Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
Setiap orang pasti diliputi dengan kelapangan dan kesulitan dalam menjalani kehidupan. Hanya saja, apakah kita akan bertarung untuk menghadapi, berlari untuk menghindari, atau biarkan saja semuanya untuk dujalani? Diantara strategi melawan, menghindar, atau menjalani, mana yang lebih efektif?
Setiap hari kita disuguhi berbagai aktivitas, baik yang kita senangi maupun yang hanya karena kewajiban kita tergerak untuk melakukan. Keduanya memndatangkan efek emosional yang berbeda. Ketika menjalani aktivitas yang kita senangi, pasti kita akan bisa menikmati, tanpa tekanan. Ini berbeda ketika kita menjalankan aktivitas yang didasari keterpaksaan, lebih parah lagi jika kita membenci aktivitas tersebut. Coba ingat kembali semua aktivitas Kamu, apakah banyak yang Kamu senangi atau yang justru Kamu benci?
Bagaimanapun juga, semua aktivitas itu ada di sekitar kita. Sebagian di antaranya harus kita jalani. Karena itu, kita selalu disuguhi dengan berbagai tekanan dan berbagai kelapangan. Untuk kali ini kita akan khusus membahas tentang cara menghadapi tekanan.
Bagaimana Cara Mengatasi Tekanan?
Sebagaimana mungkin sudah pernah kita tahu, bahwa kita bisa menghadapi tekanan dengan cara melawan atau menghadapinya, namun bisa juga dengan cara menghindarinya. Dua strategi menghadapi teknanan ini disebut dengan fight (melawan) dan flight (menghindar). Setiadaknya dua cara ini yang umum dilakukan sebagai pilihan.
Pilihan melawan dan menghindar ini bersifat bebas dan tidak harus dilabeli dengan nilai positif dan negatif. Mungkin kita sering mendengar bahwa orang yang melawan atau menghadapi disebut jagoan, sedangkan yang menghindar disebut cemen. Tidak demikian. Setiap tindakan yang kita lakukan tentunya didasari oleh perhitungan. Semua perhitungan yang kita buat, tidak lain adalah untuk menjamin keberlangsungan kesejahteraan ego. Ego inilah yang perlu kita lindungi dari rasa tertekan dan tidak nyaman. Cara melawan dan menghindar tidak masalah dilakukan, selama bisa menjaga kesejahteraan ego. Hanya saja, label jagoan dan pecundang sering kali membuat kita justru tertekan ketika memilih menghindar.
Baca juga artikel ini:
Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
Cara Kerja Akal Mengerem Reaksi Emosional dalam Mengatasi Masalah
Pendidikan Karakter dan Kebahagiaan Murid
Memilih melawan atau menghindar adalah sebuah seni. Artinya, meskipun menghindar memiliki efektivitas, tidak selalu melulu kita harus menghindar dari tekanan. Kita tidak akan belajar untuk melawan jika melulu menghindari tantangan. Begitu juga dengan melawan. Melawan juga dibutuhakn perhitungan yang matang, karena pada akhirnya kita harus menjamin ego kita dalam kondisi baik dan semakin membaik. Jika perlawanan dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ego kita, maka lebih baik jika kita melawan. Begitu juga sebaliknya, pilihan untuk berhenti, mengamati, bahkan menghindari, juga bisa menjadi pilihan yang tepat jika dirasa pilihan tersebut adalah yang terbaik.
Dalam melakukan strategi melawan atau menghindar, tentunya setiap orang punya keterampilan yang berbeda. Istilah keterampilan di sini berarti kita harus bisa menakar, kapan saat melawan dan kapan waktunya menghindar. Namun keduanya memang tidak akan menjamin fisik, pikiran, dan hati kita terbebas dari kelelahan. Baik melawan maupun menghindar sama-sama membutuhkan energi. Kita tidak mungkin menghindari tantangan dengan seratus persen terbebas dari bayang-bayang masalahnya. Karena itu, menghindar tetap membutuhkan energi utnuk menepis dan menghindari bayang-bayang persoalan. Begitu juga dengan melawan, sudah pasti membutuhkan energi untuk melakukannya.
Saat menghadapi kelelahan karena strategi melawan dan menghindar, maka bukan berarti kita berada dalam jalan buntu tanpa pilihan. Kita masih memiliki satu cara lagi, yaitu flow alias mengalir. Dengan cara ini, kita lebih memilih untuk menjalani, tanpa bertahan, tanpa melawan, dan tentu saja tidak menghindari. Kita menjalani tantangan tanpa complaint (keluhan). Kita menerima masalah, tekanan, tantangan, hanya sebagai bagian dari kehidupan, sebagaimana aktivitas yang lain pada umumnya. Kita Menjadikan tantangan itu sebagai bagian dari takdir kehidupan yang harus diterima dan dijalani. Kita ndak terlalu peduli, apakah perasaan yang ditimbulkan dari menjalani itu adalah senang, sedih, sakit, kesal, benci dan sebagainya. Dengan kata lain, kita menganggap segala rasa yang ditimbulkan dari menjalani itu juga sebagai konsekuensi yang biasa, hal alamiah yang perlu dirasakan. Hanya itu saja. Kita tidak menghadapi tantangan sebagai lawan, namun sebagai sesuatu yang netral, alamiah, sebagai teman biasa yang perlu dipergauli. Rasakan saja, tidak perlu dilawan. Ini seperti yang dikatakan Eko Kuntadi, “Lemesin aja!”.
Dari ketiga pilihan strategi menghadapi tekanan, yaitu fight, flight, atau flow, mana yang seirng kamu lakukan? Mana yang menurutmu cocok atau efektif untuk Kamu?