Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Menghancurkan Tembok Penghalang dengan Tune In pada Aktivitas Pertama

September 9, 2014 . by . in Inspirasi (Insert) . 0 Comments

Apapapun yang diinginkan, membutuhkan tindakan untuk bisa meraihnya. Hanya saja, banyak yang kesulitan untuk mulai melakukan tindakannya. Karena itu, tune in di aktivitas pertama, sangat penting, agar aktivitas berikutnya menjadi lebih mudah.

“Pokoknya aku menargetkan, 3 bulan lagi skripsiku selesai”, demikian kata Andi.

Coba deh datang ke kos-nya Andi. Apa yang dia lakukan? Ada dua aktivitas utama, kalau tidak nge-game ya tidur. Coba ingatkan Andi pada perkataannya tentang target penyelesaian skripsi. Mungkin dia akan tetap bersemangat dengan komitmennya itu. Tapi jadi loyo ketika ditanya, “Apa yang mulai/sudah Kamu lakukan untuk target tersebut?”. Barulah Andi akan sadar dan merasa dirinya tidak berdaya dengan kondisi tersebut.

Beda lagi dengan Tono. Dia bahkan super duper lebih malas daripada Andi. Apa yang sekarang dia lakukan tiap hari? Dia berada di depan laptopnya, di meja kamarnya. Tentu saja yang ia lakukan bukan nge-game seperti yang dilakukan oleh Andi. Tono mengerjakan skripsinya. Lho kok bisa?

Tono telah melakukan aktivitas pertamanya dalam mengerjakan skripsi. Kini Tono sulit dihentikan, karena ia sudah tune in dengan skripsinya. Ketika ditanya, “Kenapa Kamu sekarang begitu larut di skripsimu, padahal dulu Kamu enggan menyentuhnya?”, jawaban Tono adalah, “Aku sudah menembus batas stagnasiku. Kini aku sudah tune in dengan skripsiku. Aku telah melakukan aktivitas pertama, selanjutnya aku tidak ingin berhenti”, demikian kurang lebih yang dikatakan Tono.

Menghancurkan tembok penghalang dengan tune in pada aktivitas pertama (foto: justcoachit.com)

Menghancurkan tembok penghalang dengan tune in pada aktivitas pertama (foto: justcoachit.com)

Tulisan ini memang dapat dihubungkan dengan tulisan lain yang berjudul “5 Jurus Lepas dari Stagnasi“. Kondisi stag bisa terjadi dalam bentuk tidak melakukan apapun atau larut dalam rutinitas tanpa makna. Ketika sudah merasa nyaman dengan kondisi yang sudah terbiasa, baik yang tidak melakukan apapun atau yang larut dalam rutinitas, maka akan sulit melakukan aksi untuk tujuan yang diinginkan. Contoh yang aku gambarkan di atas adalah kondisi yang sangat umum dialami oleh para mahasiswa yang mengerjakan skripsi.

Untuk itulah, kita perlu memaksa diri untuk mulai melakukan aktivitas yang pertama. Jika dicontohkan dengan mengerjakan skripsi, maka mulailah menjamah skripsinya atau melakukan aktivitas yang berhubungan dengan skripsi, misalnya menyusun bab 1, membuat pertanyaan wawancara atau kuesioner, bahkan bisa juga mulai membuat lembar pengesahan atau kata pengantar.

Melakukan aktivitas pertama memang tidak mudah. Kenyamanan sebelumnya telah menjadi kondisi seimbang (equilibrium) yang mapam. Karena sudah mapan, maka kebiasaan ini juga membangun tembok (barrier) tebal yang menghalangi (pola) perilaku baru. Karena itulah butuh daya yang besar untuk bisa menembus penghalang tersebut. Itulah sebabnya, mengapa aku menggunakan kata ‘dipaksa’. Tapi ketika tembok itu dapat tertembus, maka terbukalah pintu energi untuk bersirkulasi. Pada saat itu aliran justru akan sangat deras, seperti air yang baru saja menjebol tanggul. Itu yang membuat Tono susah dihentikan dari aktivitasnya mengerjakan skripsi.

Untuk itu, kita butuh kemauan terlebih dahulu. Kalau dianalogikan dengan pembentukan kebiasaan menulis, ini seperti menuangkan kata pertama yang dapat memancing kata berikutnya, kalimat pertama mengundang kalimat yang lainnya. Untuk tulisan tentang menghancurkan hambatan menulis ini, bisa dibaca di sini. Selain kemauan, kita perlu kerahkan energi untuk aktivitas pertama ini. Setelah membaca tulisan ini, kita juga bisa membayangkan bahwa aktivitas berikutnya akan lebih mudah setelah yang pertama berhasil dilakukan. Dengan memahami artikel ini, kemauan kita untuk melakukan tindakan pertama juga menjadi lebih kuat. Semoga!

Bagaimana menurut pendapatmu tentang tune in di aktivitas pertama ini?

Tag: , , ,

Artikel tentang Inspirasi (Insert) Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>