Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
February 20, 2014 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Anda Psikolog atau ilmuwan psikologi? Pasti sudah familiar dengan laporan psikologi. Sepertinya membuat laporan psikologi itu rumit. Tapi sebenarnya ada cara untuk menyederhanakan, yaitu dengan memahami term dan definisi.
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang mahasiswa magister profesi yang konsultasi tentang laporan asesmen. Aku membaca laporannya. Bahasanya sangat konseptual, cenderung teoritis. Coba bayangkan jika laporan ini diberikan kepada klien, sudah pasti dia malah bingung memahami dirinya. Yang ada malah bibirnya bergetar, keluar keringat dingin, dan bertanya pada diri sendiri, “Serumit itukah diriku?” hehehe lebay.
Untuk lebih mudah, aku contohkan dengan istilah ‘penalaran’ dan ‘daya analisa’. Di laporan psikologi (psikotes), ada aspek kognitif atau biasanya disebut juga aspek intelektual. Bagian ini terdiri dari beberapa kemampuan, dan salah duanya adalah penalaran dan daya analisa. Kedua istilah ini digunakan secara langsung di dalam kalimat dan disambung dengan kata-kata dalam kalimat yang panjang. Berarti, istilah yang ada di psikogram, digunakan kembali secara padat di laporan deskripsinya. Pembedanya hanya dalam bentuk kalimat yang lebih panjang.
Apa yang terjadi jika klien membaca laporan tersebut? Selain istilah tersebut dua kali diperoleh, di psikogram dan uraian, kelien juga tetap mendapatkan istilah yang beku, masih padat. Mungkin sebagian klien sudah familiar dengan istliah penalaran dan daya analisa. Namun sebagian yang lain mungkin saja masih mengernyitkan dahi dan membentur-benturkan kepala (lebay lagi hehe).
Memang, kadang psikolog juga perlu laporan yang sedikit lebih panjang. Kalimat yang berbusa-busa kadang membuat legah kedua belah pihak. Klien suka membaca deskripsi dirinya yang detil dan psikolog merasa senang sudah memenuhi keinginan klien. Pertanyaan selanjutnya, apakah laporan tersebut benar-benar panjang (baca: detil)?
Jika inti dari laporan psikologi tetap padat seperti yang tercantum di tabel sebelum uraian, maka sebenarnya laporan tersebut masih tetap tidak detil. Kalimat yang panjang dan berbusa-busa tersebut sama sekali bukan substansi. Klien butuh memahami dirinya dengan bahasa yang lebih membumi, lebih mudah dipahami.
Aku coba deskripsikan laporan psikotes tersebut dengan bahasaku, bahasa yang lebih ‘renyah’. Aku minta mahasiswa untuk membandingkan laporan psikologi yang ia buat dengan deskripsi yang baru saja aku katakan. Mahasiswa itu aku minta membayangkan dirinya adalah seorang klien. Hasilnya, ia mengatakan bahwa deskripsi yang aku buat lebih enak dibaca dan mudah dipahami.
Perbedaan enak atau tidaknya serta mudah atau sulit dipahaminya sebuah laporan psikologi, ternyata lebih dari sekedar mengganti kata dan mengubah kalimat. Ada sesuatu yang lebih substansial daripada itu, yaitu pemahaman term dan definisi. Sebenarnya tidak hanya pada laporan psikologi, pemahaman term dan definisi ini juga penting dalam mempelajari konsep atau teori. Dalam konteks belajar yang lebih luas, term dan definisi (term and definition) adalah esensi dalam mempelajari konsep yang lebih banyak dan rumit.
Pada tulisan sebelumnya, aku pernah membahas tentang hierarchy of questions. Di tulisan tersebut dibahas tentang pertanyaan ‘what’ (apa). Pertanyaan inilah yang menanyakan term and definition. Sebelum terlalu jauh, kita pahami dulu apa itu term dan definisi.
Untuk yang kurang familiar dengan istilah term, mungkin sudah pernah kenal dengan istilah terminologi. Term adalah kata. Namun kata ini adalah ekspresi verbal dari pengertian. Artinya, term adalah kata yang memiliki definisi. Dengan kata lain, terma adalah istilah yang digunakan untuk mewakili pengertian tertentu. Sedangkan terminologi adalah ilmu tentang istilah dan penggunaannya. Bagaimana dengan arti definisi? Apakah kita harus mendefinisikan definisi? hehehe.
Jika kita kembali ke laporan psikologi (psikotes) yang dibuat oleh mahasiswa, maka coba kita gunakan istilah ‘penalaran’ sebagai contoh. Penalaran dapat diartikan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar (id.wikipedia.org)
Kalau digambarkan sebagai proses, penalaran dapat ditulis: informasi –> indera –> pengertian –> proposisi. Artinya, penalaran mengandung arti menyerap informasi, menghubungan antar informasi, dan menghubungkan informasi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Setidaknya itulah aktivitas inti dari penalaran. Jika dihubungkan dengan luaran, maka penalaran menghasilkan atau membangun pengetahuan.
Dari definisi penalaran tersebut, kita bisa menulis lebih panjang namun tetap substansial. Kita bisa menyebut penalaran dengan kalimat yang panjang, seperti definisi yang sudah kita bahas. Belum lagi jika kata-kata yang ada dalam kalimat definisi tersebut kita variasikan.
Berefleksi dari laporan psikotes tersebut, penting memahami term dan definisi dari konsep yang kita pelajari. Coba bayangkan jika kita paham setiap term dan definisinya dari banyak konsep yang sudah pernah kita pelajari. Dalam berbagai konteks, term dan definisi tersebut akan sangat fleksibel penggunaannya. Artinya, kita bisa membicarakan atau menggunakan konsep dan teori untuk kehidupan. Penggunaannya dilakukan dengan cara yang bervariasi namun masih berpegang pada term dan definisi asalnya.
Demikian pentingnya memahami term dan definisi dalam membuat laporan psikologi. Untuk cara, bagaimana memahami term dan definisi, akan kita bahas kemudian.
Apakah Kamu punya pengalaman yang berhubungan dengan term dan definisi ketika membuat laporan psikologi? Bagikan pengalamannya di sini ya..
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Pekerjaan atau Anak?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat