Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
January 15, 2014 . by rudicahyo . in Creative Learning . 0 Comments
Setelah perbuatan dilakukan atau kegiatan terlaksana, biasanya kita melakukan refleksi. Kita juga bisa membayangkan, kegiatan yang akan kita lakukan sudah terlaksana. Inilah yang disebut prefleksi, yaitu mengimajinasikan proses dan hasil belajar. Prefleksi adalah pemberdayaan imajinasi untuk efektivitas proses belajar.
Setiap siang, di kampus ada makan bersama civitas akademika. Seluruh warga kampus mengambil sendiri makanan di pantry dan menyantapnya bersama-sama. Pada saat itu aku ngajak ngobrol seseorang yang jarang punya teman bicara. Karena dia adalah partnerku dalam mengajar sebuah mata kuliah, kiranya obrolan santai seputar kuliah yang kita ampu bersama dapat menjadi teman makan siang yang renyah.
Aku bercerita tentang refleksi yang aku lakukan di akhir semester. Sebagai hasil dari refleksi tersebut, banyak mahasiswa yang menyesal telah melewatkan kuliah begitu saja. Mereka menyadari betapa kuliah yang selama ini mereka jalani adalah jalan untuk belajar hidup dan kehidupan.
Berkaca dari hal tersebut, maka aku berpikir bahwa kegiatan refleksi bisa diubah menjadi prefleksi. Jika refleksi dilakukan di belakang, maka proses dan hasil perkuliahan bisa diimajinasikan di depan, yang aku sebut dengan prefleksi.
Prefleksi bermanfaat untuk memperjelas proses yang akan dijalani oleh murid, menjernihkan tujuan atau luaran yang akan dicapai, serta memahami keinginan atau harapan mahasiswa atas proses dan hasl belajar. Berdasarkan pengalamanku dalam melakukan refleksi, kegiatan prefleksi juga bermanfaat untuk menyadarkan dan meningkatkan kesadaran akan kegunaan pembelajaran yang dijalani murid untuk kehidupan mereka. Dengan demikian, efektivitas proses belajar juga dapat dijaga dan ditingkatkan.
Pada artikel selanjutnya akan aku bahas tentang komponen dalam melakukan prefleksi dan cara melakukan prefleksi yang efektif. Kali ini kita cukup berkenalan dengan prefleksi sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses belajar dengan memberdayakan imajinasi. Semoga bermanfaat.
Apakah Kamu ingin mencoba melakukan prefleksi untuk fasilitasi belajar di kelas? Atau sudah pernah melakukannya?
Artikel tentang Creative Learning Lainnya:
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Resep Presentasi Spektakuler
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- 3 Cara Menggunakan Cerita untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Kreativitas KOWAWA
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar