Anda Psikolog atau ilmuwan psikologi? Pasti sudah familiar dengan laporan psikologi. Sepertinya membuat laporan psikologi itu rumit. Tapi sebenarnya ada cara untuk menyederhanakan, yaitu dengan memahami term dan definisi.
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang mahasiswa magister profesi yang konsultasi tentang laporan asesmen. Aku membaca laporannya. Bahasanya sangat konseptual, cenderung teoritis. Coba bayangkan jika laporan ini diberikan kepada klien, sudah pasti dia malah bingung memahami dirinya. Yang ada malah bibirnya bergetar, keluar keringat dingin, dan bertanya pada diri sendiri, “Serumit itukah diriku?” hehehe lebay.
Untuk lebih mudah, aku contohkan dengan istilah ‘penalaran’ dan ‘daya analisa’. Di laporan psikologi (psikotes), ada aspek kognitif atau biasanya disebut juga aspek intelektual. Bagian ini terdiri dari beberapa kemampuan, dan salah duanya adalah penalaran dan daya analisa. Kedua istilah ini digunakan secara langsung di dalam kalimat dan disambung dengan kata-kata dalam kalimat yang panjang. Berarti, istilah yang ada di psikogram, digunakan kembali secara padat di laporan deskripsinya. Pembedanya hanya dalam bentuk kalimat yang lebih panjang.
Apa yang terjadi jika klien membaca laporan tersebut? Selain istilah tersebut dua kali diperoleh, di psikogram dan uraian, kelien juga tetap mendapatkan istilah yang beku, masih padat. Mungkin sebagian klien sudah familiar dengan istliah penalaran dan daya analisa. Namun sebagian yang lain mungkin saja masih mengernyitkan dahi dan membentur-benturkan kepala (lebay lagi hehe).
Memang, kadang psikolog juga perlu laporan yang sedikit lebih panjang. Kalimat yang berbusa-busa kadang membuat legah kedua belah pihak. Klien suka membaca deskripsi dirinya yang detil dan psikolog merasa senang sudah memenuhi keinginan klien. Pertanyaan selanjutnya, apakah laporan tersebut benar-benar panjang (baca: detil)?
Jika inti dari laporan psikologi tetap padat seperti yang tercantum di tabel sebelum uraian, maka sebenarnya laporan tersebut masih tetap tidak detil. Kalimat yang panjang dan berbusa-busa tersebut sama sekali bukan substansi. Klien butuh memahami dirinya dengan bahasa yang lebih membumi, lebih mudah dipahami.
Aku coba deskripsikan laporan psikotes tersebut dengan bahasaku, bahasa yang lebih ‘renyah’. Aku minta mahasiswa untuk membandingkan laporan psikologi yang ia buat dengan deskripsi yang baru saja aku katakan. Mahasiswa itu aku minta membayangkan dirinya adalah seorang klien. Hasilnya, ia mengatakan bahwa deskripsi yang aku buat lebih enak dibaca dan mudah dipahami.
Perbedaan enak atau tidaknya serta mudah atau sulit dipahaminya sebuah laporan psikologi, ternyata lebih dari sekedar mengganti kata dan mengubah kalimat. Ada sesuatu yang lebih substansial daripada itu, yaitu pemahaman term dan definisi. Sebenarnya tidak hanya pada laporan psikologi, pemahaman term dan definisi ini juga penting dalam mempelajari konsep atau teori. Dalam konteks belajar yang lebih luas, term dan definisi (term and definition) adalah esensi dalam mempelajari konsep yang lebih banyak dan rumit.
Pada tulisan sebelumnya, aku pernah membahas tentang hierarchy of questions. Di tulisan tersebut dibahas tentang pertanyaan ‘what’ (apa). Pertanyaan inilah yang menanyakan term and definition. Sebelum terlalu jauh, kita pahami dulu apa itu term dan definisi.
Untuk yang kurang familiar dengan istilah term, mungkin sudah pernah kenal dengan istilah terminologi. Term adalah kata. Namun kata ini adalah ekspresi verbal dari pengertian. Artinya, term adalah kata yang memiliki definisi. Dengan kata lain, terma adalah istilah yang digunakan untuk mewakili pengertian tertentu. Sedangkan terminologi adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya. Bagaimana dengan arti definisi? Apakah kita harus mendefinisikan definisi? hehehe.
Jika kita kembali ke laporan psikologi (psikotes) yang dibuat oleh mahasiswa, maka coba kita gunakan istilah ‘penalaran’ sebagai contoh. Penalaran dapat diartikan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar (id.wikipedia.org)
Kalau digambarkan sebagai proses, penalaran dapat ditulis: informasi –> indera –> pengertian –> proposisi. Artinya, penalaran mengandung arti menyerap informasi, menghubungan antar informasi, dan menghubungkan informasi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Setidaknya itulah aktivitas inti dari penalaran. Jika dihubungkan dengan luaran, maka penalaran menghasilkan atau membangun pengetahuan.
Dari definisi penalaran tersebut, kita bisa menulis lebih panjang namun tetap substansial. Kita bisa menyebut penalaran dengan kalimat yang panjang, seperti definisi yang sudah kita bahas. Belum lagi jika kata-kata yang ada dalam kalimat definisi tersebut kita variasikan.
Berefleksi dari laporan psikotes tersebut, penting memahami term dan definisi dari konsep yang kita pelajari. Coba bayangkan jika kita paham setiap term dan definisinya dari banyak konsep yang sudah pernah kita pelajari. Dalam berbagai konteks, term dan definisi tersebut akan sangat fleksibel penggunaannya. Artinya, kita bisa membicarakan atau menggunakan konsep dan teori untuk kehidupan. Penggunaannya dilakukan dengan cara yang bervariasi namun masih berpegang pada term dan definisi asalnya.
Demikian pentingnya memahami term dan definisi dalam membuat laporan psikologi. Untuk cara, bagaimana memahami term dan definisi, akan kita bahas kemudian.
Apakah Kamu punya pengalaman yang berhubungan dengan term dan definisi ketika membuat laporan psikologi? Bagikan pengalamannya di sini ya..