Ada pertemuan, ada perpisahan. Sudah saatnya kita lepas 2013, dan kita jelang 2014. Biasaya kalau tahun akan berganti, saat itu terjadi banjir resolusi. Resolusi terus berganti mengikuti tahunnya, tapi resolusi adalah sebuah janji yang disaksikan oleh Tuhan yang sama. Pergantian tahun memang bukan pergantian Tuhan.
Senang menyaksikan betapa orang bereaksi begitu hebohnya atas pergantian tahun. Itu juga yang menjadi pertanda atas banyak hal, umur yang semakin menua, kesadaran akan capaian dan yang belum teraih, serta kedewasaan dalam melepas hal yang lama. Namun ada juga yang bereaksi biasa saja, karena pergantian tahun tak lebih dari proses alamiah bergulirnya waktu, datang dan pergi.
Salah satu fenomena yang selalu mengiringi pergantian tahun adalah banjirnya resolusi. Kamu termasuk salah satu yang membuat resolusi? Ayolah, akui saja! 🙂 Aku termasuk salah satunya. Dan salah satu yang mengakuinya tentu 🙂 Apa sih resolusimu di tahun 2014?
Jawaban atas pertanyaan ini pasti bervariasi. Namun berbicara tentang harapan, keinginan, niat, barulah kita bisa memetakan. Berbicara tentang niat, selalu ada keyakinan yang mengiringinya. Ibarat api, niat adalah pemantik, sedangkan keyakinan adalah yang mengobarkan apinya. Selain itu, berbicara tentang niat dan keyakinan, selalu ada dua subjek yang dilibatkan, yaitu diri kita dan Tuhan.
Niat berasal dari diri dan disaksikan oleh Tuhan. Karena itulah, biasanya orang bilang, “Hanya aku dan Tuhan yang tahu”. Berarti kita sudah punya modal yang berupa pemantik. Namun selanjutnya, pemantik itu butuh diyakinkan untuk menjadi kobaran api yang besar. Kekuatan keyakinan ini tergantung dialog diri dengan Tuhan. Kenapa?
Resolusi pastinya diperuntukkan untuk diri kita (bahkan ketika ditujukan untuk orang lain sekalipun). Pencapaian resolusi diupayakan oleh diri. Jika kita menguatkan keyakinan kita dari satu sisi, yaitu diri, maka kita akan menggantukan pada upaya kita. Dalam hal ini, resolusi adalah janji kepada diri untuk nantinya akan diraih.
Namun di sisi lain, resolusi adalah permohonan. Jadi, resolusi tidak hanya diupayakan, tetap juga diminta. Kepada siapa kita meminta? Jawabannya tergantung keyakinan masing-masing orang. Sebagian pasti ada yang menjawab kepada Tuhan. Berarti, dalam hal keyakinan akan ketercapaian, kita sedang melakukan dialog dengan Tuhan. Bagaimana mekanismenya?
Ketika kita membuat resolusi, saat itu kita mengunci sebuah permohonan. Boleh juga disebut sebuah janji. Keyakinan orang terhadap diri, apakah bisa memenuhi janji atau tidak, pasti berbeda-beda. Tapi di sisi lain, bagaimanapun tingkat kekuatan keyakinannya, dalam hati kecil tetap ingin resolusi itu bisa diraih nantinya. Untuk tetap menjaga keyakinan diri, kita butuh back-up. Siapa back-up nya?
Sekarang kita bicara tentang Tuhan sebagai back-up. Ketika kita menyadari keterbatasan kita akan pencapaian harapan di tahun depan, maka untuk mengembalikan keyakinan itu, Tuhan menjadi rujukan. Dialah yang maha mengabulkan. Dia yang menciptakan, Dia yang memiliki segalanya. Karena itu, tetaplah berharap dengan harapan-harapan terbaik, tetaplah yakin bisa terkabulkan karena kita punya back-up yang bisa diandalkan.
Sudahkah membuat resolusi untuk 2014? Apa resolusimu di tahun 2014?