Keruwetan hidup adalah bagian yang tak bisa dihindari. Namun yang perlu kita yakini adalah bahwa selalu ada jalan di balik kesulitan. Hanya saja, kita perlu menjaga, apa yang perlu dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Baca selengkapnya!
Apakah Kamu Mengalami Keruwetan Hidup?
Apakah diantara Kamu ada yang sekarang sedang duduk-duduk dan tidak tahu harus melakukan apa. Atau mungkin juga diantara Kamu sedang dibanjiri keinginan untuk melakukan ini dan itu, tetapi tak satupun terlaksana. Mungkin juga diantara Kamu justru sudah melakukan banyak hal, tapi sedikitpun tak membuahkan hasil? Apalagi jika dibelakang Kamu dikejar-kejar oleh berbagai kebutuhan dan tuntutan. Maka semakin terjepitlah kondisi Kamu. Mungkin juga kondisi kita semua, sama seperti itu.
Hari ini saya sedang membaca dan menonton beberapa video di YouTube yang di dalamnya ada kisah-kisah dari orang-orang yang sempat menemukan jalan buntu. Sebagian diantara mereka bukan perencana, apalagi orang-orang dengan pemikiran strategis yang setiap langkahnya mengandung rencana, antar satu tindakan dan tindakan lain terhubungkan oleh benang merah. Tidak, sebagian besar diantara mereka adalah orang yang sering kesasar dalam ketidakberdayaan.
Hal yang menarik adalah ketika mereka mengatakan bahwa mereka sempat mengalami masa-masa sulit. Tentu saja pernyataan ini dikarenakan hari ini mereka sudah menikmati kebahagiaan. Apakah yang dimaksud dengan masa sulit itu adalah kesedihan? BUKAN. Mereka sebenarnya tidak mengatakan bahwa mereka bersedih. Itu adalah masa sulit secara ekonomi. Sebenarnya pikiran, emosi, dan tubuh mereka menerima apa adanya dan terus bergerak, meskipun tak tentu arah. Kalau di terminologi keilmuan Psikologi, ini disebut dengan resiliensi, dimana orang tetap bisa mengelola dirinya untuk survive dalam kondisi yang menekan. Survive di sini berarti bisa mengatasinya dalam konteks internal, meskipun sebenarnya problem eksternalnya tak selalu bisa dituntaskan.
Bagaimana Cara Keluar dari Keruwetan Hidup?
Setelah saya renungkan, saya membuat rangkuman atas pemikiran dan tindakan mereka yang pada akhirnya memetik hasil manis, setelah sempat terombang-ambing dalam kondisi tan menentu. Apa hasil rangkuman saya? Simak, dan coba hanyati, apakah kita sudah melakukannya atau belum. Jika Kamu yakin, hal ini memang positif dan perlu dilakukan, maka lakukanlah. Niscaya kesulitan itu akan terangkat dengan sendirinya.
1. Jangan berhenti bergerak
Jika Kamu hari ini masih dalam perangkap keruwetan dan Kamu terus memikirkan cara untuk melakukan sesuatu, itu harus tetap dijaga. Yang menjadi titik tekan saya di sini, tindakan kita tidak harus selalu terfokus untuk mengatasi masalah kita. Tapi bisa juga sejenak kita melakukan hal yang lain, meskipun tidak terhubung dengan masalah kita. Misalnya saja kita punya hutang, maka selain kita memikirkan cara untuk membayarnya, kita bisa juga melakukan hobi kita yang tidak terhubung dalam pelunasan hutang tersebut. Kamu yang hobi memfoto, bikin video, menulis dan sebagainya, tetap lakukan. Kamu bisa melakukannya atas dasar kesenangan atau membuat sebuah misi, misalnya mengurangi pencemaran, mengampanyekan kesehatan mental, membuat orang tersenyum dan semacamnya. Karena kita tidak pernah tahu cara Tuhan menghubungkan antara hobi kita dengan hutang kita yang belum terbayar. Bisa saja tiba-tiba Kamu dihubungi penerbit yang tertarik dengan tulisanmu, atau tiba-tiba foto atau videomu viral kemudian Kamu diundang untuk berbicara di radio atau televisi.
Namun yang menjadi catatan adalah. Bukan berarti kita seratus persen melupakan bagaimana melunasi hutang kita. Ketika memikirkan hutang sudah tidak membuahkan jawaban, jangan sampai hal tersebut menghentikan kita untuk melakukan berbagai hal positif lainnya. Ketika kita melakukan sesuatu atas dasar kesenangan dan cinta, Tuhan akan membuatkan benang merah antara kesenangan dan hutang kita.
2. Jangan melakukan hal buruk
Nomor 2 ini terkesan seperti sebuah nasihat ringan untuk anak-anak. Tapi memang prinsipnya, sesuatu yang rumit sekalipun, bisa berawal dari sesuatu yang sederhana. Atau sebaliknya, sesuatu yang rumit bisa diurai menjadi bagian-bagian kecil yang lebih sederhana. Entah Kalian percaya atau tidak, segala tindakan buruk, maksiat, kejahatan, tindakan keji, pada akhirnya akan menjadi beban mental kita. Kalau saya sih yakin, bahwa manusia diciptakan dalam kondisi yang sebaik-baiknya. Ketika kita melakukan tindakan buruk, maka itu akan menjadi beban psikologis bagi segala kebaikan kita.
Beban psikologis karena kesalahan-kesalahan dapat menghambat akselerasi kita dalam melangkah ke depan, termasuk ketika kita melakukan usaha, pekerjaan, bisnis dan sebagainya. Bahkan pemikiran buruk atau prasangka, jika dipelihara, lama-lama akan menghalangi kejernihan pikiran kita. Kreativitas kita akan terhambat dan kepekaan kita akan berbagai jalan keluar akan semakin sirna.
Kita tidak perlu harus terobsesi melakukan perbuatan baik jika memang hal tersebut tidak memungkinkan. Misalnya kita ingin bersedekah, tapi kita sendiri miskin (meskipun sebenarnya dengan tersenyum saja kita sudah bersedekah). Maka yang terpenting adalah, jangan menyakiti hati orang-orang yang misikin seperti kita. Jangan merebut rejeki mereka, jangan mengambil atau mengorupsi sesuatu dari mereka.
3. Bukalah diri untuk berbagai peluang dan pergaulan
Poin yang ketiga ini juga menjadi jalan untuk munculnya berbagai peluang. Membuka jejaring pertemanan tidak harus selalu dilakukan di dunia nyata. Kita bisa berteman lewat sosial media dan lebih terbuka untuk menangkap berbagai peluang dari sana. Mungkin saja dari pertemanan, kita jadi terpikirkan untuk melakukan kegiatan positif yang mendatangkan keuntungan, misalnya bikin usaha clothing, cetak stiker, membuat komunitas dengan kegitan yang bermanfaat bagi lingkungan, dan lain sebagainya.
Pasti ketika poin 3 ini diucapkan, di bagian lain dari pikiran kita terbersit sisi negatif dari keterbukaan akan pergaulan. Ya, hal tersebut tidak bisa dipungkiri. Namun kita kan sudah memegang poin 2, bahwa kita dilarang untuk melakukan hal buruk.
Beberapa teman yang mengalami kesusahan, berkat jejaring ini, ketika mereka berada di kota lain, tawaran untuk sekadar menginap atau makan di rumahnya berdatangan tak ada habisnya. Teman saya yang pontang-panting bersudaha dan berkelana ke berbagai kota inipun akhirnya bisa sangat berhemat ketika berada di daerah lain. Bahkan diantara mereka ada yang membuka usaha bersama ketika pertemuan yang serba kebetulan itu terjadi.
4. Hidup memang bukan sinetron, tapi kita bisa menjadi directornya
Mungkin Kalian membaca beberapa poin di atas seperti hanya ada di dunia sinetron. Yang perlu kita ingat, sinetron sekalipun, mereka memang benar-benar ada di dunia nyata. Kita tidak bisa menafikan bahwa sinetron itu sendiri adalah nyata. Mereka punya rumah produksi, punya kru, memiliki sumber daya kamera, aktor, skenario dan sebagainya. Dengan kata lain, jika sinetron itu sendiri adalah kenyataan, berarti kita bisa membuat jalan seperti kisah-kisah yang ada di dalamnya.
Hanya saja, sinetron itu memang dibuat dengan timeline yang tidak sepanjang kehidupan. Kebahagiaan dan kesuksesan bisa dengan sekejap mata dilipat dari kesedihannya. Dengan demikian, kita bisa menciptakan kisah dengan tetap membiarkan berbagai usaha yang kita lakukan sebagai bagian dari kisah panjang, atau kita bisa juga memperpendeknya. Jika kita ingin memperpendeknya, kita bisa mempertimbangkan untuk melakukan poin-poin yang saya jelaskan sebelumnya.
Baca juga tulisan berikut ini,
3 Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
Teori Motivasi dari Abraham Maslow
Menjadi Tukan Bersyukur dengan Level Tinggi
Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang manakah dirimu?
5. Jangan berhenti bersyukur
Setiap hari, Tuhan memberikan banyak kepada kita. Mulai dari kita bisa melihat, bisa bernafas, bisa berjalan dan sebagainya. Bukankah kita sudah dijanjikan bahwa ketika kita bersyukur, maka sekecil apapun nikmat kita yang sekarang, akan ditambah oleh Tuhan. Sementara itu pada janji yang lain, Tuhan juga berkata bahwa di balik kesulitan ada kemudahan. Kita hanya perlu untuk tetap meyakini hal itu.
Mungkin penjelasan saya di poin 5 ini juga terdengar klise. Namun kalau saya, itu saya buat lebih sederhana. Saya hanya meyakini bahwa kita diciptakan di atas bumi ini karena Tuhan sudah memperhitungkan. Rejeki Tuhan disebar di mana-mana. Selama kita berbuat, tidak berhenti bertindak, Tuhan selalu mempertemukan dengan bagian-bagian (rejeki) kita yang tersebar di mana-mana tersebut. Karena itu, syarat utama ya yang penting kita tidak berhenti atau bermalas-malasan. Lakukan aja dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan mempertemukan kita dengan rejeki kita (yang memang sudah dirancang pembagiannya).
Demikian tindakan yang harus dan yang tidak harus dilakukan, agar kita bisa keluar dari keruwetan hidup. Jika ada tindakan-tindakan lain yang bisa menjadi tips bagi kita semua, silahkan ditambahkan di kolom komentar ya..