Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
March 15, 2015 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Berasmsi adalah bagian yang alamiah. Setiap orang bisa saja berasumsi untuk memperkirakan apa yang akan terjadi. Namun bagaimana jika asumsi tersebut adalah negatif dan terlampau berlebihan? Maka kita akan hidup dengan dugaan-dugaan. Saat dugaan dan fakta tidak proporsional, saat itu juga kesehatan jiwa kita menghadapi ancaman.
Dalam sebuah percakapan di rumah.
Bapak: Tak terasa liburan sudah hampir usai. Berarti Lily sudah hampir satu bulan ya Ma, di rumah neneknya?
Ibu: Wah iya, sudah lama. Jangan-jangan nanti Lily akan semakin manja kalau pulang dari rumah neneknya.
Wajah itu terlihat cemas. Si Ginta, adinya Lily, mengamati wajah ibunya. Si ibu segera menelpon nenek di desa. Ibu mengatakan banyak hal, memberi peringatan kepada nenek agar tidak memanjakan Lily, tidak menuruti permintaannya, tidak membelikan sesuatu sembarangan.
Di rumah yang lain
Dedek: Ibu, Dedek mau main ke rumah Tino ya..
Ibu: Duh, Dedek mau main ke rumah Om Gito (ayahnya Tino)? Tidak takut? (karena sebelum-sebelumnya, si ibu sering mengatkaan bahwa ayahnya Tino galak).
Dedek: Oh iya..
Dedek tidak jadi pergi ke rumah Tino.
Peristiwa lain terjadi di tempat kerja.
Atasan: Perusahaan yang akan Kamu datangi ini sangat kaku. Orangnya sangat berorientasi pada keuntungan yang sebesar-bersarnya. Dia tidak mudah menerima ide dari orang lain.
Seluruh bawahan mendengarkan perkataan atasannya dengan takzim. Sementara Si Edi adalah salah satu bawahan yang akan bertugas menawarkan produk kepada perusahaan yang dimaksudkan oleh atasan.
Edi datang ke perusahaan tersebut dengan muka ditekuk. Jantungnya berdebar, keringat dingin mengucur. Saat berbicara dengan orang-orang di kantor perusahaan yang didatangi, Edi juga tergagap. Ia memikirkan setiap kata yang ingin diucapkan, agar terdengar indah di telinga calon kliennya.
Apa yang terjadi? Edi disuguhi minuman hangat, disiapkan makan, dan masih ditambah beberapa cemilan. Edi masih tidak percaya dengan kondisi yang ada di depannya. Ibaratnya, dia diberi makan sebanyak-banyaknya, kemudian kalau sudah gemuk baru disembelih. Begitulah yang ada di benaknya.
Edi ditemui oleh manajer dan direktur.
Manajer: Oh ini Pak Edi yang kemarin menelpon saya. Saya Danu, Pak. Kenalkan, ini Pak Dimas, direktur kami.
Obrolan terjadi begitu hangat, sesekali diselingin dengan candaan dan tawaan.
Kalau saat dijamu makan, Edi masih tidak mempercayai kondisi tersebut, karena berpegang pada keyakinan yang dihembuskan oleh atasannya kepada seluruh bawahan, tentang perusahaan yang ia kunjungi. Saat ini ia berpikir sebaliknya, ia masih tidak percaya, kenapa atasannya beserta seluruh orang kantor berpikir bahwa perusahaan yang ia kunjungi ini kaku, orientasi untung, tidak mudah menerima ide orang lain dan berbagai justifikasi semacamnya.
Dalam kehidupan kita, baik di rumah maupun di tempat kerja, atmosfir yang hidup di dalamya turut mempengaruhi bagaimana orang-orang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Peran atasan di tempat kerja atau orangtua di rumah, sangat besar bagi pembentukan atmosfir ini. Jika atmosfir yang dibangun adalah kekhawatiran, ketakutan, kecemasan, dan permusuhan, maka seluruh orang-orang di rumah atau tempat kerja akan menghidupkan asumsi-asumsi tersebut di benaknya. Akibatnya, pikiran, sikap, dan tindakan kepada orang atau pihak yang dimaksud juga akan diwarnai oleh asumsi tersebut. Ketika asumsi tersebut ditujukan kepada pihak lain, seperti yang dialami oleh Edi, maka hal tersebut akan membuat mental orang yang akan menghadapinya menjadi lemah, jiwanya menjadi terganggu, dan rentan stress. Apa yang dialami oleh Edi adalah kecemasan antisipatif (meminjam kosepnya Frankl), yang tentu saja mengganggu kesehatan jiwa yang mengalami. Jika atmosfir semacam itu ditularkan di rumah atau di tempat kerja, maka seluruh orang di dalamnya akan rentan mengalami sakit secara psikologis.
Apakah Anda hidup di lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa Anda?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Pekerjaan atau Anak?
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat