5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
January 15, 2014 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Setiap tempat atau lingkungan akan menjadi atmosfir untuk orang yang berada di dalamnya. Atmosfir turut mempengaruhi energi. Bagaimana menciptakan atmosfir yang berenergi, sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan lebih bersemangat?
Artikel sebelumnya membahas tentang menciptakan atmosfir yang menggairahkan. Artikel itu berbicara tentang pengaruh atmosfir lingkungan untuk pembentukan gairah orang di dalamnya. Selain itu juga dibahas, ada dua kategori pembentuk atmosfir, yaitu orang-orang yang memiliki kesadaran untuk melakukan dan para pemimpin atau orang yang berpengaruh. Nah, kali ini akan kita bahas tentang bagaimana menciptakan atmosfir yang menggairahkan tersebut.
Sebagaimana pernah aku bahas dalam presentasi tentang hierarchy of questions for learning process, memang selalu ada dua pertanyaan fenomenologis untuk membantu belajar, yaitu what (apa) dan how (bagaimana). Jika di artikel tentang menciptakan atmosfir yang menggairahkan kita sudah bahas tentang pertanyaan ‘apa’, maka kali ini akan aku tulis artikel untuk menjawab pertanyaan ‘bagaimana’.
Untuk menciptakan atmosfir yang menggairahkan di lingkungan kita, sehingga dapat memberi semangat orang lain untuk melakukan aktivitasnya, maka beberapa hal berikut dapat dilakukan.
1. Bahagiakan diri
Seperti yang dikatakan oleh A’a Gym, salah satu syarat movement adalah ‘dimulai dari diri sendiri’. Karena itu, sebelum membentuk atmosfir positif yang mempengaruhi orang lain, maka buatlah diri bahagia terlebih dahulu. Diri yang bahagia akan lebih mudah menularkan atau mempengaruhi orang untuk bergairah.
2. Mengatur sudut pandang
Membahagiakan diri juga dapat dilakukan dengan mengatur sudut pandang terhadap diri sendiri. Namun yang dimaksud sudut pandang di sini lebih luas, yaitu melihat ke dalam diri dan lingkungan. Gairah dan rasa senang bisa menurun ketika kita melihat lingkungan secara negatif dan tidak bersahabat. Mata kita jadi sayu dan hati kita jadi mengharu biru. Hal ini bisa menular kepada orang lain di sekitar kita. Mereka yang menyaksikan ekspresi dan gestur kita juga akan merasakannya. Karena itu, carilah sisi positif yang membuat kita bahagia. Sebagaimana yang sudah pernah aku contohkan, jika kita tidak suka warna kuning, sementara di hari yang panas hanya ada sirup rasa jeruk di lemari es, maka kita harus mengubah cara pandang dari warna ke rasa.
3. Memberikan senyum
Semuanya sudah pasti tahu bahwa senyum itu ibadah. Artinya, ada nilai kebaikan di dalam senyum. Dulu waktu aku masih kuliah S1, teman-teman angkatan di atasku selalu bilang, “Aku suka melihatmu. Aku melihat wajahmu itu fresh, selalu ceria”, begitu kurang lebih yang mereka katakan kepadaku. Secara tidak sadar, saat itu aku sudah melakukan pembentukan atmosfir. Tantanganku, bagaimana aku bisa mempertahankan kebiasaan tersebut. Boleh juga ditambah dengan rumus ‘3 S’ yang biasanya ada di banner-banner perusahaan, yaitu salam, sapa, dan senyum. Tapi untuk orang-orang introvert, minimal bisa mengembangkan senyum.
4. Berbagi cerita positif
Ketika bertemu, maka bagilah cerita yang positif, baik pengalaman, laporan, ataupun sekedang memberikan dongeng. Kurangi cerita-cerita tentang keluh kesah dan curhatan super galau yang terlalu bikin mellow. Jika akan bercerita, berikan sedikit waktu jeda, tanyakan pada diri sendiri, apakah cerita yang akan diberikan dapat menularkan kesenangan atau menciptakan kebahagiaan.
5. Bertanya yang memancing gairah
Tidak kalah dahsyatnya dengan bercerita, bertanya juga mampu membentuk atmosfir yang bergairah. Berikan pertanyaan yang tepat. Salah satu kemampuan dalam fasilitasi adalah memahami seni bertanya. Kita sering dengar pertanyaan dari ketua komite atau panitia dalam sebuah rapat rutin, “Apa kesulitan yang Anda temui selama seminggu ini?”, bahkan dalam sebuah rapat yang bertajuk ‘progress report’ sekalipun. Kenapa kita tidak menggantinya dengan, “Apa capaian dalam seminggu ini?”, atau “Apa yang seru selama bekerja seminggu ini?”.

Setiap orang berhak dan dapat menciptakan atmosfir yang menggairahkan bagi lingkungannya (foto: merdeka.com)
Demikian pembahasan kita tentang bagaimana cara menciptakan atmosfir yang menggairahkan. Semoga bermanfaat.
Apakah Kamu sudah menciptakan atmosfir yang menggairahkan untuk diri dan lingkunganmu?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Pekerjaan atau Anak?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?