Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
February 25, 2014 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 1 Comments
Oedipus complex atau kompleks oedipus adalah konsep dalam psikoanalisis Sigmund Freud. Oedipus complex adalah kecemburuan seorang anak kepada ayahnya dalam merebutkan cintak eksklusif dari ibunya. Ada cerita di balik oedipus commplex.
Konsep oedipus complex terjadi pada saat Freud berada pada fase menganalisis dirinya sendiri. Dari analisa diri inilah sebenarnya lahir Psikoanalisis. Karena itulah teori Psikoanalisis Freud terasa begitu sangat subjektif. Namun demikian, refleksi yang mendalam membuat terjadi paradoks subjektivitas dan objektivitas, dimana Freud telah sampai kepadsa perenungan diri yang paling universal.
Tentang oedipus complex ini diakui sendiri oleh Freud ketika ia menceritakan perasaan masa kecilnya kepada sang ibu. Dalam suratnya kepada Fliess, Freud menceritakan pengalaman masa kecilnya ketika melihat ibunya sedang telanjang. Ia merasakan hasrat seksual dan merasakan adanya permusuhan dengan ayah.
Konsep oedipus complex ini ada hubungannya dengan cerita Yunani kuno. Oedipus adalah putra dari Raja Laieus dan Ratu Jocasta dari Thebes. Ada sebuah ramalan yang mengatakan bahwa Oedipus akan membunuh ayahnya dan menikah dengan ibunya. Karena ketakutan, Raja Laieus meninggalkan bayi Oedipus di gunung, dibiarkan agar mati. Namun Oedipus diselamatkan oleh para penggembala dan dijadikan anak oleh raja dan ratu asing.
Secara kebetulan, Oedipus bertemu dengan ayahnya di jalan ke arah Thebes. Dalam kemarahan, Oedipus membunuh Laieus. Oedipus melanjutkan perjalanan menuju Thebes, dan bertemu dengan Sphinx, yaitu mahluk yang memakan siapapun yang tidak bisa memecahkan teka-teki yang ia berikan. Oedipus berhasil memecahkan teka-teki tersebut dan dijadikan raja. Ia menikahi Jocasta tanpa mengetahui kenyataan yang sesungguhnya. Akhirnya, Oedipus menyadari kesalahan yang telah terjadi. Oedipus menghukum dirinya dengan membutakan matanya.
Begitulah cerita tentang Oedipus yang dihubungkan dengan konsep oedipus complex dalam psikoanalisis Sigmund Freud. Kalau ada yang mau menambahi cerita tentang Oedipus Complex ini, silahkan tuliskan di bagian comment ya..
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Pekerjaan atau Anak?
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Air Mata sebagai Emotional Release
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
One Comment