Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai

April 16, 2015 . by . in Inspirasi (Insert) . 2 Comments

Now and here atau kini dan di sini adalah sebuah filosofi atau sebuah kondisi presence (kehadiran). Saat seseorang hadir kedalam dirinya, saat itulah ia menghayati keberadaannya, yaitu dengan hadir di sini dan kini. Namun jika menjadikan now and here sebagai cita-cita, maka siap-siaplah untuk tidak kesampaian. Lho kok bisa?

Alkisah di sebuah negera yang bukan antah berantah, hiduplah seorang sepasang sahabat, Samputra dan Lianda. Di siang yang panas itu, Samputra bercakap-cakap dengan Lianda, seperti biasa.

Samputra: Kamu itu mbok jangan hanya berpikir kini dan di sini (now and here). Coba berpikirlah jauh ke depan.

Lianda: mengangguk.. Ada benarnya juga. Tapi justru aku bercita-cita bisa mencapai now and here itu.

Samputra: Kamu yakin bisa mencapai now and here?

Lianda: Kalau menggunakan kata-katamu, ‘berpikir kini dan di sini’, ya siapapun tidak akan bisa. Karena now and here itu untuk dihadiri, dimasuki, bukan dipikirkan. Kalau dipikirkan, ya siapapun tak akan pernah ada yang sampai ke now and here.

Samputra: Berarti harus dijalani, gitu ya?

Lianda: Iya

Samputra: Kamu masih yakin itu bisa tercapai?

Lianda: terdiam.. menggeleng. Iya ya… Kalau menjadikan now and here sebagai cita-cita, pasti juga akan sia-sia, karena now and here itu hadir kini dan di sini, sedangkan cita-cita itu ada di ujung sana.

Hadir dalam now and here untuk menjadi bahagia (foto: chronicbabe.com)

Hadir dalam now and here untuk menjadi bahagia (foto: chronicbabe.com)

Samputra dan Lianda mengalami kebuntuan. Keduanya bergegas menemui Resi Blundus untuk mendapatkan nasehat atas kebuntuan yang mereka alami.

Samputra: Kami mengalami kebuntuan soal now and here, Resi

Resi: Buntu? Pantas saja kalian tak pernah hadir di sini dan kini

Lianda: Bagaimana maksudnya, Resi?

Resi: Jika kalian hadir di sini dan kini, itu semua tidak akan jadi kebuntuan. Itu adalah aliran. Masuk dan larutlah di dalamnya. Bercita-cita untuk hadir di sini dan kini adalah sama dengan bercita-cita ingin bahagia. Itu bukan sesuatu yang dicapai, tetapi dimasuki dan dijalani. Jika kita bercita-cita bahagia, maka kita sedang berjarak dengan kebahagiaan itu. Itulah yang membuat orang sulit atau bahkan tidak pernah mencapainya. Itulah yang membuat orang tidak pernah puas. Ketika mencapai suatu hal, pasti hal lain yang lebih (bagus, tinggi, elok, kaya dsb.) akan muncul di depannya dan kembali ingin kita raih. Kapan selesainya, kapan habisnya, lalu kapan kita akan bahagia?

Samputra: Jadi, apakah bisa dibilang, agar bahagia, seseorang seharusnya masuk kedalam pikiran yang sedang dipikirkan, merasakan apa yang sedang dirasakan, dan larut dalam perilaku yang sedang dijalani, begitu Resi?

Resi: mengangguk.. Seperti yang kalin perdebatkan sebelumnya. Keraguan Lianda atas ketercapaian now and here, jika hal itu (hanya) dipikiran, sama juga halnya ketika now and here menjadi cita-cita. Maka, berhentilah berpikir dengan cara membiarkan diri kita berpikir, berhentilah merasa dengan membiarkan perasaan itu hadir dan kita rasakan, serta berhentilah melakukan dengan larut dalam perilaku itu sendiri. Maka Kalian akan menjadi orang yang bahagia.

Samputra: Satu pertanyaan lagi, Resi. Apakah Resi bahagia?

Lianda: Ya, apakah Resi bahagia?

Resi: terdiam..

 

Apa hikmah yang Kamu peroleh dari cerita ini?

Tag: , , ,

Artikel tentang Inspirasi (Insert) Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

2 Comments