Air Mata sebagai Emotional Release


Berbicara tentang air mata, pasti identik dengan tangisan atau menangis. Ada juga yang menghubungkan dengan kesedihan, meskipun banyak juga orang yang menangis ketika mendapat kebahagiaan. Ternyata, air mata berguna untuk melepaskan tekanan atau ketegangan emosional atau disebut juga emotional release.

Pernah menangis? Pastilah. Bahkan yang berusaha mengingkarinya, pasti tidak lepas dari ingatannya ketika masa kecil. Artinya, kita tidak bisa lolos dari jawaban ‘ya’ atas pertanyaan tersebut. Masih ingat, bagaimana perasaan kita saat itu?

Setiap orang pasti pernah menangis, kecuali jika ada kasus khusus yang berhubungan dengan persoalan ketumpulan emosi. Jika kita diminta mengingat saat-saat kita menangis, dan diberi pertanyaan, “Bagaimana perasaanmu saat menangis?”, pasti kita mengingat kenangan-kenangan menyedihkan. Karena umumnya, orang menangis dalam keadaan sedih. Jadi, pertanyaan “Apakah pernah menangis?” seperti pertanyaan retoris. Sedangkan pertanyaan yang lebih menarik adalah “Pernahkan Kamu menangis saat merasa bahagia?”

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, menangis identik dengan kesedihan. Dengan demikian, mungkin banyak orang berpikiran bahwa menangis itu menyedihkan. Ketika ingat sebuah peristiwa saat kita menangis, kesedihan turut langsung di benak kita. Bahkan mengangis itu sendiri dapat menciptakan kesedihan. Coba lihat saja orang yang sedang menangis. Ini memang karena kebanyakan orang menangis karena sedih, sehingga akan menularkan kesedihan saat kita melihatnya.

Sebenarnya menangis tidak selalu identik dengan kesedihan. Orang juga bisa menangis saat bahagia. Karena itulah, judul tulisan ini tidak menggunakan kata ‘menangis’, tetapi lebih memilih ‘air mata’, agar tidak terlalu kuat terhubung dengan kesedihan. Selain itu, tulisan ini tidak sedang membahas manfaat menangis seperti yang sudah banyak ditulis di berbagai artikel yang juga dilengkapi dengan berbagai penelitian. Tulisan ini akan menekankan pada sisi psikologis, bagaimana air mata berhubungan dengan emotional release.

Sebenarnya paradox senang dan sedih itu ada pada perasaan terharu. Coba ingat lagi sebuah film, dan ingatlah sebuah bagian, adegan, atau scene yang tidak bercerita tentang kebahagiaan atau kesedihan, tetapi lebih kepada perasaan haru. Jika kita merasaan haru tersebut secara kuat, maka kita terbawa pada atmosfir emotional yang mengondisikan mata kita mengeluarkan air mata.

Keluarnya air mata ini adalah mekanisme alamiah saat emosi merasakan sesuatu sampai ambang batasnya. Kesedihan yang berlebihan atau senang yang berlebihan, sama-sama dapat memompa air mata. Air mata ini sebenarnya juga manifestasi dari kerja emosi. Bentuk fisiologisnya adalah bekerjanya amygdala untuk mengirimkan impuls ke efektor kelenjar air mata. Ini adalah mekanisme alami untuk mengembalikan kondisi emosi dalam keadaan seimbang. Itulah yang membuat air mata berfungsi sebagai emotional release.

Bagaimana perasaan saat melepaskan air mata? Mungkin sebagian besar orang bilang lega. Tapi kalau kita mau jujur, perasaan yang sesungguhnya hadir adalah bahagia.  Lho kok bisa, padahal kan air mata juga bentuk kompensasi dari rasa bahagia yang berlebihan (disamping sedih yang berlebihan)?

Pertanyaan ini melahirkan jawaban pada area spiritualitasnya. Ini menunjukkan bahwa kita memang diciptakan dalam kondisi yang luhur, keadaan terbaik. Kita dari sononya adalah manusia yang bahagia. Kondisi alamiah kita adalah equilibrium atau seimbang. Pada kondisi seimbang, kita merasa bahagia. Jika dihubungkan dengan air mata, memaksakan menangis tidak akan menciptakan kebahagiaan. Begitu juga dengan tangisan penuh amarah dan dendam, meskipun karakteristik dasar air matatetap bisa menjadi emotional release. Artinya, air mata amarah tetap bisa meredakan emosinya, tapi tak mendatangkan kedamaian. Kita bisa bilang lega, tapi kita tidak sedang bahagia.

emotional release
Air mata dapat melepaskan ketengan emosi, menjadi emotional release (foto: kellylaser.com)

Begitulah air mata berperan sebagai emotional release. Artikel ini tidak sedang mengajari kita cengeng. Tapi kita tetap butuh mengeluarkan air mata secara alamiah. Untuk menyeimbangkan diri kita kembali, biarkan sebuah perasaan hadir dan tak perlu dicegah jika hal itu merangsang keluarnya air mata. Dengan keseimbangan, kita menjadi tetap sehat dan bisa menyembuhkan diri sendiri secara alamiah (autopoietic).

Mau berbagi pengalaman menangismu?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *