Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
April 15, 2020 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert) . 0 Comments
Gegara corona atau covid-19, silang pendapat tejadi. Tidak jauh dari pendapat antara lockdown atau tetap membuka diri, perpecahan sehubungan dengan keyakinan dan imanpun terjadi, di akar rumput. Ya, akibat corona, perpecahan keyakinan yang melelahkan dan melemahkan menggerogoti imunitas diri.
Masih ingat suasana tegang yang terjadi di kapal yang disandera oleh Joker? Mereka bersitegang antara meledakkan kapal atau tidak. Dalam situasi yang menekan seperti dalam kapal sandera bisa terjadi. Kondisi kita bisa seumpama dengan situasi tersebut, yaitu dalam tekanan yang sangat rentang memunculkan perpecahan. Menghadapi pendemi sendiri sudah melelahkan, ditambah dengan eyel-eyelan tak berujung yang menghabiskan energi.
Kalau cerita di media sosial tentang perbedaan pendapat tentang lockdown pasti sudah pada tahu. Itupun sudah menghabiskan energi. Bahkan di akar rumput selevel rukun tetangga sekalipun, perpecahan sampai membawa-bawa iman dan agama. Ada yang pihak yang mengatakan bahwa ketakutan terhadap corona sudah menggantikan ketakutan kepada Tuhan. Orang sudah bisa menakar iman orang lain dari ketakutannya terhadap korona. Sementar yang lebih memilih waspada tidak terima dengan ceramah serapah dari tetangganya. Wargapun terbelah. Belah tengah lagi, kayak potongan tempoe doeloe.
Negara ini butuh menyatukan kekuatan untuk memenangkan peperangan dengan corona. Sepeti halnya perang, ada jalur konfrontasi, dan ada pula jalur negosiasi. Ada yang memilih waspada dan pasang kuda-kuda, membekali diri dengan aneka senjata dan mawas diri. Ada pula yang memilih sikap tenang dan berserah diri yang seumpama dengan negosiasi atau jalan damai. Itu semua diupayakan untuk memerdekakan diri. Jadi tidak ada yang perlu disalahkan dari sikap cemas dan waspada. Begitu pula sah-sah saja untuk menjadi tenang dan berserah diri. Selama keduanya ditujukan untuk memenangkan pertempuran bersama, maka yakinlah corona pada akhirnya akan menyerah juga.

Mari bersatu kalahkan corona! (foto: livemint.com)
Pasalnya, kita sendiri terpecah. Jangankan untuk mencoba percaya kepada orang yang punya wewenang dan kapasitas mumpuni, untuk mengendalikan diri agar tidak mencaci maki tetangganya yang beda pandangan saja sudah susah. Yang merasa dirinya lebih beriman dengan berbekal tidak takut corona, suda bisa menghakimi saudara seagamanya yang disebut menuhankan corona. Sebaliknya, yang takut corona menganggap tetangganya terlalu sombong menghadapi realita, sambil dalam hati kecilnya berkata, “Kalau sudah kena, baru tahu rasa”. Lalu kapan kita menyatukan kekuatan untuk kemenangan bersama?
Saya pernah menulis (boleh dianggap quote) di wall facebook saya, “Kecemasan adalah wujud kerendahan hati, ketenangan menjadi modal untuk berbaik sangka”. Jika ada saudara kita cemas karena corona, dengan berbekal keimanan, kita bisa saja berpikir bahwa itu wujud kerendahan hati. Saudara kita masih merasa bahwa dirinya adalah manusia dengan tubuh yang lemah. Anggaplah ini kerendahan hati. Sementara saudara kita yang menghadapi corona dengan tenang, anggaplah ia punya modal berbaik sangka kepada Tuhan. Ketenangan itu merupakan memelihara prasangka baik kepada Tuhan, bahwa Tuhan memberikan segala sesuatu dengan perhitungan. Tidak ada yang salah pada keduanya. Mari bersatu untuk memenangkan ini.
Kita harus berhati-hati tentang perkataan, sikap dan tindakan. Niat yang awalnya lurus, bisa tiba-tiba berbelok tak terasa. Misalnya mengajak orang untuk tetap lebih takut kepada Tuhan, itu bagus, sangat bagus. Tapi ketika dalam mengajak tak terasa di hati kita dibumbui merendahkan kemimanan orang lain, maka sebenarnya niat kita sudah berbelok kepada arah yang salah. Begitu juga yang merasa menggunakan analisis medis fisiologis yang canggih dan kekinian, jangan melupakan bahwa ada campur tangan Tuhan di dalamnya.
Tuhan telah menunjukkan pada hati yang terang bahwa kebaikan dan keburukan itu sangat jelas. Tapi ingathlah bahwa ada yang sangat ahli mengaburkan antara kebaikan dan keburukan, yaitu setan.
Ayo kita menangkan bersama pertempuran ini. Jangan sampai kita kalah di semua medan laga, kalah menghadapi corona dan juga kalah karena kejernihan hati kita dalam melihat kebenaran juga terkaburkan.
Artikel tentang Inspirasi (Insert) Lainnya:
- Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Bagaimana Menjadi Produktif? Begini Prinsipnya
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Cerita: Harta Karun Mr. Crack
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Persepsi Tanpa Komunikasi Bisa Menjadi Prasangka
- Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Neng Neng Nong Nang Neng Nong dari Mata Apresiatif Seorang Akhmad Dhani
- Jadilah Optimis seperti Anak-Anak
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Cerita: Menolong Nubi
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- 3K, Bahan Bakar untuk Lokomotif Kehidupan Kita
- Krisis Jati Diri, Pangkal dari Semua Krisis
- Mempertanyakan Kekuasaan Tuhan
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Dalam Penciptaan, Imajinasi Bukan Basa-Basi
- Keluhan Dapat Menurunkan Kekebalan
- Perbuatan Baik Dapat Kembali Memurnikan Hati
- Menyiasati Ruang dan Waktu untuk Produktivitas
- Sholat Tarawih, Perjuangan Membentuk Karakter
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Dumbo Disney, Ketidaksempurnaan yang Luar Biasa
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Menjadi yang BAIK, Tanpa Syarat
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Bahaya Tagar Indonesia Terserah
- Pemilu Usai, Saatnya Berbuat untuk Negeri Ini
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Tak Ada yang Sulit Jika Ada Kemauan Belajar
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Inspirasi dan Menjadi Diri Sendiri
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Niat Baik Meningkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan
- Bagaimana #senja Bisa Menjadi Sumber Kebahagiaan?
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh