Kolam Cantik Itu Bernama Scopus
April 17, 2025 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert) . 0 Comments
Di senja yang terlihat syahdu, duduklah termenung seorang pemuda di samping sebuah kolam yang indah. Di samping kolam mengalir sebuah sungai. Pemuda itu meratapi kondisinya yang semakin terpuruk. Kabarnya, ia dikhianati oleh kepercayaan dirinya yang terlampau ke ubun-ibun. Dia merasa memiliki kemampuan yang layak dibanggakan. Berbekal kemampuan tersebut, ia memberanikan diri untuk mendekati seorang gadis pujaan. Tapi ternyata, gadis itu tak pernah memandang hebat keunggulan sang pemuda. Hal ini lah yang membuat ia patah hati dan merasa tidak berdaya.
Pemuda itu dihampiri oleh sang kakek. Tanpa bertanya, kakek mengamati wajah pemuda yang sayu. Ia menunjuk ke arah kolam, “Kamu lihat kolam yang cantik itu”, “Lihat juga sungai yang penjang di samping kolam”, mengalihkan telunjuk ke sungai yang memanjang di dekat kolam. Pemuda itu mengangguk.
Kolam tampak jernih dan terlihat banyak ikan warna warni dengan latar belakang karang dan tetumbuhan yang hijau. Ikan-ikan cantik tampak menari-nari di dalam kolam. Sementara itu, di sungai yang alirannya cukup deras, seperti tidak terlihat apapun, kecuali hanya aliran air yang tidak begitu jernih karena bercampur dengan pasir dan lumpur. Sesekali tampak kilatan-kilatan yang timbul tenggelam di permukaan sungai.

“Kamu lihat kilatan perak yang sesekali muncul dari dalam sungai”, tanya Kakek. Pemuda itu tampak kaget, seolah baru menyadari bahwa ada gerakan-gerakan dari dalam sungai yang sesekali muncul. Bahkan kadang ada yang melompat dari dalam sungai. “Apakah itu ikan?”, tanya pemuda. “Benar”, jawab kakek sambil tersenyum.
“Suatu ketika, seekor ikan yang berlompatan itu berhasil mencapai kolam. Memang beberapa ikan penasaran dengan kehidupan di dalam kolam yang sering dikabarkan sangat indah”. Kakek berhenti sejenak melihat respon pemuda. Dari wajah pemuda, mulai ada rasa tertarik diselingi dahi yang mulai mengernyit. “Ikan sungai itu masuk ke kolam”, lanjut Kakek. “Dia berhasil merasakan berada di dalam kolam yang selama ini seolah hanya ada di negeri dongeng. Kolam itu indah dan banyak penghuni yang cantik, ikan yang berwarna-warni. Ikan sungai menikmati kehidupan barunya di dalam kolam. Hanya dalam hitungan hari, ia mulai menyadari perbedaan dirinya dengan para penghuni kolam”.
“Saat ikan sungai itu masih hidup di kali, ia adalah seekor perenang yang hebat. Ia bisa melesat bak kilat. Karena kecepatannya, ia seperti terlihat menghilang dan tiba-tiba muncul di tempat yang berbeda. Benar-benar seperti seorang pelompat di Film Jumper”. Pemuda tampak menikmati ceita sang kakek. “Dengan keahliannya itu, si ikan kadang menolong ikan lain untuk mendapatkan makanan, layanan antar cepat, hingga menangkap penjahat”, lanjut Kakek. “Pokoknya ia seperti pahlawan dan dielu-elukan dimana-mana”
“Kembali ke cerita di dalam kolam. Ikan sungai mulai melihat dirinya sendiri yang kalah cantik dengan ikan kolam. Beberapa ikan kolam juga menatapnya dengan pandangan yang aneh, seperti sedang menemui ikan alien. Semakin hari, semakin intensif ikan sungai mengamati dirinya yang tidak menarik. Bahkan senyum dari para ikan kolam tampak begitu sinis dan dirasa mengejeknya. Ia mulai menyadari kekurangan terbesarnya ketika berada di kolam yang cantik itu”. “Menyadari kekurangannya atau mulai mengingkari keunggulannya?”, tanya pemuda, memotong cerita sang kakek. “Kamu mulai mengerti sekarang”, jawab kakek singkat.
“Ikan itu sebenarnya ingin kembali melompat ke sungai. Namun keindangan kolam masih memikatnya. Keinginan melompat timbul tenggelam, karena tarik ulur antar keindahan kolam dan ingatannya akan kehebatannya ketika di sungai. Ikan sungai berusaha mengubah dirinya dengan sisiknya yang hitam legam. Tentu saja ia tidak berhasil mengubah kulitnya menjadi warna-warni seperti ikan kolam. Kondisi ini ia pertahankan sampai bertahun-tahun. Sampai suatu ketika tiba saatnya ia dianggap merusak image kolam. Ia diusir dari kolam oleh sang ratu, penguasa kolam cantik”.
“Dengan berat hati dan rasa sedih karena terhina, ia kembali melompat ke sungai. Ia kembali bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya. Sejenak ia melepaskan rasa rindunya dengan teman dan sanak keluarga. Ia berlarian, berkejaran. Tak menyadari bahwa ia menunjukkan kembali kebolehannya dalam berenang dengan kecepatan halilintar. Tentu saja hal ini membuat teman-temannya berdecak kagum dan memujinya. Saat dipuji itulah justru tiba-tiba ia murung. Teman-temannya bingung dengan reaksi si ikan dan bertanya, kenapa ia bersikap seperti itu. Si jago berenang itu menceritakan bahwa ia bukan apa-apa, karena kalah hebat dengan para penghuni kolam cantik. Teman-temannya berusaha meyakinkan bahwa ia ikan hebat yang bisa melaju melawan arus dengan kecepatan tinggi. Tapi sayangnya si perenang itu sudah tak bisa lagi melihat kecepatan renangnya sebagai kelebihan. Si perenang itu murung sampai saat ini. Bahkan konon sering merngurung diri dan menjauh dari teman-temannya”. “Itu efek dari kolam cantik?”, kata pemuda, antara bertanya dan membuat pernyataan.
“Kamu masih punya kesempatan untuk tidak menjadi ikan sungai itu”, kata kakek sambil menepuk pundak pemuda. Pemuda itu menggeleng sambil menepis tangan kakek dari pundaknya. Pemuda itu pergi meninggalkan sang kakek dengan wajah yang murung.
Tag: jurnal, jurnal scopus, scopus