Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
February 26, 2013 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Sesuatu yang diulang membentuk kebiasaan. Hal ini menciptakan kenyamanan. Rasa nyaman membuat kita tergantung. Ini yang disebut pola ketergantungan. Bagaimana pola ketergantungan terbentuk?
Pernahkah mati gaya saat tiba-tiba internet di kantor mati? Atau mungkin Kamu adalah salah satu dari sekian banyak orang yang meratapi nasibnya saat BB kehabisan batere dan tidak ada charger untuk mengisi?
Sebelum menjawab pertanyaan sehari-hari tersebut, ada cerita pagi ini. Awal kisah dimulai dari menuju kamar mandi dan menyaksikan bak sudah mulai berwarna kuning kecoklatan. Wow, ngeri ya? Tidak, tidak seperti yang Kamu bayangkan. Lebih parah! hahaha.
Karena merasa perlu membersihkan bak mandi, maka aku kosongi saja bak mandinya. Ku buka penutup aliran airnya. Keluar dengan deras dan merasa lega. Ini ngomong apa tho?
Setelah semuanya beres, aku mengantar @bintangABC ke rumah pengasuhnya. Tak begitu jauh, hanya memakan waktu 15 menit saja. Setelah kembali, sesuatu yang dahysat terjadi. Apa itu? *musik bertalu*.. Hahaha bukan sesuatu yang luar biasa, mati lampu, eh lebih tepatnya mati listrik. Lho kok seheboh itu sih?
Sekilas, mati listrik bukan hal yang istimewa bukan? Ringan kok kalau diucapkan atau didengarkan, iya “Mati listrik!”. Sekali lagi kata-kata ini diulang, dapat piring cantik. Tapi tidak diserahkan, dilemparkan. Memang ringan, tapi ada perbedaan ketika ini terjadi pada malam hari. Dan ini terjadi pada pagi hari. Lha apa hubungannya coba? Kalau pada kondisi yang aku ceritakan, pasti sudah tahu apa istimewanya mati listrik. Iya, tidak ada air di bak mandi.
Seketika mandi menjadi persoalan. Fokus langsung tertuju bagaimana memperoleh air. Menengok ke sumur, sudah ditutup. Air pompa dari PDAM juga belum sampai pipanya ke kelaster perumahan baru.
Efek lainnya? listrik mati berarti modem rumah mati. Internet juga mati tentunya. Pekerjaan berhenti. Seketika waktu yang terbatas menjadi semakin mencekik. Belum lagi kalau kerjaan kita ditunggu. Sebelumnya sempat berpikir, sambil nunggu air menyala (listrik hidup), aku niatkan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Begitu ingat bahwa internet mati, maka dunia serasa berhenti berputar. Lebay deh..
Inilah yang disebut sebagai pembentukan ketergantungan. Perilaku kita yang diulang dan menemukan kenyamannya akan membuat ikatan-ikatan. Ikatan ini menimbulkan kenyamanan. Rasa nyaman membuat kita berasumsi bahwa perubahan dari kebiasaan akan membuat kita terusik, tidak nyaman. Pada saat itulah terjadi pola ketergantungan. Bagaimana pola ketergantungan terbentuk?
1. Rasa nyaman
Kenyamanan yang ditimbulkan oleh sebuah perilaku akan membuat perilaku tersebut diulang. Jika mendapatkan informasi dari televisi setiap pagi hari itu nyaman, maka kita akan mengulangnya, nonton berita pagi.
2. Pengulangan
Seperti yang sudah disinggung di poin 1, kenyamanan membuat perilaku diulang. Pengulangan yang terus menerus menimbulkan pengukuhan atas kenyamanan. Kalau selalu dilakukan dan dirasakan nyamannya, maka kita akan merasa memiliki.
3. Rasa memiliki
Ketika kenyamanan yang diulang sudah menjadi bagian kehidupan kita, maka kenyamanan tersebut merasa menjadi milik kita. Karena kita merasa memiliki, maka kita tidak ingin kehilangan.
4. Tidak ingin kehilangan
Tidak ingin kehilangan ini seperti posesif, seperti kehilangan pasangan. Jika berlebihan, maka kita akan menjadi tergantung. Contoh saja ibu-ibu yang suka nonton sinetron. Jika selalu mengikuti tiap episodenya, maka terhenti sekali saja, misalnya karena listrik mati, akan merasa kehilangan. Dalam diri ibu-ibu tersebut, ada hak miliknya yang dirasa hilang.
5. Asumsi bahwa yang baru pasti tidak nyaman
Jangankan benar-benar ganti yang baru, membayangkan ada sesuatu yang baru saja, sudah merasa tidak nyaman. Karena kita sudah nyaman dengan perilaku yang sudah merasa kita miliki, maka kita punya asumsi bahwa yang baru itu pasti rasanya tidak nyaman. Kita membayangkan, pasti butuh energi dan waktu untuk menyesuaikan kembali.
Begitulah pola ketergantungan terbentuk. Jadi, apa yang ada di dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti internet, listrik, gadget dan sebagainya, menciptakan ketergantungan buat kita dengan pola seperti yang aku jelaskan di atas.
Apakah Kamu mengalami ketergantungan?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Pekerjaan atau Anak?
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Perkembangan Moral Kohlberg
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?