Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
April 1, 2012 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Tiap pekerjaan itu punya pola alamiah, begitu juga dengan tubuh kita. Pola tubuh dan pekerjaan itu seharusnya saling selaras. Bagaimana pola alamiah diri dengan pekerjaan? Saat keduanya selaras, passion muncul.
Akhir minggu ini kebetulan sedang ada acara di tanah, dimana aku dibesarkan, Lumajang. Acara keluarga, memperingati seribu harinya si mbah dari ibuku. Karena bapak dan ibu tinggal di Bali, maka ini adalah kesempatan untuk ketemu dengan mereka. Kami janjian ketemu di Lumajang.
Apa yang menarik? Aku dibesarkan bersama kakakku di kota kecil itu. Karena sejak kecil orang tua sudah tinggal di Bali, maka aku dan kakakku cuma tinggal berdua di satu rumah. Kini kakakku sudah tinggal bersama suaminya di rumah yang sama. Nah, suaminya inilah yang jadi sumber cerita menarik buatku.
Dulu waktu awal menikah dengan kakak, suaminya masih belum punya pekerjaan. Berbagai hal pernah dilakukan, mulai jadi petani, buruh pengerajin perhiasan, mencari debu dan kotoran dari sisa pembuangan kerajinan emas, dan kini menjadi tukang lebur limbah kerajinan emas dan perak.
Pekerjaan ini yang membawa kakakku lebih sejahtera. Sekarang sudah bisa menabung lebih banyak dan sudah membuat rumah yang besar. Ada yang tak berubah dari suami kakku ini, yaitu semangatnya untuk melakukan banyak pekerjaan, mulai dari yang kecil, seperti bersih-bersih rumah, sampai bisa menyembelih kambing dan sapi.
Aku coba amati pola beberapa pekerjaan suami kakakku, mulai dari yang tidak berhasil sampai yang membuatnya seperti sekarang.
Ternyata suami kakakku sulit mengalami sukses ketika ia hanya fokus kepada pekerjaannya waktu itu. Pada waktu jadi petani, ia tidak melakukan pekerjaan lain, hanya bertani. Begitu juga ketika jadi buruh pengerajin perak dan emas serta mencari limbah sisa kerajinan emas dan perak. Dengan hanya tertuju pada satu pekerjaan, tanpa banyak aktivias yang lain, justru membuatnya susah berhasil.
Ini bukan berarti fokus dengan satu pekerjaan akan membuat susah sukses. Bukan, bukan seperti itu. Artinya, ada pengait hati dalam bekerja. Dalam waktu 24 jam, kegiatan sehari-hari sebagai kepala rumah tanggalah yang menjadi penyemangat suami kakakku. Mengantar anaknya sekolah, menguras bak mandi, menyapu, mengepel, cuci piring, ganti popok anaknya yang masih kecil, memandikan dan seambreg kegiatan lain.
Suami kakakku hatinya memang lebih terpaut dengan kegiatan sehari-hari. Itu yang membuatku salut. Sementara aku, untuk bersih-bersih saja nunggu akhir minggu baru melakukannya.
Karena sangat senengnya melakukan pekerjaan harian, sampai-sampai pekerjaan suami kakakku, sekarang sebagai tukang lebur emas dan perak sudah menjadi kegiatan sehari-hari. Sebagai pekerjaan sendiri, ia bisa sesuka hati membuka tempat kerjanya, meminta pengguna jasanya untuk menunggu, menundanya jika harus menjemput anaknya ke sekolah. Herannya, ini membuatnya sukses.
Hati yang senang memautkan suami kakakku pada apa yang ia lakukan, termasuk pekerjaannya. Karena hatinya senang, maka ia total dalam bekerja. Beberapa pujian dari konsumen yang aku dengar sendiri, suami kakakku adalah orang yang telaten, melakukan peleburan, memisahkan emas dan perak dari zat atau logam pencampurnya dengan bersih dan rapi. Selain itu, ia juga bisa mengajak pengguna jasanya untuk ngobrol, mulai dari yang berhubungan dengan pekerjaannya, emas dan perak, sampai obrolan sehari-hari. Karena itu, konsumen tidak hanya berhubungan baik ketika menggunakan jasanya, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Ada keharmonisan antara pekerjaan dengan pola hidup alamiah kita. Jika secara alamiah kita adalah orang yang suka pada bidang tertentu, maka secara logika, yang membuat harmonis dengan pola alamiahnya adalah bidang tersebut. Misalnya kita punya pola lamiah sebagai penulis atau menyukai tulis menulis, maka pekerjaan yang harmonis tentu saja yang banyak melakukan tulis menulis.
Bahkan kegiatan yang mungkin masih belum dianggap sebagai pekerjaan, seperti membaca, berlari, duduk, bernafas dan sebagainya bisa jadi pola alamiah yang menentukan pekerjaan apa yang harmonis dengannya. Yang hatinya terpaut dengan kegaitan membaca bisa jadi editor, yang berlari bisa jadi olahragawan, yang duduk bisa jadi meditator, dan yang bernafas bisa jadi instruktur senam pernafasan.
Karena itu, jika kita merasa tidak nyaman dengan sebuah pekerjaan, pasti ada ketidakharmonisan antara pola alamiah kita dengan pekerjaan tersebut. Ciri-cirinya bisa macam-macam, misalnya menunda pekerjaan, ada kata-kata ‘harus’ (yang membebani) dalam aktivitasnya, tak membuat kerasan, berorientasi pada tugas saja, tak punya impian di dalamnya dan sebagainya.
Keharmonisan antara pola alamiah dan pekerjaan ini bersifat gradatif. Tidak sepenuhnya pekerjaan tidak menampung pola alamiah, meskipun beberapa pekerjaan mungkin demikian. Contoh saja, mungkin ada pengemis yang malu dan tak ingin melakukan pekerjaan itu, tapi mungkin saja ada pengemis yang memang suka melakukannya. Dosen misalnya. Di beberapa universitas, selain mengajar, dosen juga harus meneliti dan melakukan pengabdian masyarakat. Lebih parah lagi, ada juga yang mewajibkan untuk melakukan banyak kegiatan administratif. Artinya, harmonis dengan mengajar tapi tak harmonis dengan peran yang lain.
Semakin sempurna pekerjaan, maka panggilan passion semakin terjawab. Apa arti sempurnya? Semua bagian dari pekerjaan itu sinkron, harmonis dengan pola alamiah kita.
Bagaimana mengharmoniskan pola alamiah dengan pekerjaan?
Berbicara tentang mengharmoniskan pekerjaan dengan pola alamiah, yang ideal untuk dilakukan sebenarnya menciptakan pekerjaan sendiri. Namun tidak selalu orang bisa hidup dalam keadaan ideal ini.
Kita sebenarnya berada diantara kehendak bebas dan determinasi. Meskipun setiap kehendak bebas mengandung tanggung jawabnya sendiri, tapi semakin mendekati kehendak bebas, maka semakin bersuka citalah hati. Tanggung jawab yang terkandung di dalamnya mengandung kebebasan itu sendiri. Hal ini sama seperti yang terjadi pada suami kakakku. Ia membebaskan dirinya untuk menjalani tanggung jawab yang ia pilih.
Untuk memperluas kebebasan diri dan memilih tanggung jawab yang kita inginkan, maka hal-hal yang bisa kita coba adalah,
1. Inventarisir kesenanganmu di tempat kerja
Kehidupan itu paradoks dan relatif. Apapun yang diktakan mutlak dalam hidup ini sebenarnya juga relatif. Kenapa? karena paradoks.
Sebenarnya ini adalah ide klasik, yaitu mencari bagian-bagian kecil dari pekerjaan yang disenangi. Paling tidak, mengenali bagian-bagian kecil yang kita senangi dalam pekerjaan dapat memudahkan kita untuk mengaitkannya denan pola alamiah kita.Β Ide klasiknya adalah menyukai bagian-bagian dari tempat kerja, misalnya rekan kerja, hiasan dinding, kamar mandi dan sebagainya. Atau bisa juga menyukai bagian dari pekerjaannya. Seorang dosen mungkin hatinya tetap terkait dengan aktivitas mengajar, meski di sisi lain dicekik kegiatan administratif.
2. Menciptakan bagian yang disukai
Cara kedua ini mungkin dilakukan jika yang pertama tidak membuahkan hasil. Artinya, kita telah berusaha mempunyai apa yang kita suka di tempat kerja, tetapi ternyata sulit menemukannya. Kalau sudah kita anggap tidak ada, maka kita sendiri yang menciptakannya. Bukankah kita sering melihat rekan kerja yang menghias ruangannya, memakai baju yang tidak biasa, menganti susunan meja dan sebagainya.
3. Perluas keharmonisan yang kita punya
Yang dilakukan oleh suami kakakku adalah memperluas kesenangannya sampai kepada pekerjaan yang ia jalani. Ia menjadikan kesenangan terhadap aktivitas sehari-hari untuk ditransformasikan ke tempat kerja. Jika seorang dosen memang hatinya terpaut dengan mengajar, maka ia bisa menghubungkan penelitiannya dengan metode mengajar, atau melakukan pengabdian masyarakat dengan menyelenggarakan pendidikan luar sekolah dan sebagainya.
4. Komitmen terhadap diri adalah dengan meninggalkan pekerjaannya
Jika percobaan 1, 2 dan 3 tidak berhasil, maka langkah kita sudah sampai di penghujung jalan. Seperti yang sudah aku singgung sebelumnya tentang langkah yang paling ideal. Untuk mendapatkan keharmonisan sempurna antara pola alamiah diri dan pekerjaan adalah dengan meninggalkan pekerjaan yang lama dan menciptakan yang baru.
Mudah-mudahan share pengalaman ini berguna untuk membuat kita semua tidak ragu mengambil langkah.
Bagaimana menurut pendapatmu?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Pekerjaan atau Anak?
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura