Anak susah makan sepertinya sudah menjadi fenomena umum. Orangtua sering dipusingkan dengan persoalan ini. Kamu juga? Bagaimana mengatasi anak susah makan? Berikut ini parenting psikologi akan membahas caranya.“Budi, ayo waktunya makan!”, kata mama
“Sebentar Ma, tanggung nih!”, kata Budi sambil terus memainkan stick game di tangannya
“Wati, ini makannya dihabiskan dong!”, pinta papa
“Wati kan sedang menyisir boneka, Ma”, kata Wati sambil buru-buru menyambar boneka dan sisirnya
Pernah mengalami yang seperti itu? Atau barangkali saja anak Kamu lebih seru lagi dibandingkan Budi dan Wati? Bagaimana mengatasi anak yang susah makan?
Anak-anak punya energi besar untuk memperhatikan banyak hal, terutama hal-hal baru. Makan seperti sebuah rutinitas yang kadang menyita waktu anak untuk mengotak-atik hal-hal baru tersebut. Karena itu, maka mendapat prioritas yang ke sekian dan inginnya diabaikan oleh anak. Selalu ada alasan untuk menghindarinya, seperti yang dilakukan Wati yang buru-buru mengambil boneka dan sisirnya.
Makan ternyata bukan hanya problem fisik, tetapi juga problem psikologis. Karena itu, artikel ini akan lebih memandang makan sebagai problem psikologis. Untuk itu, tips kali ini lebih pas untuk anak yang tidak mengalami persoalan dalam hal pencernaan. Jika memang persoalannya pada fisik, maka orangtua kudu menyelesaikan dulu problem pencernaannya. Barulah tips ini bisa efektif.
Cara berikut ini didasarkan para prinsip terapi dengan desensitisasi sistematis. Desensitisasi sistematis adalah upaya yang terstruktur untuk mengenalkan stimulus-stimulus atau situasi-situasi yang membuat tidak nyaman. Untuk itu, upaya ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena memang bertujuan untuk membentuk kebiasaan baru, bukan hanya membuat anak suka makan hanya sekali saja. Bagaimana caranya?
1. Makanlah bersama anak
Makan berama membuat anak lebih suka melakukannya. Karena itu, sering kita jumpai, anak lebih lahap makan ketika acara makan bersama di sekolah, daripada di rumah. Untuk itu, makanlah bersama anak, atau luangkan waktu untuk makan bersama.
2. Makanlah dengan lahap bersama anak
Selain makan bersama, orangtua perlu menunjukkan bahwa makan itu menyenangkan. Caranya adalah dengan makan secara lahap.
3. Bentuk atmosfir makan yang menyenangkan
Selain orang yang terlibat ketika makan bersama, suasana di meja makan atau ruang makan juga bisa dibuat menyenangkan. Kita perlu mengenali apa yang disenangi oleh anak, termasuk hiasan yang akan kita gunakan di ruang makan.
4. Berikan porsi di bawah normal
Untuk ‘menyembuhkan’ susah makan, porsi yang kita berikan untuk anak tidak perlu langsung banyak. Bahkan lebih baik jika diberikan porsi di bawah normalnya.
5. Atur durasi makan kita
Kita harus menemani anak makan. Karena itu, kita perlu mengatur durasi makan kita, sehingga tetap makan berama anak.
6. Apresiasi prestasi makan anak
Dengan memberikan porsi di bawah normalnya, diharapkan anak akan bisa melahapnya sampai habis. Setelah habis, jangan lupa kita memberikan apresiasi, misalnya pujian.
7. Tambahkan porsi sedikit demi sedikit
Pada acara makan berikutnya, porsi boleh ditambahkan. Penambahan sedikit demi sedikit ini dimaksudkan, agar anak tetap bisa melahapnya sampai tuntas.
8. Berikan apreasiasi secara konsisten
Dengan porsi yang semakin bertambah, selalu berikan pujian ketika makanan habis.
9. Kunci kebiasaannya dengan menguatkan pada manfaatnya
Kita perlu memperhatikan anak sesering mungkin. Jika ada bagian yang sifatnya positif, kita bisa kaitkan dengan kebiasaan makan anak yang sudah bagus. Misalnya, “Wah, sekarang sudah tinggi ya. Makannya pinter sih..”. Atau ketika anak kuat mengangkat sebuah barang, “Wah kuat sekali. Pasti karena makannya banyak”.
Demikian cara menerapkan pembentukan kebiasaan makan secara sistematis. Dengan cara ini, diharapkan anak tidak susah makan lagi. Tapi perlu diingat, bahwa cara ini membutuhkan waktu yang panjang dan ketelatenan dari orangtua, karena cara ini membentuk kebiasaan. Semoga bermanfaat.
Adakah yang mau menambahkan sesuatu, agar cara ini semakin dahsyat?