugas yang dibebankan kepadanya. Nah, itu yang disebut negative reinforcement.
Demikian pembahasan tentang Teori Belajar Operant Conditioning Skinner secara singkat. Ada banyak konsep (banyak istilah tentunya) dalam Teori Skinner, karena ia lebih detil dalam membahas pembentukan atau manipulasi perilaku, misalnya tentang penjadwalan penguat (schedule of reinforcement). Nah, karena banyak, adakah yang mau menambahkan konsep-konsep dalam Teori Belajar Operant Conditioning Skinner?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Pekerjaan atau Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
11 Comments