Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri


Berbicara penularan, mungkin kita berpikir tentang hubungan sosial, seseorang menularkan sesuatu kepada diri kita atau sebaliknya. Ternyata, penularan itu juga bisa terjadi terhadap diri sendiri, baik penularan kebaikan maupuan penularan keburukan.

Ada himbauan, “Berkumpullah dengan orang sholeh”, salah satu tombo ati (obat hati) yang ketiga. Sebagai obat hati, berkumpul dengan orang sholeh bertujuan agar kita juga menjadi orang sholeh. Selain itu, berkumpul dengan orang baik akan mendapatkan manfaat kebaikan, misalnya saja kebahagiaan, ketenangan hati, petuah bijak dan sebagainya.

Penularan kebaikan dan keburukan bisa terjadi dalam diri sendiri (foto: afk.kompas.com)
Penularan kebaikan dan keburukan bisa terjadi dalam diri sendiri (foto: afk.kompas.com)

Sebagai mahluk individu dan sosial, kita tak hanya berkumpul dengan orang lain, tetapi juga hidup untuk diri sendiri. Dibalik ya, biasanya kan orang bicara, kita tak hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi juga bersama orang lain dalam masyarakat. Ok, jika memang biasanya kita berpikir dengan cara yang terakhir, berarti mudah juga untuk berpikir sebaliknya, seperti pada kalimat pertama. Jika dalam kehidupan bersosial kita saling menularkan, maka demikian juga dalam kehidupan personal. Kita bisa menularkan kebaikan atau keburukan bagi diri sendiri.

Apakah kita pernah mendengar istilah spiral menaik atau spiral menurun? Tentang istilah ini, Kamu bisa dapatkan di tulisan “Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain”. Kita dapat memperoleh gambaran bahwa dalam lingkungan sosial, pikiran seseorang tentang dirinya bisa diperkuat. Ternyata, tidak hanya dalam konteks sosial, dalam konteks individual, kita bisa membentuk dan menguatkan cara berpikir, merasa dan berperilaku kita.

Coba renungkan ketika pertama kali membuka mata. Mungkin saja kita terbangun dini hari, pukul 2 atau 3 pagi. Apa yang kita lakukan pertama kali? Mungkin ada yang cemberut dan mengingat persoalan lagi. Barangkali saja ada yang langsung menggeliat dan mengembangkan senyumnya dan siap beraksi untuk hari ini. Bahkan ada yang langsung ke kamar mandi dan mengambil air wudlu untuk sholat malam hari. Kalau Kamu biasanya seperti apa?

Pikiran, perasaan dan perbuatan kita untuk kali pertama, akan membentuk pikiran, perasaan dan perbuata berikutnya. Energi di sekitar tindakan pertama tersebut akan terkumpul untuk menginventarisir berbagai rencana, fokus pikiran, serta keinginan-keinginan. Seperti sebuah instalasi listrik, kabel akan menghantarkan denyut di sekitarnya. Begitu juga seperti air danau atau kolam yang disentuh bagian ujungnya, maka gelombang akan menjalar kemana-mana di sekitarnya.

Saat terbangun dengan pikiran dan perasaan pertama, juga sama dengan saat menjelang tidur, otak kita masih berada pada gelombang alfa. Saat ini, kita akan merekam sesuatu dari diri kita sendiri. Saat itulah, kita mengingat pikiran dan perasaan kita untuk kali pertama. Jika kita memasukkan pikiran dan perasaan dalam ingatan, maka hal itu akan mendatangkan energi yang punya gelombang yang sama, kebaikan akan mendatangkan kebaikan, begitu juga sebaliknya.

Penularan kebaikan dan keburukan bisa dimulai sejak terbangun untuk pertama kali (foto: cumicumi.com)
Penularan kebaikan dan keburukan bisa dimulai sejak terbangun untuk pertama kali (foto: cumicumi.com)

Memikirkan, merasakan dan berbuat sesuatu saat terjaga, itu adalah pilihan. Semua dikembalikan kepada orangnya. Kebaikan dan keburukan bisa kita kembangkan sejak pilihan yang pertama. Karena penularan kebaikan dan keburukan bisa terjadi dalam diri sendiri.

Saat terjaga, Kamu memilih memikirkan, merasakan, atau melakukan perbuatan apa? Kalau pertanyaan ini dikembalikan kepadaku, tentu kalian tahu, apa yang ku pilih untk pertama kali. Ya, menuliskan tentang hal ini. Aku ingin berbagi (kebaikan). Kalau Kamu?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *