Fasilitasi Diskusi yang Efektif
December 3, 2013 . by rudicahyo . in Creative Learning . 1 Comments
Diskusi adalah salah satu metode belajar yang sudah familiar dengan kita. Pernahkah kita memfasilitasi sebuah diskusi, misalnya focus groud discussion atau diskusi siswa/mahasiswa di dalam kelas? Apakah menurut Kamu fasilitasi diskusi yang kamu lakukan sudah efektif? Bagaimana melakukan fasilitasi diskusi secara efektif?
Digeber kuliah selama satu semester dengan jadwal yang cukup padat, membuat terancam kejenuhan. Apalagi kalau mengajar mata kuliah dasar yang menuntut banyak menyampaikan teori, wah bukan kepalang jenuhnya. Untuk itu, kreativitas kita lah yang menjadi tahurannya, agar kita tidak merasa jenuh dengan kelas yang kita fasilitasi.
Kebetulan beberapa hari yang lalu, ada satu pertemuan yang memang menghendaki difasilitasi dengan diskusi. Lumayan, sedikit membuat metode belajar menjadi bervariasi. Namun, kalau dilihat kuliah-kuliah yang telah diikuti oleh mahasiswa, sebenarnya sudah ada banyak aktivitas diskusi. Artinya, bersama dosen yang lain, mahasiswa sudah banyak mengalami metode diskusi dalam pembelajarannya. Tantangannya, bagaimana agar aku tetap bisa menikmati diskusi sebagai variasi metode, tetapi tidak membosankan bagi mahasiswa yang sudah sering melakukan diskusi.
Seminggu sebelum jadwal diskusi dilakukan, mahasiswa diminta untuk melakukan observasi dan wawancara. Seminggu kemudian, mereka menuliskan hasilnya dan membawa ke kelas. Di kelas yang berbeda, yang difasilitasi oleh dosen lain, metode diskusinya dilakukan dengan presentasi. 10 mahasiswa mempresentasikan hasil observasi dan 10 mahasiswa mempresentasikan hasil wawancara. Mahasiswa yang presentasi ditunjuk secara acak.
Di kelasku, aku buat metode diskusi yang sedikit berbeda. Karena di kelas lain ditentukan 10 presentasi, maka aku membagi mahasiswa menjadi 10 kelompok. Di dalam kelompok, setiap orang menceritakan proses dan hasil observasi dan wawancaranya. Setiap orang bercerita kurang lebih 2-3 menit. Karena itu, aku memberikan waktu 15 menit untuk sesi bercerita di dalam kelompok.
Setelah sesi bercerita di dalam kelompok selesai, tiap kelompok menentukan 2 anggotanya untuk bercerita proses dan hasil observasi dan wawancaranya kepada seluruh mahasiswa dalam kelas. Dua orang sudah dipilih. Selama presentasi, mahasiswa yang tidak dipilih untuk presentasi, harus memperhatikan mahasiswa yang presentasi, karena mereka akan membuat pertanyaan atau memberikan pendapat tentang presentasi yang sudah dilakukan oleh kelompok lain.
Secara bergantian, masing-masing mahasiswa yang sudah dipilih, mempresentasikan proses dan hasil observasi dan wawancara. Sesi pertama presentasi tentang observasi dan sesi berikutnya presentasi tentang wawancara. Setiap satu mahasiswa selesai presentasi, dibuka sesi bertanya dan berpendapat. Kelas cukup aktif, meskipun tidak semua kelompok mengajukan pertanyaan.
Agar waktu yang digunakan efisien, presentasi dilanjutkan ke orang berikutnya. Namun tidak menutup kemungkinan, jika ada pertanyaan atau pendapat untuk yang presentasi sebelumnya, boleh diajukan di sesi bertanya dan berpendapat pada giliran presenter berikutnya. Demikian seterusnya sampai yang bertugas presentasi observasi selesai. Setelah presentais observasi selesai, umpan balik secara keseluruhan diberikan oleh dosen. Proses yang sama juga diberlakukan kepada presenter wawancara.
Dari metode diskusi yang aku terapkan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal ini adalah komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam memfasilitasi diskusi, atau memfasilitasi kelas pada umumnya. Dengan komponen-komponen ini pula aku melakukan evaluasi atas proses diskusi yang aku pandu.
1. Tetap berfokus kepada tujuan
Menentukan tujuan dan tetap fokus kepadanya adalah kunci utama keberhasilan pembelajaran. Jika tujuannya sudah jelas dan dipegang, maka proses sekreatif apapun, improvisasi dengan cara apapun, tetap mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai. Dalam diskusi tersebut, tujuannya adalah berbagi cerita pengalaman mengobservasi dan mewawancarai. Karena tidak mungkin semuanya presentasi, maka didahului dengan bercerita di dalam kelompok. Dengan demikian, semua punya kesempatan untuk menceritakan pengalamannya.
2. Melibatkan seluruh peserta
Seperti yang sudah disinggung pada poin 1, agar proses diskusi melibatkan semua peserta, maka diadakan sesi bercerita di dalam kelompok. Sesi lain yang juga memfasilitasi agar semua terlibat adalah dengan tanya jawab atau memberikan pendapat. Namun bedanya, untuk sesi bercerita di dalam kelompok, semua punya kesempatan bercerita. Sedangkan sesi bertanya dan berpendapat, tergantung pada ketersediaan waktu.
3. Atur waktunya
Seperti yang sudah disinggung di poin 2, menyetting waktu penting untuk dilakukan dalam memandu diskusi. Seperti yang sudah aku lakukan, ternyata waktu yang tersedia tidak cukup. Presentasi 20 orang, tentang observasi dan wawancara, terlampau memakan waktu banyak. Untuk itu, alternatifnya bisa dilakukan dengan membagi dua sesi tanya jawab, yaitu pada saat seluruh presenter observasi selesai dan ketika seluruh presenter wawancara selesai. Agar pertanyaan atau pendapat yang ingin diajukan tidak terlupakan, maka selama ada yang presentasi, mahasiswa boleh membuat catatan.
4. Atur tempatnya
Perhatikan ruangan yang tersedia. Jika luas ruangan memungkinkan untuk membentuk sepuluh kelompok, maka boleh dilakukan, karena ketersediaan ruangan berpengaruh juga pada setting kelompoknya. Setting kelompok yang paling ideal adalah membentuk lingkaran-lingkaran tiap kelompok. Namun kursi yang digunakan mahasiswa lebih enak jika mudah digeser atau diputar, agar ketika ada yang presentasi, mereka bisa sedikit memutar hadapnya ke arah yang presentasi. Namun jika memungkinkan, presenter melakukan presentasi di tengah-tengah kelas, di kelilingi oleh lingkaran-lingkaran kelompok.
5. Atur Metodenya
Seperti yang sudah disinggung di poin 3 dan 4, metode sangat penting untuk dirancang dengan baik. Ketersediaan waktu menentukan metode urutan presentasi dan tanya jawab, serta penempatan sesi presentasi dan tanya jawab.
6. Atur medianya
Seperti yang sudah disinggung di poin 3, 4, dan 5, merencanakan media juga sangat penting. Dalam presentasi dan diskusi yang aku pandu, tersedia media mic dan sound. Namun karena kelasnya tidak terlalu besar, maka mahasiswa menolak menggunakan mic ketika presentasi. Selain itu, media komputer dan LCD projector juga bisa dimanfaatkan untuk membuat notulen. Bolehlah menunjuk satu mahasiswa lagi dari masing-masing kelompok untuk menjadi notulis yang mencatat pertanyaan dan pendapat teman-temannya. Dia langsung mengetik di komputer dan ditayangkan dengan LCD projector, sehingga teman-temannya bisa langsung menyaksikan.
Demikian fasilitasi diskusi yang aku lakukan. Barangkali bermanfaat sebagai referensi untuk memandu diskusi kelas.
Jika ada saran atau tambahan atas proses yang aku pandu ini, silahkan tuliskan di bagian komentar ya… terimakasih
Artikel tentang Creative Learning Lainnya:
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Resep Presentasi Spektakuler
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
- Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Kreativitas KOWAWA
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- 3 Cara Menggunakan Cerita untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
One Trackback
[…] kelas yang kita fasilitasi. Untuk mengusir kejenuhan dalam perkuliahan, bisa dilakukan diskusi.Baca selanjutnya…if (typeof(addthis_share) == "undefined"){ addthis_share = […]