Modal Dasar Pengasuhan


Banyak teori tentang pengasuhan. Berbagai penelitian seputar parenting juga sering dilakukan. Tapi tiap orangtua selalu punya cara untuk mengasuh anaknya. Kenapa mereka selalu bisa? Modal dasar pengasuhan adalah kuncinya.

Anak punya karakteristiknya masing-masing. Karakteristik ini menghendaki ‘sentuhan’ yang berbeda-beda antara anak satu dengan yang lainnya. Berkenaan dengan karakteristik anak yang unik, kadang kita kerepotan dalam melakukan pengasuhan, terutama dalam situasi yang tidak biasa, misalnya anak rewel atau menangis seolah tak mau berhenti. Bahkan orangtua yang paling mengenal anaknya sekalipun, tak jarang juga mengalami kesulitan, kadang malah sampai bikin frustasi.

Untuk berbagai persoalan yang terjadi pada anak, kita juga tak henti-henti berusaha, melakukan konsultasi di sana-sini, membeli buku, browsing artikel dan sebagainya. Namun bagaimana penerapannya di lapangan? Apa yang kita terapkan dari mencari berbagai informasi tersebut?

Berbicara tentang upaya mencari informasi, tentu tak lepas dari membicarakan efektifitanya untuk persoalan kita sehubungan dengan anak. Untuk itu, kita bisa membedakan, paling tidak ada dua tipe pencari informasi berkaitan dengan pengasuhan. Pertama, ada orangtua yang mencari informasi sebagai pengetahuan. Artinya, tanpa ada problem apapun, mereka belajar banyak tentang pengasuhan. Tidak hanya orangtua, calon orangtuapun biasanya melakukan cara yang seperti ini. Kedua, ada yang mencari informasi ketika dihadapkan pada persoalan. Ketika persoalan muncul, mereka konsultasi, membaca artikel dan membeli buku. Jika belum berhasil, mereka kembali mencari. Dari dua cara ini, mana yang lebih efektif?

Keduanya cara yang diterapkan orangtua punya kemungkinan yang sama untuk efektif. Namun, banyak juga orangtua yang membekali dengan berbagai teori, ketika mengalami persoalan aktual, melupakan teori yang telah dipelajarinya. Sebagian yang lain, buru-buru mengambil buku atau membuka laptop untuk mencari informasi yang dicarinya. Artinya, persoalan aktual lebih efektif diselesaikan dengan langsung mencari informasi yang spesifik berkaitan dengan persoalan yang sedang terjadi.

Namun demikian, teori yang sudah dipelajari, meskipun kadang tidak langsung digunakan atau bahkan dilupakan saat persoalan terjadi, tetap dapat mengasah kepekaan dalam pengasuhan. Pengetahuan yang kita miliki, tetap dapat memudahkan orangtua dalam mengambil langkah intuitif untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi. Biasanya pengetahuan yang disimpan pada level prinsip atau metode. Boleh lah ditambah dengan mencari informasi (pada level teknis) saat permasalahan terjadi (baca juga, “3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar”). Bagaimana jika terjadi persoalan unik, tidak pernah dialami oleh orangtua, sedangkan mereka tidak punya akses untuk mencari informasi?

Ada sebuah ilustrasi yang aku ambil dari pengalamanku. Suatu pagi Bintang merengek, menangis, rewel luar biasa. Dia minta digendong oleh ibunya, sedangkan ibunya harus memasak untuk makan di rumah dan bekalnya saat bermain di sekolah. Belum lagi mencuci tumpukan peralatan makan yang kotor dan membersihkan dapur. Persoalannya, Bintang hanya mau digendong ibunya, tidak mau aku gendong. Bahkan ketika aku coba menggendongnya, dia melompat dan hasilnya bibirku berdarah kena benturan kepalanya.

Aku coba berpikir. Berbagai cara diterapkan tak berhasil juga. Ehtahlah, aku sudah tidak punya cara lain. Aku gendong Bintang dengan paksa. Dia meronta sejadi-jadinya. Aku jauhkan dari dapur, ke ruang tamu. Dia tetap meronta dengan kuat. Aku perkuat pelukanku sambil membisikkan di telinganya, “Tenang, anak baik!”, “Bintang kan anak pintar, tenang dong!”, dan kata-kata sejenis. Kemarahan Bintang sedikit mereda. Tapi cuma sebentar saja. Kembali ia meronta sambil menjerit-jerit. Tetap ku peluk dengan erat. Karena kata-kata sepertinya hanya punya efek sebentar, aku membisikkan nyanyian di telinganya. Sebenarnya bukan lagu yang punya lirik yang jelas. Aku hanya bersenandung, karena juga tidak tahu mau nyanyi lagu apa. Ternyata Bintang menjadi lebih tenang.

Aku teruskan bersenandung sambil mencari cara untuk mengunci ketenangan Bintang. Aku lihat di pagar ada burung-burung kecil yang sehari sebelumnya dibelikan oleh ibunya. Aku ingat bahwa sebelumnya aku pernah mengatakan kepadanya bahwa burungnya dilepas saja, kasihan. Aku bilang ke dia, “Bintang, burungnya tidak jadi dilepas kok. Kalau tidak percaya, Bintang tunggu di sini. Bapak ambilkan burungnya di sana”. Bintang mengangguk dan mau turun dari gendongan. Aku ambil burungnya di atas pagar tembok. “Burungnya dikasih makan yuk! Kalau tidak dikasih makan, mending kita lepaskan aja”. Bintang mengangguk. Setelah itu, dia merawat burungnya dengan memberinya makan kacang dan beras. Syukurlah, pagi itu bisa diakhiri dengan baik.

Dari ilustrasi tersebut, pada dasarnya aku tidak sedang berbicara tentang teori, tapi kasih sayang. Itu adalah modal dasar dalam pengasuhan. Aku cuma berpikir untuk melemaskan ketegangan yang dialami oleh Bintang. Jika dimarahi, anak dengan tipe seperti Bintang akan kembali marah. Karena reaksi marah sangat mungkin terjadi, mengingat bibirku sobek dua garis dan berdarah karena sundulan kepala Bintang. Aku lebih memilih menenangkan diri dan coba memadukan fisik, hati dan pikiran untuk menangani persoalan Bintang. Bukan berarti anak tidak boleh dimarahi. Marah adalah pilihan kesekian (Baca juga, “Bolehkan Memarahi Anak?”)

Aku memeluk Bintang dengan kuat, lebih kuat darinya. Selanjutnya aku sentuh hatinya dengan membisikkan kata-kata lembut dan melantunkan nyanyian. Setelah lebih tenang, aku bawa pikirannya kepada hal yang menyenangkan dan senang ia senangi, yaitu burung. Aku berikan aktivitas (memberi makan burung) untuk menjaga tetap tenang dan membangun kesenangannya sendiri.

Kasih sayang adalah modal dasar pengasuhan (foto: detik.com)

Bolehlah yang membaca tulisan ini menganalisa cerita dan tindakanku dengan mengaitkan dengan berbagai teori Psikologi atau pengasuhan. Bisa jadi dihubungkan dengan teori resonansi pikiran, penggunaan paradoks antara kekuatan dan kelembutan, atau apapun itu. Namun yang jelas, saat itu aku tidak sedang berpikir tentang itu. Aku hanya punya tujuan agar Bintang menjadi lebih baik dengan modal kasih sayang.

Setiap orangtua punya modal dasar untuk mendidik atau mengasuh anaknya. Ya, modal dasar tersebut adalah kasih sayang. Jadi, tidak perlu khawatir dengan penguasaan teori atau ngiri karena akses informasi. Setiap orangtua punya cara yang terbaik untuk mendidik anaknya. Kasih sayang dari hati adalah modal dasar yang utama.

Anda punya pengalaman pengasuhan intuitif dengan modal dasar kasih sayang? Boleh dibagi di sini.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *