Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
February 2, 2013 . by rudicahyo . in Creative Learning . 0 Comments
Jika rancangan fasilitasi belajar yang kita buat tidak memuaskan bagi peserta, tentu kita tidak akan mengulangnya. Untuk itu, kita perlu membuat fasilitasi belajar buruk yang disukai peserta. Nah, apa maksudnya coba?
Pernah melakukan evaluasi proses belajar, baik buat diri sendiri atau orang lain? Pasti sudah pernah merasakan kuliah/sekolah, mengikuti training atau workshop. Bagaiamana yang Kamu rasakan? Apakah mencapai hasil seperti yang Kamu harapkan? Itu jika kita mengevaluasi orang lain. Bagaimana jika kita mengevaluasi diri sendiri?
Simak pertanyaan peserta di sesi tanya jawab. Jika ternyata peserta banyak tanya ‘how to’ yang mendasar, berarti kita belum menyentuh kebutuhan mereka. Atau sebelum bertanya, peserta mengatakan, “Pertanyaan saya tidak ada hubungannya dengan materi sih”. Itu juga tanda bahwa apa yang telah kita sampaikan belum menyentuh kebutuhan peserta.
Persoalan ini sudah pernah aku bahas pada posting tentang pengalaman memfasilitasi guru untuk pembelajaran kreatif. Kali ini kita akan bahas tentang, bagaimana tindakan yang kita lakukan untuk mengefektifkan fasilitasi? Dengan kata lain, bagaimana membuat fasilitasi belajar yang fokus pada kebutuhan peserta?
Pada posting sebelumnya, tentang pengalaman fasilitasi pembelajaran kreatif, telah dibahas tentang ‘kehebatan yang gagal’ dari seorang teman yang memfasilitasi proses belajar. Sekarang akan kita bandingkan dengan ‘kebiasaan buruk’ku ketika memfasilitasi proses belajar. Apa saja ‘kebiasaan buruk’ tersebut?
1. Minim teori
Kebiasaanku ketika memandu proses belajar adalah tidak banyak menggunakan teori. Meskipun aku tetap mendahului dengan proses membaca referensi, aku menerjemahkan teori menjadi lebih sederhana. Aku memadatkan dalam bentuk yang seaplikatif mungkin.
2. Menyampaikan sedikit
Hasil menerjemahkan teori menjadi bentuk yang paling sederhana membuat apa yang aku sampaikan jadi sedikit. Ini adalah hasil perampingan teori kedalam poin-poin penting yang paling menyentuh kebutuhan peserta. Tentu saja kita perlu benar-benar mengenali kebutuhan peserta.
3. Menggunakan istilah yang tidak canggih
Semaksimal mungkin, aku menerjemahkan istilah teoritis kedalam bahasa sehari-hari. Aku ubah istilah yang terlampau teknis menjadi obrolan yang paling mudah dimengerti. Memang tidak terlihat hebat, tapi bermanfaat.
4. Melompat-lompat
Bukan berarti aku melakukan fasilitasi belajar dengan gaya katak, melompat-lompat. Melompat juga bukan berarti tidak fokus. Justru karena fokus pada tujuan, maka improvisasi dibutuhkan. Ingat, bukan melompat tak tentu arah. Tapi melakukan lompatan yang cantik jelita.
Begitulah, betapa ‘buruk’nya fasilitasi yang aku lakukan jika dibandingkan dengan fasilitasi belajar yang ini.
*Menunduk lesu* Menurutmu, fasilitasi belajar yang aku lakukan buruk ya? *kembali menunduk*
Artikel tentang Creative Learning Lainnya:
- Perbedaan Metodologi dan Metode dalam Penelitian
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Belajar Penelitian dari Polisi Tidur
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Resep Presentasi Spektakuler
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- Apa Itu Paradigma Penelitian?
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Disiplin Logika, Kunci Keberhasilan Penelitian
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- 3 Cara Menggunakan Cerita untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- Kreativitas KOWAWA
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Ingin Skripsimu Bergairah? Perhatikan 3 Komponen Penggalian Ide!
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Belajar Meneliti, Transformasi Fenomena Menjadi Masalah Penelitian
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Belajar Meneliti, Mempertajam Topik Penelitian
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor