Integritas Dipertaruhkan dalam Inflasi Pengetahuan
Juli 9, 2025 . by rudicahyo . in Catatan Bebas, Pendidikan . 0 Comments
Beberapa waktu yang lalu beberapa perguruan tinggi dihebohkan dengan di-release-nya laporan dari Integrity Risk Index (RI2) mengenai publikasi hasil penelitian yang dipertanyakan keabsahannya secara ilmiah. Terdapat lima kampus ternama di Indonesia yang mendapatkan kategori red flag alias beresiko paling tinggi. Kita perlu menyadari bahwa sebenarnya telah terjadi inflasi ilmu pengetahuan yang sudah dikhawatirkan sejak beberapa abad yang lalu.
Sebagaimana telah dipublikasikan bahwa telah terjadi berbagai tindakan beresiko dari banyak universitas dengan tujuan untuk meningkatkan rate publikasi, terutama di jurnal-jurnal yang terindeks scopus dan kroni-kroninya. Penelitian tersebut menunjukkan ada lima perguruan tinggi yang paling beresiko, sementara beberapa yang lain masuk kategori beresiko tinggi dan terakhir masuk kategori dalam pengawasan (status awas).
Tentu saja perguruan tinggi yang tercatut namanya dalam list hitam itu sibuk untuk melakukan konsolidasi, membuat press relelase, mengupayakan penyelidikan yang mengritisi Integrity Risk Index (RI2) secara metodologis. Iya sih, dalam berbagai usaha tersebut tetap diselipi kalimat-kalimat bijaksana yang senada “…namun ini tetap akan menjadi bahan refleksi untuk berbenah diri”. Apakah kalimat terakhir ini benar? Yang dikhawatirkan justru kalimat itu hanya sebagai upaya untuk melindungi ego, berusaha tampak bijaksana, namun sebenarnya adalah mekanisme pertahanan (defends mechanism) belaka. Sementara sikap yang sesungguhnya ya upaya untuk bersih-bersih. Bukan memebersihkan institusi dari praktis gelap, namun cuci-cuci diri dengan berbagai alibi.
Saya akan beranjak lebih jauh dari itu. Bukan jauh ke depan, tapi akan melangkah ke belakang, dimana kita sudah terlampau kronis mengalami inflasi ilmu pengetahuan. Inflasi ini ditandai dengan semakin berjaraknya ilmu pengetahuan dari kehidupan. Ketika ilmu pengetahuan dibahas, pada pada saat yang sama kita tidak pernah sama sekali membahas kehidupan. Beberapa ciri sudah terlihat dan akan saja berikan beberapa di antaranya.
- Karya Ilmiah tak Bermakna
Mengejar kuantitas dari karya ilmiah tanpa memperdulikan kegunaannya bagi manusia, itu sudah menjadi penyakit bawah sadar peradaban. Hal seperti itu sudah tidak semakin asing di perguruan tinggi (beberapa diantaranya juga terjadi di sekolah-sekolah). Pemanfaatan hasil penelitian tidak lebih hanya sebagai referensi untuk mereproduksi teks berikutnya.
2. Ilmu Pengetahuan hanya Perduli pada Teknis dan Alat
Dalam tataran pengguna, tidak jadi masalah jika kita hanya merorientasi pada alat yang siap pakai. Namun jika menjadi ilmuan, idealnya peduli terhadap pengembangan pemikiran yang melatar belakangi teknis. Penelitian-penelitian yang mengembangkan pemikiran justru harus tetap seimbang dengan konten pendidikan yang mengedepankan mental pengguna. Maka tidak mengherankan jika kita terseok-seok dalam tes Programme for International Student Assessment (PISA).
3. Duplikasi Referensif
Sejak mahasiswa S1 dulu saya sering dicemooh hanya karena kadang saya mengeluarkan pemikiran saya dan kemudian ditanya, “dari tokoh siapa itu?”. Seolah memiliki pendapat sendiri yang sebenarnya adalah hasil integrasi dari berbagai ilmu pengetahuan yang mengendap, adalah hal haram dan menjijikkan. Mental cara belajar kita lebih referensif. Dan ini tidak mengagetkan, mengingat banyak belajar yang hanya diorientasikan untuk ujian yang mengandalkan hafalan.
4. Inflasi Kepribadian Ilmuan
Ilmuan di tempat kita itu tersinergi untuk kepentingan dengan ukuran yang tidak diciptakan dari akarnya. Ilmuan kita menjadi makmum bagi sang imam yang disebut scopus (dan kroni-kroninya). Ilmuan semakin dijauhkan dari kepribadian mereka dengan mengabaikan berbagai keunggulan dan karakter yang sudah dimiliki. Dampak psikologisnya beragam, misalnya matinya jati diri, ketidaknyamanan dan tekanan, hingga hilangnya kesempatan aktualisasi diri karena keduluan mati akibat keterbatasan usia.
Demikian beberapa ciri dari inflasi pengetahuan yang sudah semakin kronis kita alamai. Jika ada ciri-ciri lain, silahkan tambahkan di kolom komentar.