Cerita Anak tentang eksistensi anak atas informasi. Mereka yang eksis dengan internet tidak mengalami miss-informasi.
Hari ini ekstrakurikuler internet. Di sekolahku ada belajar internet bersama di luar mata pelajaran biasanya.
“Mana Rio dan Junet?”, begitulah pertanyaan yang setiap minggu pasti selalu meluncur dari mulut Bu Tiny.
Iya, Rio dan Junet selalu tidak mengikuti ekstrakurikuler internet. Padahal sekolah mewajibkan semua muridnya untuk ikut.
* * *
Hari ini Rio dan Junet dipanggil ke ruang bimbingan dan konseling untuk dipertemukan dengan Bu Tiny, pengajar ekskul internet.
“Kenapa tidak hadir lagi di ekskul internet?”
Ini juga pertanyaan yang taka sing. Tidak hanya sekali ini Bu Tiny bertanya tentang alasan Rio dan Junet.
Alasan mereka selalu berubah-ubah. Tapi diantara sekian ribu alasan, bisa dirangkum menjadi satu alasan pokok,
“Itu tidak berguna, Bu”, begitulah intinya yang beberapa kali juga diucapkan oleh Rio dan diamini oleh Junet.
“Saya lebih suka ikut bela diri saja, Bu. Buat saya itu lebih berguna, karena bisa untuk menjaga diri”, demikian bela Rio
“Iya, Bu”, Junet tetap mengamini.
Rio dan Junet memang aktif ikut ekskul bela diri. Namun ekskul bela diri tidak diwajibkan seperti ekskul internet.
“Kamu lihat Dian, Tito, Geby, mereka semua ikut bela diri, tetapi juga tidak pernah meninggalkan ekskul internet”
Nama-nama yang disebutkan Bu Tiny adalah teman-temanku yang aktif di banyak kegiatan. Tito adalah aku. Selain bela diri, aku dan teman-teman juga aktif di pramuka, PMR, dan tentu saja di ekskul internet.
Kembali lagi ke Rio dan Junet yang berhadapan dengan Bu Tiny. Tak bosan mereka bertiga selalu berdebat. Jika energi Rio dan Junet sudah habis, mereka hanya mengangguk, namun tetap saja tak berubah. Mereka tetap tidak pernah ikut ekskul internet.
Aku dan teman-teman juga sampai bosan mengingatkan. Malah diantar kami sudah menciptakan kata, “Nggak internetan, ya nggak eksis”. Kami menggunakannya untuk menyindir Rio dan Junet.
Kalau tidak cuek, ya Rio cuma bilang, “Aku dan Junet tetap eksis kok, meski tanpa internet!”
“Iya”, lagi-lagi Junet mengamini.
* * *
“Aku punya sesuatu”, kata Rio kepada Junet dengan semangat
“Apa”
“Ini rahasia”
“Iya, apa?”, Junet penasaran.
“Aku dapat peta harta karun Mr Crack”, kata Rio sambil menggenggam sehelai kertas
“Apa itu?”
“Aduh!”, Rio menepuk jidatnya. “Kamu tidak pernah tahu?”
Junet menggeleng.
“Mr. Crack adalah hartawan dari Inggris yang hidup pada abad 19. Dia punya banyak harta di setiap negara hampir di seluruh penjuru dunia. Aku menemukan salah satu peta menuju hartanya”, Rio berapi-api.
“Wah, ayo kita ambil!”
“Kita butuh waktu berhari-hari untuk mengambilnya. Kita harus persiapkan bekal”
“Kebetulan, besok kan kita liburan satu minggu”
Rio mengangguk. Keduanya mengangguk.
* * *
“Hey Rio, Junet”, sapaku.
Aku melihat mereka berdua membawa ransel besar.
“Mau kemana?”
“Rahasia”, jawab mereka hampir bersamaan.
Mereka tersenyum. Jelas ada yang disembunyikan dariku.
“Kalian tidak ingin ikut datang dipameran komputer dan internet. Di sana nanti kalian akan tahu seluk beluk internet. Mungkin dengan begitu kalian akan mulai mengetahui betapa asiknya menggunakan int…”
“Pergi sajalah Kamu. Aku dan Junet ada proyek rahasia”, potong Rio.
“Ok lah kalau begitu”
Aku berusaha bersikap biasa saja, meski sebenarnya penasaran dan ingin tanya-tanya tentang proyek rahasia mereka.
* * *
“Kita berhenti dulu”
Di tepian hutan Rio dan Junet berhenti. Sambil menikmati bekal, keduanya mempelajari peta Mr Crack.
“Kita akan melalui dua gunung kecil ini. Kita akan lalui sungai lumpur. Hati-hati, di sini diperingatkan bahwa ini berbahaya. Banyak lintah penghisap darah.
Usai mengemasi bekal, mereka melanjutkan perjalanan.
Dengan susah payah mereka mendaki bukit Linatana, sebuah bukit yang tak terlalu tinggi, tapi jarang orang mendatanginya.
Di bukit ini, mereka dikejar sosok hitam seperti bayangan. Mereka lari tunggang langgang sampai perbekalan mereka berjatuhan tak karuan di sepanjang jalan.
Di ujung hutan hampir di kaki bukit mereka berhenti. Sepertinya bayangan hitam, yang menurut teman-teman di sekolah adalah Ruambawu itu sudah tidak mengejar lagi.
“Bekal kita habis”, keluh Junet
“Iya. Tapi kita sudah terlalu jauh. Kita hanya bisa berharap dapat makanan di jalanan atau di tengah hutan”
“Apa tidak lebih baik kita kembali?”, Junet mulai ragu
“Apa Kamu tidak ingin mendapatkan harta Mr. Crack? Apakah Kamu ingin kembali dan dimakan Ruambawu?”
Junet bergidik. Ia putuskan mengikuti Rio untuk melanjutkan perjalanan.
Perut mereka sudah keroncongan. Sudah hampir seharian mereka berdua berjalan.
“Aha!”, teriak Rio dengan senyum merekah.
Rio membuka lebar-lebar petanya dan menatap ke puncak gunung. Di depan mereka menjulang tinggi Gunung Kiliaji.
“ Di sanalah harta Mr. Crack berada”, menunjuk ke puncak Kiliaji
“Lebih baik kita istirahat saja dulu”, kata Junet dengan suara memelas dan wajahnya sudah kusut total.
Meski sudah tidak sabar, Rio tidak tega melihat Junet. Mereka berdua istirahat. Namun, tidak ada sepotong makananpun yang mereka dapatkan.
Malamnya Rio mengajak Junet malanjutkan perjalanan. Dengan wajah cemberut dan menahan lapar yang tak terkira, Junet menurut saja. Daripada ditinggal, itu malah lebih runyam buat Junet.
Di separuh ketinggian Kiliaji, mereka sudah kehabisan tenaga. Dalam keputusasaan, Junet bertanya,
“Sebenarnya Kamu dapat darimana peta itu, Rio?”
Rio tertunduk lesu.
“Aku menemukannya di pinggir jalan”
“Apa?! Jadi kita berjalan berhari-hari, kehabisan makanan, kelaparan, dikejar Ruambawa, itu semua hanya karena peta yang Kamu temukan di pinggir jalan?”, kemarahan Junet meledak.
“Maafkan aku!”, hanya itu yang meluncur dari mulut Rio.
Dalam kelelahan yang akut, keduanya terlelap.
Matahari yang hangat membangunkan Rio dan Junet. Mereka melihat sebuah balon udara melintas. Segera keduanya berteriak-teriak agar diperhatikan, dan bisa menumpang untuk pergi dari situ. Sayangnya balon udara itu tak menghiraukan mereka berdua.
Setelah mengemasi tenda dan membersihkan bungkus-bungkus makanan ringan, keduanya berjalan tertatih menyusuri jalan di dekat jurang.
Mereka bertemu dengan orang tua yang sedang memanggul kayu.
Rio dan Junet menghentikan pak tua. Mereka berdua menceritakan tentang petualngan mereka mencari harta Mr. Crack.
“Jadi kalian mencari goa Mr. Crack?”, tanya Pak Tua
“Bapak tahu tentang Mr. Crack?”, tanya mereka berdua bersemangat
“Kalian pergi saja ke pos di ujung jalan. Nanti akan ada balon udara yang menjemput kalian di situ”
Rio dan Junet bersuka cita. Sekarang mereka berdua yakin bahwa harta karun Mr. Crack memang benar-benar ada.
Setelah mengucap terimakasih, mereka berdua segera menuju pos penjemputan balon udara, yang ditunjukkan oleh Pak Tua.
Di pos penjemputan, ternyata sudah ada 4 orang yang sedang duduk santai.
“Jangan-jangan mereka juga ingin mendapatkan harta Mr. Crack”, bisik Junet.
Balon udara yang ditunggu datang juga. Mereka semua naik dan menuju ke puncak gunung Kiliaji.
Di atas gunung lamat-lamat mulai terlihat kerumunan orang. Ternyata ramai sekali suasananya. Mereka berkerumun di depan goa yang betuliskan SELAMAT DATANG DI GOA MR. CRACK.
“Ternyata kita bukan satu-satunya yang menginginkan harta Mr. Crack”, bisik Rio ke Junet.
Mereka turun di unung celah gunung. Perlahan Rio, Junet dan 4 orang yang lain melalui jembatan menuju pintu goa.
“Hey Rio, Junet, ternyata kalian ke sini juga”
Seseorang menyapa, dan tentu saja mengejutkan mereka. Dia adalah aku.
“Kamu juga mencari harta Mr. Crack?”, tanya Junet
Rio segera menutup mulut Junet.
“Ada apa Kamu di sini?”, tanya Rio kepadaku
“Tentu saja liburan. Besok kan sudah masuk sekolah”
“Sejak kapan Kamu di sini?”
“Beru saja datang”
“Tidak mungkin!”, Rio tak habis pikir. “Aku saja butuh waktu 6 hari untuk mencapai tempat ini.
“Kok bisa?! Aku tinggal naik bus ke bawah bukit dan menumpang balon udara ke sini. Bahkan kalau mau, sudah ada jalan yang dibangun dan bisa dinaiki mobil kecil menuju ke mari”
“Benarkah? Nah, kok di peta rumit sekali perjalanannya”, Junet mulai tak tahan.
“Apakah yang kalian maksud peta ini?”
“Kamu juga memiliki peta yang sama dengan kami?”, tanya Rio masih bingung
“Semua orang di sini punya peta ini. Ini sebenarnya adalah voucher potongan harga untuk paket liburan ke Gunung Kiliaji dan mengunjungi dunia fantasi Mr. Crack. Yang membeli snack Mr. Crack dalam jumlah satu karton akan mendaptkan voucher ini. Peta ini hanya imajinasi saja. Itu dibuat dengan asal saja.”
Rio dan Junet terduduk lesu.
Rio jongkok mendekati mereka.
“Infomrasi tentang Snack dan voucher liburan Mr. Crack sudah ada di internet dua minggu menjelang liburan sekolah. Berarti kalian selama ini tidak pernah eksis, karena semua sudah pada tahu melalui internet”.
3 responses to “Cerita: Harta Karun Mr. Crack”
Mantap Tulisannnya…sukses selalu
Salam Kenal Dari One sm
http://iwansmtri.blogspot.com/2012/01/eksis-dengan-internet-untuk.html
Terimakasih…
salam kenal juga 🙂
waaah… keren banget nih postingannya… moga sukses dengan lombanya,… jangan lupa mampir dan komen ke http://rhianzflash.blogspot.com/2012/02/eksis-dengan-internet-oke-readers.html