Bagaimana Menjadikan Siswa Mampu Melakukan Regulasi Diri?


Persoalan utama yang dihadapi oleh siswa menjelang lulus adalah bagaimana membawa diri di masyarakat. Baik yang kuliah maupun yang akan bekerja, pasti menghadapi dunia baru. Ternyata sumbernya adalah regulasi diri.

Self-Regulation for Students

Kediri, 23 April 2012. Atas nama Pusat Terapan Psikologi Pendidikan (PTPP) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, aku meluncur ke Kediri untuk memandu Workshop Self Regulation for Students. Workshop ini bagian dari fasilitasi untuk pengembangan diri atau Self Improvement.

Kalau lihat tanggalnya sih, posting ini seharusnya sudah dilakukan 3 minggu yang lalu. Ya karena workshop dan training terjadi beruntun, maka baru dituliskan hari ini.

Workshop ini diawali dari sharing dengan pihak SMAN 1 Kediri yang menyatakan bahwa anak-anak didik mereka membutuhkan memantapkan dirinya sebelum lulus dari sekolah. Menurut mereka, sebagian besar dari murid masih bingung dan lekat dengan ketersediaan fasilitas, baik yang diberikan orangtua maupun gurunya.

Sebenarnya persoalan seperti ini dialami oleh banyak siswa pada umumnya. Hanya saja, SMAN 1 Kediri menghubungi PTPP untuk memberikan pelayanan bagi murid-murid kelas akselerasi.

Hampir sebagian besar siswa mengalami kebingungan ketika akan lulus atau menghadapi dunia baru. Bahkan ada juga yang mengalami kekosongan. Persoalan yang terakhir tidak hanya berkaitan dengan lingkungan barunya di luar sekolah, tetapi juga berkenaan dengan sisa-sisa kelekatannya pada sekolah, dan terutama teman-temannya.

Bagaimanapun, dunia luar harus dihadapi. Karena itu, menatap ke depan dengan bekal yang dibutuhkan adalah bagian yang terpenting. Bekal apa? Darimana bekalnya?

Bekal yang sudah mereka miliki dari orangtua dan sekolah, sudah pasti dibawa. Namun bekal yang terpenting adalah dari dirinya sendiri. Bukankah pengetahuan dan ilmu dari orangtua atau guru juga dikelola dan disimpan oleh siswa sendiri? Lalu apa yang dibutuhkan sebagai bekal siswa?

Yang paling dibutuhkan adalah kecerdasan diri yang digunakan untuk mengelola relasi di lingkungannya nanti. Karena itulah, bekal pokoknya adalah mengenali kekuatan diri, keberanian menunjukkan kekuatan dirinya kepada orang lain, menciptakan impiannya di masa depan, serta membuat desain langkah dalam mengelola kekuatan dan mencapai cita-cita.

1. Mengenali kekuatan diri

Banyak anak yang menapak dengan rapuh, melangkah dengan bimbang, karena belum mengenali dirinya. Pengenalan diri ini untuk pijakan dalam menghadapi kehidupan, menyelesaikan persoalan dan mengambil sikap di lingkungan. Jika orang mengenali kekuatannya, maka ia akan lebih pasti melangkah. Orang yang mengenali kekuatannya juga tahu dengan pasti, apa yang bisa ditawarkan dari dirinya untuk dunia kerja kelak.

Peserta, yaitu para siswa, mengidentifikasi kecenderungan karakteristik dirinya. Mereka bermain dengan merespon pernyataan atau pertanyaan sederhana. Dari respon tersebut, anak-anak mengidentifikasi dirinya berdasarkan preferensi Carl Gustav Jung yang dikembangkan oleh Myer-Brigs, yang biasa dikenal dengan MBTI.

Setelah mengetahui dirinya, siswa mencari simbol diri dengan mengidentifikasi sebagai seorang tokoh. Ada yang mengidentifikasi dirinya sebagai tokoh kartun, seperti Naruto, Casper, Eng, Luna dan sebagainya. Ada juga yang mengidentifikasi dirinya sebagai pahlawan, seperti Bung Tomo, Soekarno dan sebagainya. Banyak lagi tokoh yang mereka jadikan identifikasi diri.

Setelah mereka mendeskripsikan tokoh tersebut, maka mereka mengenalkannya kepada teman-temannya. Caranya dengan menempelkan gambar tokoh di dada atau baju mereka. Mereka mengenalkan diri kepada sebanyak-banyaknya orang. Setelah mengenalkan diri, mereka mendapatkan tanda tangan dari orang yang bersangkutan.

Mengenalkan Kekuatan Diri

2. Menciptakan Impian Di Masa Depan

Selain mengenali kekuatan diri, menciptakan impian yang jelas di masa depan juga dibutuhkan, agar siswa juga jelas apa yang dituju, kemana arah langkah mereka. Dengan mengetahui atau menciptakan cita-cita yang jelas, dan meyakininya, maka langkah juga menjadi lebih pasti, tidak ragu-ragu.

Peserta diajak menerbitkan sebuah majalan masa depan. Mereka mewawancari temannya tentang profil dirinya yang diterbitkan di sebuah majalah orang berprestasi di tahun 2022. Sebelumnya mereka diberikan pengarahan tentang bekal sebagai wartawan.

Hasil wawancara benar-benar diwujudkan dalam bentuk majalah. Peserta mendesain majalan mereka dengan menggunakan majalah bekas. Mereka membuat profil dirinya di majalah masa depan, secantik mungkin.

Menciptakan Majalah Profil Diri di Tahun 2022

3. Membuat Desain Langkah Pengelolaan Diri dan Pencapaian Mimpi

Jika kekuatan diri sudah dikenali, dan mimpi sudah ditentukan, maka selanjutnya siswa membuat desain langkahnya. Desain ini tidak hanya membuat mereka mampu menentukan target, tetapi juga menjadi kontrol langkah diri, apakah konsisten mengarah kepada tujuannya atau tidak.

Peserta mengisi petak-petak yang dianalogikan dengan langkah perjalanan mereka dari tahun ke tahun. Syarat pengisian masing-masing kotak ada 3 hal, yaitu: 1) Langkah yang ditulis harus mengelola kekuatan yang sudah dikenali, 2) Konsisten menuju kepada impian yang telah diciptakan di tahun 2022, 3) Realistis atau benar-benar bisa dilakukan.

Desain Langkah yang Ditempuh Siswa

 

Demikian workshop Self-Regulation for Students di SMAN 1 Kediri. Apakah Kamu ingin di sekolahmu diadakan pelatihan atau workshop Self Improvement seperti ini?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *