Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu


Internet jadi fenomena yang mewabah kemana-mana, bahkan ke pelosok nun jauh di sana. Persoalannya, peralihan cara kerja masih direspon dengan cara lama, meskipun internet telah ada di sekitar kita.

Suatu hari, seorang teman cerita. Dia kesulitan memasukkan nilai mahasiswa di cybercampus, sebuah model e-learning yang dikembangkan oleh Universitas Airlangga. Pada waktu itu, hanya Penanggung Jawab Mata Ajar. Coba perhatikan dialog temanku dengan temannya (wah, bahasanya jadi asik gini ya haha) berikut:

Temanku: Bu, koreksi hasil ujian sudah selesai. Saya tidak bisa input nilai. Hanya PJMA yang bisa melakukannya.

Temannya: Wah, Sampean saja yang memasukkan.

Temanku: Saya butuh username dan password-nya Ibu.

Temannya: Wah, saya ndak tahu username dan password saya.

Begitulah dialog temanku dengan temannya.

Karena temanku kebingungan, maka aku minta ke dia untuk nyoba masukkan nomor induk pegawai temannya (NIP). Password yang belum disetting ulang, pasti masih menggunakan username atau pakai NIP juga. Dan, berhasil.

Aku juga pernah punya posisi yang sama dengan ‘temannya’, sebagai PJMA mata kuliah. Hanya saja, ketika aku meminta tim dosen memasukkan nilai, aku tidak perlu memberikan username dan passwordku. Awalnya dia masih bingung dan bertanya cara dan meminta username dan passwordku. Tapi begitu dia masuk ke cybercampus, dia baru tahu kalau aku sudah memberikan akses buat dia untuk input dan edit nilai.

Ada juga cerita menggelikan dari seorang teman. Dia sms rekan kerjanya, “Berkas sudah saya kirim via email. Tolong dicek!”. Balasan dari sms tersebut, “Ok, terimakasih”. Semuanya beres, pada awalnya.

Beberapa menit kemudian, temanku di-sms sama rekan kerjanya, “Bagaimana cara men-download lampirannya?”. Karena kesulitan dijawab lewat sms, temanku menjelaskan lewat telepon. Apa yang dikatakan oleh rekan kerja temanku? “Kamu ke sini saja, tolong di-download-kan”. Duaaarrrr *petirmenyambar *camerazoominzoomout.

Pernah mengalami seperti cerita di atas?

Sumber Gambar: instagram.com/rudicahyo

Bukan soal ketidaktahuan teknologi yang jadi persoalan. Karena hal ini memang bukan untuk ditertawakan. Justru butuh diedukasi. Yang perlu kita sadari adalah berubahnya struktur ruang dan waktu dengan adanya internet ini.

Banyak yang masih belum menyadari bahwa internet berhubungan erat dengan penggunaan ruang dan waktu. Mereka mempunyai email, bergabung di milis, punya akun facebook, twitter, linkedin, friendster (masih ya?), stumbleU dan sebagainya, tetapi masih menggunakan cara lama. Bahkan mereka juga menuntut orang lain menggunakan cara lama. Jika sebuah pekerjaan sudah bisa diselesaikan dengan kontak lewat email dan media sosial, kenapa harus hujan panas dibelain buat ketemuan?

Bukan berarti mengecilkan arti pertemuan. Jelas, pertemuan sangat dibutuhkan untuk tujuan yang sudah melibatkan kolaborasi yang live (siaran langsung hehe). Lagi-lagi yang dibahas di sini adalah perubahan struktur ruang dan waktu dengan adanya internet. Kita perlu sadari itu.

Menyadari tidak cukup hanya tahu bahwa hal tersebut penting dan sangat membantu, tetapi juga mulai membiasakan menggunakannya. Karena dengan menggunakannya, kesadaran kita akan keberadaan internet juga semakin nyata. Sehingga, tak ada lagi yang dipersalahkan atau merasa bersalah jika tidak ada kehadiran.

Apakah Kamu sudah mengiptimalkan penggunaan internet untuk pekerjaan? Fasilitas apa saja yang sudah Kamu manfaatkan?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *