Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
Februari 5, 2014 . by rudicahyo . in Creative Learning . 0 Comments
Fasilitator adalah penggembala. Sebagai penggembala proses belajar, fasilitator bukan tukang koreksi atau mengedit apa yang dilakukan oleh peserta pembelajaran.
Melanjutkan tulisan tentang “Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala”, kali ini kita akan bahas soal fasilitatornya. Dengan kata lain, bolehlah kita katakan bahwa “Fasiliator adalah Penggembala”.
Pada cerita sebelumnya, tentang bimbingan mahasiswa, dikatakan bahwa fasilitator mulai bergeser fungsinya menjadi korektor ketika mahasiswa (murid) mulai meminta, “Tolong dikoreksi!”. Dan seorang fasilitator mulai bergeser menjadi editor ketika harus menandai (bahkan membetulkan) tata kalimat dan kesalahan ketik.
Kalau mengoreksi, masih ada kaitannya dengan isi atau substansi dari pembimbingan. Nah kalau mengedit, itu sudah berhubungan dengan medium penyampaian ide atau laporan. Artinya, kemampuan yang berkenaan dengan membuat kalimat atau kesalahan ketik, seharusnya sudah dikuasai dan sudah diperiksa sendiri oleh mahasiswa (murid). Tapi tulisan ini tidak sedang membahas tentang benar atau salahnya sebuah tindakan. Kita akan beralih menyoroti pergeseran fungsi fasilitator (dalam hal ini pembimbing) menjadi korektor atau editor.
Agar mahasiswa (murid) tahu dan pembimbing (dosen/guru) lebih peka pergeseran fungsinya, maka lebih baik kalau memahami terlebih dahulu apa perbedaan ketiganya. Untuk membedakan fasilitator, korektor, dan editor dalam konteks bimbingan, maka beberapa komponen berikut dapat diperhatikan,
1. Substansi Kerja
Pembimbing adalah penggembala, sebagaimana dibahas dalam tulisan “Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala”. Karena itu, substansi dari pembimbingan adalah prinsip. Pembimbing yang baik mendidik anak bimbingnya dengan menekanpan pada prinsip. Misalnya saja ketika ada yang konsultasi tentang memandu proses belajar anak PAUD, maka pembimbing mengingatkan tentang prinsip dari pembelajaran anak usia dini. Selanjutnya, murid/mahasiswa mendalaminya dengan mencari informasi dan mempelajari teori.
Korektor mengaji bagian implementasi. Karena itu, seorang korektor akan melihat alur, kecocokan antara praktik dan teori. Kita bisa menganalogikan, seorang korektor melihat kesesuaian antara perkataan dan perbuatan dengan kitab suci yang mendasari. Meskipun pembimbing bisa bergeser fungsi ke arah korektor, tapi tetap saja pembimbing bukan korektor.
Bagaimana dengan editor. Kalau editor lebih memperhatikan teknis. Karena itu, editor lebih berhubungan dengan medium yang menjadi perantara bagi tersampaikannya ide. Karena itu, ketika pembimbing bergeser menjadi editor, maka ia akan mengoreksi tata tulis, kesalahan ketik, bahkan pembimbing yang begitu ‘sayang’ dengan anak bimbingnya, langsung mengganti dengan ketikan dan kalimat yang benar.
2. Wilayah Kerja
Karena fasilitaor (dalam hal ini pembimbing) adalah penggembala, maka wilayah kerjanya general. Itulah sebabnya, kadang ada pembimbing yang tidak lebih pandai dari anak bimbingannya. Namun memang lebih baik jika lebih pandai. Tapi intinya bukan soal lebih atau kurang pandai, tetapi sama-sama ingin menjadi pandai, sama-sama punya semangat belajar. Karena general, pembimbing bertugas mencipta atmosfir penarik dan pendorong, yang membuat anak bimbing bergairah dan lebih mudah dalam belajar. Soal ini akan dibahas di bagian 3, cara kerja.
Korektor seperti bekerja di sebuah jalan, path, atau gang. Ibarat tukang urut, korektor membetulkan keseleo otot atau kesalahan urat. Seperti yang sudah disinggung di poin 1, substansi kerja, korektor melihat kesesuaian antara teori dan praktek.
Editor bekerja pada titik yang lebih spesifik namun tidak substansial. Seperti yang sudah dibicarakan di poin 1, editor bekerja di wilayah teknis, membetulkan kesalahan-kesalahan di kanal bawah. Jika korektor melihat kesesuaian alur di sebuah saluran, maka editor mengamankan saluran tersebut, misalnya dengan membenahi kebocoran.
3. Cara Kerja
Sebagai penggembala, fasilitator tidak mengarahkan, membenarkan atau menyalahkan. Senjata utama fasilitator adalah pertanyaan (baca juga “Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions“), Bahkan ketika ada ketidaksesuaian, maka fasilitator membantu menemukan ketidaksesuaian dengan pertanyaan-pertanyaan.
Korektor sudah bekerja untuk memberikan justifikasi. Dasar yang digunakan untuk ‘mengadili’ adalah kesesuaian antara praktik dan teori, antara ekseskusi dengan konsep yang mendasari.
Editor juga bekerja untuk memberi justifikasi. Namun bedanya, editor tidak mendasarkan pada kesesuaian eksekusi dengan teori, tapi didasarkan pada aturan medium yang memerantarai, misalnya aturan bahasa dan tata tulis.
Demikian pembahasan tentang pergeseran pembimbing, dari perannya sebagai fasilitaor berubah menjadi korektor, atau editor. Meskipun dapat bergeser fungsi, namun tetap saja, pembimbing yang menjadi fasilitator sudah pasti bukan korektor atau editor.
Apakah Kamu seorang pembimbing yang menjadi fasilitaor, korektor, atau editor? Bagi yang sedang bimbingan, bagaimana dengan pembimbingmu?
Tag: belajar, editor, fasilitasi, fasilitator, korektor, Learning