Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
September 27, 2017 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Kelekatan anak terhadap orang dewasa merupakan bagian dari perkembangan alamiah. Namun akan jadi masalah jika kelekatan tersebut mendatangkan rasa tidak aman bagi anak. Bagaimana mengajari anak untuk memiliki kelekatan yang sehat?
Kelekatan anak terhadap figur dekat, seperti orangtua atau pengasuh adalah sesuatu yang alamiah, bagian dari perkembangan anak. Mengelola kelekatan sama saja dengan mengelola pembelajaran anak untuk lebih mampu beradaptasi dengan kondisi diri yang berupa mahluk individu dan mahluk sosial. Melalui mekanisme lekat, anak belajar untuk mandiri sekaligus tetap berinteraksi dengan sehat. Bagaimana menjadikan anak memiliki kelekatan yang sehat sejak dini?
Baca juga tulisan berikut:
Melekat adalah mekanisme alamiah. Pembentukan kelekatan terjadi melalui proses yang interaksi yang dialami anak. Karena itu, pembentukan kelekatan yang aman dan kelekatan yang tidak aman juga dipengaruhi oleh perlakuan orangtua atau pengasuh sehubungan dengan interaksi mereka dengan anak. Dengan demikian, proses belajar mendapatkan kelekatan yang aman dan tidak aman ini lebih sering terjadi tanpa disadari. Nah, saatnya kini kita menyadari, sehingga pembentukan kelekatan yang sehat bisa diupayakan atau dikelola.
Setiap anak secara alamiah akan merasa nyaman dan aman bersama figur lekatnya. Figur lekat bisa satu atau lebih orang. Anak dapat melekat pada orangtua (ayah/ibu) dan pengasuh. Perlakuan figur lekat inilah yang menciptakan rasa aman (atau sebaliknya) pada diri anak. Karena itu, untuk membentuk kelekatan yang sehat, hal-hal berikut patut diperhatikan.
1. Hadir bersama anak itu penting
Anak membutuhkan kehadiran orang dewasa di sekitarnya, terutama orang yang ia percaya. Biasanya figur tersebut adalah orangtua atau pengasuh. Keberadaan figur-figur tersebut di sekitar anak, akan mendatangkan rasa nyaman atau aman. Interaksi yang dilakukan dapat berupa tatapan dan senyuman, suara atau percakapan, sentuhan dan bermain bersama. Jadi, kalaupun suatu saat anak menangis karena kepergian orang-orang ini, itu lebih kepada karena kehilangan aktivitas bersama mereka, bukan melulu karena orangnya itu sendiri. Kondisi seperti ini akan memudahkan dalam pembentukan kelekatan yang aman. Selanjutnya juga menjadi cikal-bakal kemandirian.
2. Perhatikan variasi sentuhan dan pelepasan
Anak tidak harus disentuh atau dipegang sepanjang waktu. Anak dapat dibiarkan sendiri untuk bermain atau bersentuhan dengan orang rumah selain kita. Dengan demikian, disarankan untuk tidak selalu menggendong anak. Variasi antara sentuhan dan pelepasan ini membuat anak mendapatkan stimulus yang beraneka ragam. Keragaman stimulus akan memudahkan anak-anak untuk tidak terlalu tergantung pada satu macam stimulus yang diberikan oleh figur lekat.
3. Pelepasan yang dilakukan secara bertahap
Kalaupun orangtua atau pengasuh ingin memisahkan diri dari anak, maka lakukan secara bertahap. Lakukan proses berpisah secara alamiah, misalnya dengan berpamitan. Jika perpisahan itu tidak jauh atau masih berada dalam lingkungan/ruang yang sama, maka kita tetap bisa bicara dengan anak ketika kita sudah berpindah ruangan.
4. Reaksi yang proporsional
Ketika terjadi sesuatu pada diri anak, maka lebih baik untuk mengamati dengan tetap sigap untuk bereaksi. Kesigapan ini tidak harus selalu langsung diekspresikan. Lebih baik kita mendahulukan untuk melihat kondisinya. Jika kita terbiasa untuk mengerem dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu, maka anak tidak mudah masuk kedalam situasi yang dramatis. Hal ini juga dapat mendatangkan rasa nyaman dan aman pada diri anak sehubungan dengan kehadiran kita.
5. Bantuan secukupnya
Sehubungan dengan poin 4, ketika anak mengalami sesuatu, kita tetap harus memberikan perhatian atau pertolongan sesuai dengan yang dibutuhkan. Namun sangat penting untuk terlebih dahulu melakukan pengamatan atas kondisi yang membutuhkan pertolongan. Dengan pengamatan maka pertolongan yang kita berikan juga tidak lebay. Jika kita memberikan pertolongan yang secukupnya, maka anak tidak rentan untuk mengeluh atau menangis saat mengalami sesuatu (yang mungkin ringan).

Interaksi yang sehat akan menimbulkan kelekatan yang sehat pada diri anak (foto: deviyr’s blog)
Demikian perlakukan yang dapat diberikan kepada anak dalam rangka membentuk kelekatan yang sehat atau aman. Apakah Ayah/Bunda/Kakak melakukan strategi selain yang saya sebutkan? Silahkan dibagi di kolom comment ya…
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Untuk Masa Depan Anak, Berkorbanlah!
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Meluruskan Makna Egaliter dalam Keluarga
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Cara Tepat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Pendidikan Anak: Apa Tindakan Awal yang Tepat Ketika Anak Melakukan Kesalahan?
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Manfaat Apresiasi untuk Anak
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Apakah Membacakan Buku Sejak Dalam Kandungan Akan Membuat Anak Gemar Membaca?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Modal Dasar Pengasuhan
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak