Belajar Penelitian dari Polisi Tidur
June 6, 2014 . by rudicahyo . in Creative Learning . 0 Comments
Meneliti itu memang tidak gampang, namun banyak yang melakukan. Setidaknya, yang sudah terlanjur kuliah, pasti di ujungnya akan bikin tugas akhir, skripsi, atau semacamnya. Namun berbeda antara meneliti dan mental meneliti. Agar penelitian menjadi bagian dari karakter kita, mari kita belajar penelitian dari polisi tidur.
Banyak orang bilang bahwa menulis itu susah. Padahal, memang sulit hehehe. Namun sayangnya, banyak orang diharuskan melakukan penelitian, misalnya saja para mahasiswa. Kalau sudah terlanjur masuk tempat kuliah, maka di akhirnya pasti akan bikin tugas sebagai syarat bisa lulus dari kampusnya. Maka sangat wajar kalau banyak mahasiswa yang merasa sulit melakukan penelitian.
Kenyataannya, penelitian tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa. Setiap orang menjadi peneliti dalam kehidupan. Andai saja para mahasiswa menyadari bahwa di luar konteks perkuliahan mereka sebenarnya banyak meneliti, maka mereka akan merasa bahwa meneliti itu mudah. Mahasiswa perlu menyadari penelitian harian yang mereka lakukan, kemudian menransformasikannya dalam kegiatan formal perkuliahan.
Pernah tahu polisi tidur? Atau pernah melaluinya? Atau malah pernah menjadi polisi tidur? hehehe. Yang dimaksud polisi tidur di sini bukan polisi yang ketiduran di pos jaga. Polisi tidur adalah gundukan yang sengaja dibuat melitang di tengah jalan untuk menghambat laju kendaraan. Biasanya polisi tidur dibuat di pertigaan atau perempatan, di lokasi banyak anak yang berkeliaran atau sekolah, dan biasanya tidak dibuat di jalan besar atau jalan utama.
Secara tidak sadar, kita mengubah perilaku saat melintasi polisi tidur. Perilaku yang umum adalah mengerem atau memperlambat laju kendaraan. Kemudian kita rasakan sensasinya dimana badan kita seperti disundul dan perut kita sedikit dikocok ke atas dan ke bawah. Hal inilah yang membuat banyak orang merasa tidak nyaman dengan polisi tidur. Karena itu, mereka selalu mencari cara untuk menghindari atau meminimalisir sensasinya.
Usaha yang biasa dilakukan oleh para pengendara adalah mengurangi kecepatan. Hal ini bisa jadi belum mendatangkan kepuasan, sehingga pengendara tetap mencari cara untuk melaluinya dengan nyaman. Apalagi jika pengendari terburu-buru dan tidak ingin mengurangi kecepatannya.
Kenyataannya, kadang polisi tidur tidak sempurna. Kadang di ujung kanan dan kirinya tidak penuh sampai ke tepi bahu jalan. Kadang juga krowok di bagian tengah atau pinggirnya. Atau tinggi rendahnya tidak sama, ada yang ambles ke bawah. Seorang pengendara berusaha mencari bagian dari polisi tidur yang paling minimal hentakannya. Untuk itu, pengendara mempertajam pandangannya, mengawasi keseluruhan bagian polisi tidur.
Awalnya pengendara mungkin cuma menemukan bagian yang lebih rendah. Beberapa hari dilalui, ada perasaan yang lebih nyaman daripada langsung menerjang badan polisi tidurnya. Namun kemudian, pengendara tidak puas hanya sampai di situ. Ia terus mengamati polisi tidur, berharap menemukan bagian dari polisi tidur yang paling rendah. Jika sudah menemukan, maka ia akan menggunakan. Tidak berhenti sampai di situ, pengendari terus mencari bagian yang paling rata. Boleh jadi pengendara menemukan bagian yang krowok atau ujung kanan kiri yang tidak penuh dengan gundukan.
Pengendara sama seperti peneliti. Tiap peneliti menetapkan tujuan atas dasar rasa ingin tahu atau ingin membuat perubahan. Peneliti yang ingin tahu bertujuan untuk mengeksplorasi atau membuat deskripsi dengan menjawab pertanyaan. Sementara peneliti yang ingin membuat perubahan, bisa dilakukan dengan menciptakan teori, membuat program, dan memfasiliasi aksi. Pengendara yang ingin meminimalisir hentakan dari polisi tidur sudah pasti ingin membuat perubahan bagi dirinya.
Pengendara yang ingin mengurangi hentakan dari polisi tidur, paling tidak akan bertanya dalam benaknya, “Bagaimana caranya agar hentakan polisi tidur dapat dikurangi?”. Saat bertanya seperti itu, apa yang terbayang di benak pengendara? Sebuah kondisi dimana ia bisa nyaman mengendarai kendaraannya melintasi polisi tidur, misalnya membayangkan bagian dari polisi tidur yang sama rata dengan jalan. Peneliti juga membayangkan sebuah kondisi ideal yang ia harapkan setelah penelitiannya dapat dilakukan dengan baik. Jika tujuan yang dimiliki peneliti tidak jelas, maka penelitian tidak akan dapat dilakukan dengan baik. Selain itu, tujuan yang tidak jelas akan membuat peneliti tidak antusias menjalani penelitiannya. Seperti pengendara yang melintasi polisi tidur, peneliti memiliki tujuan yang jelas dan membuat pertanyaan untuk membantu menjawab/mendapatkan tujuannya tersebut.
Ketika pengendara yang melintasi polisi tidur belum mendapatkan seperti tujuan yang dibayangkan, maka pengendara akan terus berusaha mencapai kondisi yang terideal, yaitu bagian dari polisi tidur yang sama rata dengan jalan. Penelitian juga demikian. Ketika peneliti belum mendapatkan jawaban (dari pertanyaan penelitian) sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka ia tidak akan enggan untuk kembali ke lapangan, mencari data, mengamati, melakukan wawancara dan sebagainya. Jika peneliti tahu bahwa ia belum mencapai kondisi ideal (seperti pada tujuan penelitian yang ditetapkan), namun ia enggan mencari tahu atau turun ke lapangan, maka ia belum memiliki mental peneliti. Artinya, peneliti tersebut masih kalah dengan pengendara yang melalui polisi tidur tadi.
Berdasarkan ilustrasi dan pembahasan tentang pengendara yang melalui polisi tidur tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penelitian memiliki tiga komponen dasar, yaitu kebutuhan, pencarian dan jawaban. Kebutuhan di sini dapat berupa rasa ingin tahu atau perubahan yang ingin diciptakan. Biasanya, kebutuhan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pencarian atau inquiry adalah penelusuran yang dilakukan oleh peneliti. Pada bagian ini, peneliti dapat melakukan apapun dan mendapatkan bahan penelitian berupa apapun, misalnya wawancara, observasi, berburu dokumen, catatan history dan sebagainya. Sedangkan bagian yang terakhir adalah jawaban. Pada bagian ini peneliti membuat kesimpulan sebagai hasil dari penelitian, yaitu tercapainya/terjawabnya tujuan penelitian.
Demikian pembahasan tentang belajar penelitian dari polisi tidur. Jadi, pada dasarnya kita semua adalah peneliti. Karena itu, meneliti sebenarnya adalah bagian aktivitas kita sehari-hari. Semoga bermanfaat.
Kamu sedang meneliti? Gampang atau susah?
Artikel tentang Creative Learning Lainnya:
- Komponen dalam Memandu Proses Belajar dengan Permainan
- 5 Kesalahan Penggunaan PowerPoint
- Resep Presentasi Spektakuler
- Disiplin Logika, Kunci Keberhasilan Penelitian
- Aktivasi Kelas untuk Efektifitas Belajar
- Bagaimana Cara Belajar yang Sesuai dengan Perkembangan Anak?
- Apa Itu Paradigma Penelitian?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Fasilitasi Belajar Buruk yang Sangat Disukai Peserta
- Belajar Meneliti, Transformasi Fenomena Menjadi Masalah Penelitian
- Fasilitasi Diskusi yang Efektif
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Cara Memberikan Instruksi Permainan untuk Fasilitasi Proses Belajar
- 3 Cara Mudah untuk Mengingat
- Problem Fatal Guru dalam Memandu Proses Belajar
- Belajar Meneliti, Mempertajam Topik Penelitian
- Variasi Dapat Menjaga Kreativitas
- Perbedaan Metodologi dan Metode dalam Penelitian
- Membuat Desain Belajar yang Optimal
- Mengelola Fungsi Permainan untuk Belajar
- Fasilitasi Proses Belajar adalah Menggembala
- 3 Cara Menggunakan Cerita untuk Fasilitasi Proses Belajar
- Kreativitas KOWAWA
- Perbedaan Analisis Level Rendah dan Analisis Level Tinggi
- Bagaimana Memandu Fasilitasi Belajar Secara Total?
- Klasifikasi Membuat yang Rumit Menjadi Sederhana
- Ingin Skripsimu Bergairah? Perhatikan 3 Komponen Penggalian Ide!
- Aturan yang Menjaga Kelas Aktif dan Kreatif
- Berkenalan dengan Mosaic Learning
- Bagaimana Cara Belajar dengan Lagu?
- Sebagai Guru, Sudahkah Kita Berdiri Di Atas Sepatu Siswa?
- Fasilitasi Proses Belajar dengan Hierarchy of Questions
- Belajar Kreatif Membuat Definisi 2
- Prinsip Klasifikasi untuk Menyederhanakan Kerumitan
- Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
- Bermain "Tebak Rasa" untuk Belajar Observasi
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Fasilitator Bukan Korektor atau Editor
- Transformasi Cara Berpikir untuk Menuju Kreativitas
- Ingin Belajar Efektif? Jangan Menggunakan Cara Kerja Foto Kopi!
- PowerPoint HANYA Alat Presentasi, BUKAN Tujuan Belajar
- Rumus Belajar Sederhana Namun Bermakna
- Belajar Kreatif untuk Membuat Definisi 1
- Kreativitas, Penciptaan Berawal dari yang Tidak Penting
- 5 Pembunuh Kreativitas Guru dalam Membuat Inovasi Belajar
- 3 Komponen Penting dalam Fasilitasi Belajar
- Prefleksi, Sebuah Pemberdayaan Imajinasi untuk Efektivitas Proses Belajar
- Prinip Memandu Belajar dengan Menggunakan Permainan
- Tentang Kreativitas: Apakah Kita Kreatif?
- Bagaimana Membuat Fasilitasi Belajar yang Hebat?
- Tips Fasilitasi Belajar: Menggunakan Contoh untuk Menjelaskan
- Menguatkan Logika Matematika dengan Storytelling
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Mengharmoniskan Isi dan Metode Belajar Cerdas