KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
September 1, 2019 . by rudicahyo . in Catatan Bebas, Psikologi Populer . 1 Comments
Tentu kita, warganet, sudah sangat tahu dengan cerita yang konon diinspirasi dari kisah nyata KKN mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur. Ini adalah sebuah kisah horor tragis penuh misteri yang berakhir dengan kematian dua peserta KKN di desa tersebut. Tapi benarkah cerita ini pernah terjadi? Simak, KKN di Desa Penari, antara Fakta dan Fiksi.
KKN di Desa Penari merupakan topik yang banyak di bahas di media sosial, terutama twitter. Ini adalah sebuah kisah tentang sekelompok mahasiswa yangmelakukan Kuliah Kerja Nyata sebagai bagian dari tugas perkuliahan yang wajib dilakukan semua mahasiswa. Lokasinya diduga berada di Banyuwangi, Jawa Timur, meskipun sejauh ini masih beredar spekulasi tentang lokasi spesifik kejadian perkara.
Kisah ini pertama kali dibagikan oleh netizen dengan akun @SimpleM81378523 yang kemudian menjadi viral di Twitter. Dalam thread yang cukup panjang itu, yang bersangkutan mengisahkan tentang 6 mahasiswa KKN dari sebuah kampus di Jawa Timur yang bernama Ayu, Widya, Nur, Anton, dan Bima. Mereka melaksanakan KKN selama 6 minggu di desa yang disebut desa penari ini. Empat dari enam tokoh utama dalam kisah ini diteror oleh sosok dari dimenasi lain di desa tersebut. Kisah ini berakhir tragis dengan hilangnya nyawa dua mahasiswa peserta KKN, meskipun tidak langsung meninggal di lokasi. Jika ingin mengetahui kisah lengkapnya sudah banyak beredar di media internet atau langsung dilacak saja akun penulisnya.
Lalu yang menarika dalah tentang kebenaran cerita. Pertanyaannya, KKN di Desa Penari apakah benar-benar fakta atau fiksi?
Saya tidak akan langsung menjawab soal, apakah kisah tersebut fakta atau fiksi. Saya akan coba menjawab pertanyaan tersebut dengan cara dan sudut pandang yang berbeda, yaitu melalui analisa. Selebihnya silahkan pembaca yang menyimpulkan sendiri. Untuk itu, mari kita kupas kisah KKN di Desa Penari ini dengan beberapa poin berikut.
1. Penulis lebih suka menggunakan akun anonim
Berdasarkan penuturan penulis dari video klalrifikasi di channel youtube Radityadika, ia menggunakan akun anonim karena penulis merasa lebih aman dan nyaman dengan menyembunyikan identitas dirinya yang asli. Hal ini berhubungan dengan kisah-kisah yang sering ia bagikan yang konon bersumber dari kisah nyata. Karena bersumber dari kisah nyata, sudah tentu hal itu berhubungan dengan kepentingan pihak lain yang tidak jarang bersifat sensitif.
Sebagai penulis, ini adalah alasan yang umum dan sangat bisa diterima. Tapi ada beberapa alasan sebuah akun lebih memilih anonim untuk akunnya. Salah satunya seperti yang dinyatakan oleh @SimpleM81378523 yaitu untuk kenyamanan diri dan menjaga privasi, selain juga untuk alasan keamanan. Akun anonim juga membuat orang bebar berekspresi, menyuarakan pemikirannya tanpa merasa terancam, baik sebagai antisipasi maupun konsekuensi dari pernyataannya. Akun anonim juga sebagai bentuk kebohongan atas kebenaran. Artinya, dengan akun anonim seseorang bisa menceritakan kebenaran dengan nyaman, atau bahkan dapat juga menceritakan kebohongan dengan aman. Karena anonimitas dapat menjadi perisai bagi penulis, maka aman buatnya untuk berbicara tentang kebenaran atau kebohongan.
2. Pemilik akun adalah seorang penulis dan storyteller yang baik
Status @SimpleM81378523 sebagai penulis juga patut mendapat perhatian. Ia merupakan penulis cerita yang kemudian mengkhususkan diri pada genre horor. Seoarng pencerita biasanya mempunyai kemampuan untuk menyelami objek yang diceritakan. Ia akan hadir pada situasi, orang, tempat dan sebagainya, saat menuliskan ceritanya. Kehadirannya itu bisa didasarkan atas fakta, dipicu oleh fakta, atau hanya imajinasi belaka.
Apa bedanya didasarkan pada fakta dengan dipicu oleh fakta? Ini soal seberapa banyak fakta mengambil peran dalam kisah yang ditulis. Based on true story dengan true story sudah pasti berbeda. Sudah paham maksudnya bukan? Based on true story, kenyataan dari cerita hanya sebagai pemicunya saja. Selebihnya penulis dapat mengembangkan ceritanya dengan memperhatikan sisi yang tidak melulu substansial, tetapi juga ornamen dan estetika, sehingga pembaca tertarik mengikuti tulisannya.
3. Porsi 40% banding 60%
Poin ini sepertinya menjadi inti dari judul tulisan ini, karena judulnya bertanya, apakah kisah KKN di Desa Penari fakta atau fiksi. Awalnya saya berpikir seperti dalam hukum parento, yaitu perbandingan 20% dan 80%. Tapi kok kayaknya ngikut pareto terlalu ekstrim dan mainstream. Masak mau ngeklaim 20% fakta dan 80% imajinasi atau sebaliknya, kok sepertinya keterlaluan jaraknya. Mau bilang fifty-fifty kok ya standar banget. Karena itu, saya mengambil angka 40:60. Ini adalah angka yang moderat, karena saya sendiri tidak terlalu prefer dengan perbandingan yang ekstrim jauhnya dan juga tidak percaya dengan fifty-fifty.
Porsi 40:60 ini bisa berupa 40 fakta dan 60 imajinasi, bisa juga sebaliknya 40 imajinasi dan 60 fakta. Namun yang memegang peranan dari cerita yan saya baca adalah porsi imajinasi, berapapun angkanya. Dari mempelajari cerita di threadnya @SimpleM81378523, ada bagian-bagian yang sepertinya sulit untuk diceritakan secara detil oleh narasumber. Hal ini berkaitan dengan keberatan yang awalnya disampaikan oleh narasumber. Penolakannya lebih didasarkan pada ketakutan akan kejadian tersebut yang sebenarnya ada unsur traumatik juga. Dengan kondisi seperti ini, sangat sulit kemungkinan bagi narasumber untuk bercerita sedetil yang ada di thread tersebut. Justru cerita ini menjadi menarik dengan penyusunan ulang yang direkatkan oleh imajinasi penulis. Sudah saya katakan di poin sebelumnya bahwa penulis adalah storyteller yang baik.
4. Diplomatis tentang investigasi
Ketika penulis berbicara tentang spekulasi tempat yang dilontarkan nitizen, ia membicarakan tentang investigasi di sebuah daerah yang ia sangkal video investigasi itu berkaitan dengan tempat kejadian. Penyangkalan ini sebenarnya dilakukan secara cerdas oleh penulis. Ia mendahului dengan pernyataan bahwa beberapa spekulasi tempat yang dibicarakan netizen memang ada yang benar. Namun ketika ia menyinggung soal video investigasi tentang sebuah tempat, ia mengatakan bahwa video tersebut tidak berhubungan dengan tempat kejadian perkara.
Sejauh yang saya amati, ada kemungkinan yang dimaksud dari spekulasi tempat yang benar justru adalah video tersebut. Sebenarnya penulis bisa saja bilang bahwa bukan itu tempatnya atau mengatakan bahwa spekulasi tersebut adalah salah. Kenapa ia tidak memilih kata-kata seperti itu dan lebih suka menggunakan ‘tidak ada kaitan’. Hal ini bisa jadi untuk melindungi kebenaran tempat yang dinyatakan dalam video. Karena pernyataan bahwa video tersebut idak berhubungan dengan tempat kejadian memang benar. Yang tidak ada hubungannya kan video investigasinya, sedangkan tempat yang diinvestigasi sangat mungkin memang lokasi yang dimaksud. Hal ini bisa memunculkan spekulasi begini: Pertama, Tempat atau daerahnya bersesuaian namun tidak sepenuhnya benar tentang tempat-tempat spesifik yang ditunjuk, seperti tentang lokasi sinden atau tempat pemandian, lokasi batu, gubuk dan sebagainya. Dengan tetap dinyatakan bahwa video tersebut tidak berhubungan adalah cara yang diplomatis untuk menyatakan hal pertama ini. Kedua, seperti yang saya bilang, penulis cuma ingin berdiplomasi tentang videonya, tetapi sebenarnya tidak sama sekali menyangkal tempatnya. Ini adalah cara yang cerdas untuk memilah antara objek dan konteks, antara barangnya (tempat/lokasi) dan cara barang itu ditampilkan (video). Kan bisa saja beberapa pernyataan dan penjelasan di video tidak tepat, tapi bukan berarti sama dengan mengatakan bahwa bukan di situ tempatnya. Yang ketiga, memang bukan itu tempatnya. Namun yang kemungkinan ketiga ini agak tipis berdasarkan cara penulis mengatakan penyangkalannya.
5. Apa lagi ya?
Sebenarnya poin-poin ini bisa berlanjut sambil mempelajari perkembangan kisah ini di media sosial. Atau mungkin teman-teman sekalian ingin menambahkan poin berikutnya? Tapi yang jelas, dari empat poin di atas, kita bisa memiliki pendapat atau menyimpulkan atas kebenaran kisah KKN di Desa Penari. Kalau menurut teman-teman, simpulannya, apakah cerita KKN di Desa Penari fakta atau fiksi?
Artikel tentang Catatan Bebas, Psikologi Populer Lainnya:
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Cerita Lebaran: Polisi Balik Kucing
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Tahun Baru, Apresiasi dan Evaluasi
- Tips Tetap Produktif di Bulan Puasa
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- "angka" dan "tuhan", Analisis Post Strukturalisme
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Ayo Kita Jadikan Ramadhan Produktif
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Agenda Seminar PTPP: Appreciative & Innovative Parenting. Jangan lewatkan!
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Matematika, Persoalan Epistemologi atau Etika?
- Internet Turut Membentuk Makna Axistensi di Tempat Kerja
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
- Mitos Keluar dari Zona Nyaman untuk Kesehatan Mental
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Menjadi Tukang Bersyukur dengan Level Tinggi
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Parenting Psikologi: Bagaimana Mengatasi Anak Susah Makan?
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Surat Balasan untuk Takita: Berbagi Kisah Dahsyatnya Bercerita
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Setelah Ramadhan Pertarungan Belum Berakhir
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bagaimana Membuat Resolusi Tahun 2013 Menjadi Powerful?
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Dwi Krisdianto, Kenangan yang Mengenang Dirinya
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Nge-host Acara Anak-Anak, Sebuah Jalan Setapak Baru
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
One Trackback
[…] Saya berikan sedikit sinopsisnya. Kisah singkatnya saya ambilkan dari tulisan di rudicahyo.com saja, “KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi”. […]