Menjembatani Passion Anak dan Harapan Orang Tua


Menjembatani passion anak dan harapan orang tua menjadi persoalan yang sering dicurhatkan oleh para orang tua. Mereka bingung, bagaimana memfasilitasi atau memoderasi keduanya.

Sebelum memulai tulisan saya tentang bagaimana memfasilitasi atau menjembatani passion anak dan harapan orang tua, saya akan bercerita pengalaman saya terlebih dahulu. Pengalaman ini pula yang membuat saya akhirnya membuat tulisan ini.

Hari minggu pagi, saya mengantarkan dua anak saya untuk les berenang. Tidak sebagaimana les pada umumnya, tujuan dari les ini adalah agar mereka memiliki kegiatan fisik untuk olahraga. Les ini memang berawal dari anak paling besar saya yang ketika masih kecil membutuhkan penguatan paru-paru. Dia pernah terkena pneumonia. Jadi tujuan utamanya untuk alasan fisik, selebihnya adalah pengembangan skills.

Sepulang dari berenang, saya ngobrol dengan si kakak. Saya mengutarakan harapan saya tentang keinginan saya, agar dia bisa memainkan alat musik. Saya ingin di keluarga saya ada yang bisa bermain alat musik.

Saya tahu bahwa dia belakangan ini sudah mulai tidak terlalu banyak menyentuk pianonya. Bahkan sekarang piano tersebut terdesak sampai ke pojok tembok, kalah dengan berbagai barang yang berhubungan dengan komputer dan laptop. Belakangan ini dia memang lebih banyak mengutak-atik hardware komputer atau laptop. Dia bisa menghabiskan waktu seharian untuk melakukan hal tersebut.

Karena saya sadar bahwa musik bukan minat utamanya, maka saya mengatakan harapan saya tidak lebih dari himbauan. Meskipun keinginan itu kuat di hati saya, tapi saya harus rela untuk menahannya dan menurunkan menjadi tidak lebih dari himbauan.

Agar anak saya tetap bisa menangkap harapan saya sebagai sesuatu yang positif, saya menjelaskan tentang manfaat yang dapat dia peroleh dengan belajar bermusik. Saya tidak mengaitkan dengan keuntungan finansial atau sebagai mata pencarian, karena hal itu pasti menjadi membebani bagi anak. Pasti akan berbeda jika anaknya memang benar-benar menyukai belajar musik. Karena itu, manfaat yang saya ceritakan kepadanya lebih kepada mendukung fungsi kecerdasannya dan aktivasi otaknya. Saya kaitkan sense bermusik dengan kepandaian yang dapat ia gunakan untuk mengerjakan hobinya menguatak-atik hardware komputer atau membuat software atau aplikasi.

Meskipun tidak langsung membuahkan hasil dalam bentuk tindakan anak untuk langsung mempelajari kembali pianonya, tapi dia bisa menerima omongan saya secara positif. Hal ini sepertinya mudah. Tapi bagi beberapa anak, penolakan bisa langsung terjadi, karena anak sudah peka dengan tuntutan dari orang tuanya.

Karena itu, untuk menjembatani passion anak dan harapan orang tua, maka saya akan menarik pelajaran dari pengalaman saya ini. Selanjutnya silahkan ayah/bunda dapat menyesuaikan dengan konteks atau karakteristik anak masing-masing.

Tulisan terkait:

Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa

Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orang Tua dan Anak

Menjadi Orang Tua Itu Sangat Intuitif

Memaksakan Cara Berpikir Orang Tua Dapat Mematikan Imajinasi Anak

Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Imajinasinya

Bagaimana Menjembatani Passion Anak dan Harapan Orang Tua?
Bagaimana Menjembatani Passion Anak dan Harapan Orang Tua? (foto: FWD Insurance)

Bagaimana menjembatani passion anak dan harapan orang tua?

Berikut ini adalah pelajaran yang bisa saya ambil dan bisa diterapkan oleh ayah/bunda:

1. Jadikan minat anak sebagai pusat

Sebagai orang tua, kita harus mengenali minat anak. Ini dapat diamati dari aktivitas yang disenangi dan sering dilakukan oleh anak. Kita bisa mengukurnya dari porsi waktu yang ia gunakan untuk melakukan aktivitas tersebut. Selain itu, secara kualitatif, kita juga bisa melihat perhatian anak dalam melakukan aktivitas tersebut dibandingkan aktivitas yang lain.

2. Minat anak dapat dikaitkan dengan tujuan yang lebih visioner atau strategis

Setelah minat sudah diidentifikasi, maka kita bisa mengaitkan minat tersebut dengan tujuan strategis dalam hidup anak. Orang tua bisa mengaitkannya dengan profesi, penghasilan, dan rencana-rencana jangka panjang dalam pekerjaan anak.

3. Sampaikan harapan orang tua dengan bahasa yang lebih moderat

Setelah dua langkah di atas, barulah orang tua ke step dimana beralih kepada harapan mereka. Orang tua boleh menyampaikan harapan mereka, namun harus selalu pada posisi bukan sebagai tuntutan. Jika orang tua memang punya keinginan kuat akan hal tersebut, maka ia bisa menjelaskan tentang manfaatnya.

4. Lebih baik tidak melekatkan harapan orang tua dengan tujuan yang strategis bagi anak

Melanjutkan poin sebelumnya, sebagai peringatan, orang tua harus menahan diri untuk tidak mengaitkan harapan dengan tujuan strategis, misalnya profesi anak di masa depan. Itu bisa membuat anak mood nya jelek atau semangatnya menurun.

5. Jelaskan manfaat dari harapan orang tua untuk passion anak

Masih melanjutkan poin sebelumnya, orang tua dipersilahkan mengaitkan harapan mereka dengan passion anak. Jelaskan jika harapan orang tua dapat mendukung hobinya. Kita bisa cerita manfaat jangka panjang atas harapan orang tua, terutama untuk mendukung passion anak.

 

Demikian cara orang tua dalam menjembatani passion anak dan harapan mereka. Yang perlu diingat adalah orang tua harus menahan diri dan tidak menjadikan harapannya sebagai tuntutan, sehingga di mata anak terkesan malah menggantikan passionnya. Semoga bermanfaat.

 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *