Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
September 22, 2019 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Berbicara tenang mindset berarti kita sedang membahas tentang cara pandang, cara berpikir. Berkenaan dengan pengembangan diri, ada orang yang memiliki fixed mindset dan growth mindset. Kalau kamu tergolong yang mana?
Suatu ketika atasan memberikan informasi tentang sebuah seminar kepada Doni dan Mirta. Menurut Mirta, informasi tersebut menarik karena dapat digunakan untuk meningkatkan kinerjanya di kantor. Semenara Doni menanggapi dengan cara berbeda. Ia mengatakan bahwa seminar hanya memberikan pengetahuan, tidak akan menambah skill-nya dalam bekerja.
Pada kesempatan yang lain, atasan menawarkan kepada beberapa bawahannya untuk mengikuti sebuah pelatihan. Tawaran ini tidak diberlakukan kepada semua bawahan, hanya Mirta dan Doni yang mendapatkan kesempatan. Doni berpikir bahwa ia cukup mampu untuk mendapatkan keterampilan seperti dalam pelatihan tersebut, hanya dengan membaca dan mencari sendiri informasi di internet. Sementara Mirta antusias untuk mengikutinya karena ia melihat ada peluang untuk memanfaatkannya dalam sebuah projek yang akan datang.
Saat kantor mendapatkan undangan untuk mengirimkan satu karyawan guna mengikuti sebuah workshop untuk mengembangkan kompetensi, atasan tidak lagi menawarkan kepada Doni, karena ia sering menolak untuk mengambil kesempatan. Atasan langsung menawarkan kepada Mirta dan sudah pasti ia akan menggunakan kesempatan tersebut. Satu sisi Doni malah merasa tenang, karena tidak harus dibebani dengan mengikut seminar, pelatihan, workshop atau semacamnya. Namu dari sisi hatinya yang lain, ia merasa protes, kenapa Mirta yang mendapatkan kesempatan tersebut. Ia merasa atasan semakin dekat dengan Mirta dan menganaktirikan dirinya.
Ilustrasi di atas menunjukkan dua mental yang berbeda antara Doni dan Mirta. Doni memiliki mental fixed mindset, sedangkan Mirta bermental growth mindset. Seperti apakah mental fixed mindset dan growth mindset? Ok, kita tidak akan memulainya dengan definisi. Mari kita lihat ciri-ciri dari mental fixed mindset dan growth mindset dalam beberapa aspek.
1. Menghadapi tantangan
Bagaimana orang dengan fixed mindset dan growth mindset menghadapi tantangan? Orang dengan mental fixed mindset akan cenderung menghindari tantangan. Ia akan berusaha menemukan berbacai cara untuk tidak melakukan tantangan tersebut. Salah satu cara yang khas dari orang bermental fixed mindset adalah merasa bahwa tantangan tersebut tidak dibutuhkan, diremehkan, dan merasa dirinya sudah cukup atau tidak harus mengambil kesempatan tersebut. Sebaliknya orang dengan mental growth mindset melihat dari sisi menariknya sebuah tantangan. Baginya, tantangan adalah kesempatan untuk memperoleh peluang, baik untuk pengembangan diri atau mendapatkan keuntungan.
2. Menanggapi umpan balik atau kritik
Orang dengan mental fixed mindset lebih ‘alergi’ terhadap kritik. Buat dia, kritik bersifat menyakitkan atau mengancam eksistensinya. Karena itu, ia akan lebih suka berteman dengan orang-orang yang permisif atau mendatangkan perasaan aman, tanpa kritikan. Sebaliknya orang dengan mental growth mindset akan mencari umpab balik atau feedback dari orang lain. Oleh sebab itu, ia tidak segan mencoba berbagai hal, karena jika ia melakukan kesalahan, itu justru kesempatan baginya untuk mendapatkan saran dari orang lain.
3. Memandang bakat atau kemampuan
Mental fixed mindset memandang bakat sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah. Bakat adalah takdir yang harus diterima. Bahkan untuk beberapa orang dengan fixed mindset yang kuat, akan mencari cara untuk bertahan atau melakukan defends (mekanisme pertahanan diri) dengan cara mencari pembenaran atas ke(tidak)mampuan yang ia miliki. Sebaliknya orang dengan mental growth mindset memandang bahwa bakat bisa diasah atau dikembangkan. Karena itu, ia akan mencari cara untuk berkembang dan tidak berhenti belajar.
4. Usaha yang dikerahkan
Orang dengan mental fixed mindset akan lebih efisien dalam mengeluarkan energinya. Efisiensi yang dilakukan bukan karena orientasi yang tepat terhadap target. Efisiensi yang dilakukan lebih didorong oleh perasaan enggan. Sementara orang dengan growth mindset akan mengerahkan energinya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
5. Rasa menyerah
Orang dengan fixed mindset akan lebih mudah menyerah. Satu kali kegagalan dapat membuatnya kapok untuk mencoba lagi. Bahkan yang lebih parah, sebelum kegagalan terjadi, ia sudah mengatakan bahwa dirinya gagal atau berpotensi gagal. Sebaliknya orang dengan growth mindset akan menjadikan kegagalan sebagai bagian perjalanan untuk berhasil. Ia akan belajar dari kegagalan tersebut untuk mencapai hasil yang lebih baik.
6. Diri dan kegagalan
Aspek ini masih terkait dengan aspek sebelumnya. Orang dengan mental fixed mindset akan menganggap bahwa kegagalan adalah bagian dari dirinya. Dalam teori motivasi, ini disebut dengan learned-helplessness. Sebelum atau ketika melakukan pekerjaan, orang dengan fixed mindset sudah merasa gagal. Kegagalan seperti sebuah takdiri yang melekat pada dirinya. Jika suatu saat ia berhasil, maka ia akan berpikir bahwa hal tersebut kebetulan atau keberuntungan saja. Sebaliknya mental growth mindset akan beranggapan bahwa orang memiliki peluang untuk gagal atau berhasil. Kalaupun mengalami kegagalan, itu adalah cara untuk dirinya menjadi lebih kuat.
7. Memandang keberhasilan orang lain
Orang dengan fixed mindset memandang keberhasilan orang lain sebagai ancaman. Pada saat orang lain berhasil, ia dapat melihat orang lain selalu lebih unggul dibanding dirinya, sementara dirinya semakin kecil dan tidak berarti. Sementara orang dengan mental growth mindset justru akan merasa terinspirasi oleh keberhasilan orang lain. Ia dapat berguru kepada orang yang berhasil atau tertantang untuk mencapai keberhasilan yang sama atau lebih.

Antara Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang manakah Kamu? (foto: safety4sea.com)
Berdasarkan aspek yang membedakan karakteristik antara mental fixed mindset dan growth mindset, maka dapat ditarik simpulan sebagai definisi dari fixed mindset dan growth mindset. Fixed mindset adalah cara pandang atau mental yang sudah merasa bahwa dirinya tidak berkembang dan tidak mau berkembang. Sementara growth mindset adalah mental yang selalu ingin berkembang dan mengupayakan dirinya untuk terus berkembang.
Pertanyaannya masih sama, jika kita melihat ciri-ciri dari tujuh aspek yang membedakan fixed mindset dan growth mindset di atas, dirimu termasuk yang mana?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Pekerjaan atau Anak?
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?