Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Resensi Buku: KKN di Desa Penari oleh Simpleman

September 24, 2019 . by . in Review | Resensi . 0 Comments

Sudah tahukan sebuah kisah viral tentang sekelompok mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah Jawa Timur, disebuah desa yang disebut Desa Penari. Kisah ini menjadi viral dan kemudian diangkat dalam sebuah novel oleh penulis yang sama. Bagaimanakah novel KKN di Desa Penari? Berikut ini adalah resensinya.

Sebelum kita mulai review atau resensi bukunya, ini adalah identitas buknya:

Judul: KKN di Desa Penari
Pengarang: Simpleman
Penerbit: Bukune
Editor: Sein Arlo
Proofreader: M.B. Winata
Ilustrator: Ajon Anggara & Alivion
Desainer Sampul: Raden Monic
ISBN: 978-602-220-339-9
Cetakan 1: September 2019

Saya berikan sedikit sinopsisnya. Kisah singkatnya saya ambilkan dari tulisan di rudicahyo.com saja, “KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi”.

Dikisahkan 6 mahasiswa dari sebuah kampus di Jawa Timur melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka adalah Ayu, Widya, Nur, Anton, dan Bima. Mereka melaksanakan KKN selama 6 minggu di desa yang disebut Desa Penari ini. Empat dari enam tokoh utama dalam kisah ini diteror oleh sosok dari dimenasi lain di desa tersebut. Kisah ini berakhir tragis dengan hilangnya nyawa dua mahasiswa peserta KKN, meskipun tidak langsung meninggal di lokasi.

Sekarang saatnya meresensi bukunya, “KKN di Desa Penari” by Simpleman.

Awal mula saya melihat buku ini di etalase Gramedia, saya langsung ingin membelinya. Sayang semua buku yang didisplay dibungkus dengan plastik segel. Tapi saya tetap ingin membelinya, meskipun tidak bisa mengintip isinya. Saya hanya berharap akan mendapatkan detil-detil yang lebih banyak dibanding cerita yang beredar di internet.

Bagaimana setelah plastik segel dibuka? Saya membaca lembar demi lembar, dan ternyata tidak jauh berbeda dengan tulisan yang beredar di dunia maya. Tulisan yang asli hanya disesuaikan sedemikian rupa agar lebih cocok untuk format novel. Perubahannya adalah penambahan kalimat-kalimat untuk menambahkan deskripsi setting dan perasaan yang dialami tokoh, penghilangan Bahasa Jawa, dan penambahan epilog. Selebihnya isinya sama. Bahkan ceritanya tetap dikemas dalam dua versi, yaitu versi Widya dan versi Nur. Akibatnya, ada banyak bagian yang berasa membaca ulang, terutama ketika tokoh Widya dan tokoh Nur berada dalam tempat dan waktu yang sama.

Mari kita pilah inti dari resensi kita pada sisi keunggulan dan kekurangan dari novel KKN di Desa Penari. Tentunya resensi ini didasarkan pada sudut pandang saya. Mari kita mulai dengan kelebihan.

1. Kekuatan penggambaran setting

Buat saya, setting novel KKN di Desa penari masi tetap terasa kuat. Cara penulis menggambarkan setiap peristiwa yang dilekatkan pada setting, membuat kita masuk di atmosfir situasi. Kita seperti bisa melihat tempat dan peristiwanya, meskipun tentu saja hal itu didukung oleh imajinasi pembaca.

2. Mempertahankan dua sudut pandang

Sebenarnya tentang sudut pandang ini bisa menjadikan kelemahan dan kekurangan. Tapi kita bahas sisi kelebihannya dulu. Ketika sudut pandang cerita diberikan dari tokoh Widya dan tokoh Nur, maka pembaca tidak hanya mendapatkan cerita yang berbeda ketika dua tokoh tersebut tidak berada dalam satu tempat dan waktu. Pembaca juga mendapatkan sudut pandang yang berbeda ketika bermain di wilayah persepsi. Contohnya ketika Nur memandang Widya bersikap dan berbicara secara aneh ketika mereka bertemua hanya berdua di dapur. Begitu juga Widya, berpikir bahwa Nur juga berbicara dengan bahasa yang aneh, sepertinya bukan dia yang sedang berbicara. Contoh lain adalah ketika Widya merasa bahwa Nur menari. Padahal orang lain, termasuk Nur, melihat bahwa Widya lah yang menari.

Sudah baca Buku KKN di Desa Penari? Baca resensinya dulu yuk!

Sekarang kita beralih kepada kekurangan dari Novel KKN di Desa Penari.

1. Penghilangan Bahasa Jawa

Menghilangkan bahasa Jawa bisa menjadi cara untuk membuat ceritanya jadi lebih bisa dinikmati oleh banyak orang, termasuk yang tidak menggunakan atau memahami Bahasa Jawa. Tapi kealamiahan dialog menjadi tidak terasa. Mungkin untuk orang yang tidak sempat membaca versi viralnya, tidak terganggu dengan hal ini. Tapi bukankah para pemburu noverlnya sebagian besar dilatarbelakangi karena viralnya cerita ini. Berarti mereka sedikit banyak telah mengakses ceritanya via internet. Karena menurut saya, Bahasa Jawa dapat memperkuat atmosfir cerita, selain menjaga keaslian peristiwanya. Bahasa Jawa identik dengan budaya tertentu, yang salah satunya bisa disebut dengan kejawen. Adat ke-jawa-an termasuk tentang kepercayaan kuno masyarakat Jawa, termasuk salah satunya kepercayaan memberikan penghormatan pada arwah leluhur melalui persembahan semacam sesajen. Karena itulah, Bahasa Jawa dapat memperkkuat atmosfir cerita. Tapi dalam versi novel, Bahasa Jawa banyak dihilangkan. Hanya pada bagian-bagian tertentu saja yang dipertahankan, seperti pada dialog Mbah Dok.

2. Menuliskan dua sudut pandang pencerita secara mirip

Jika memang penulisan dua sudut pandang, yaitu versi Widya dan versi Nur diperuntukkan agar bisa menghayati persepsi kedua tokoh, itu tidak masalah. Tapi jika cara menceritakannya persis sama, maka untuk setting-setting yang melibatkan Widya dan Nur, akan terasa mengulang-ulang. Namun kelemahan ini tidak terlalu menonjol sih. Bahkan penulis bisa membuat pembaca menghayati sudut pandang berbeda, meskipun keduanya bertemu, misalnya saat Widya menari atau saat Mbah Dok berbicara dengan Widya.

 

Demikian resensi Buku KKN di Desa Penari by Simpleman. Secara keseluruhan, saya masih menganggap ceritanya bagus, apalagi ada nilai plus penghayatan pembaca, karena ceritanya bersumber dari kisah nyata.

Semoga resensi buku KKN di Desa Penari by Simpleman bermanfaat buat Teman-teman semua. Selamat membaca.. Jika ada tambahan review, baik kelebihan ataupun kelemahan buku ini, silahkan dishare aja yuk di kolom komentar!

Tag: , , , ,

Artikel tentang Review | Resensi Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>