Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
June 1, 2019 . by rudicahyo . in Parenting . 0 Comments
Tahukah Anda, Ayah, Bunda, Kakak semua, bahwa pribadi yang suka mengeluh atau pengeluh juga dapat dibentuk oleh lingkungan? Kebiasaan yang dibentuk karena perlakuan lingkungan juga menciptakan pribadi pengeluh, begitu juga dengan pengasuhan. Bagaimana bisa?
Ingat kembali pengalaman kita saat menghadapi berbagai peristiwa, apakah kita lebih cenderung mengeluh atau menghadapinya secara lebih positif? Ingat kembali saat kita anak-anak atau kita bisa mengamati anak-anak di sekitar kita, apakah mereka sudah menjadi pribadi pengeluh sejak dini? Jangan-jangan pribadi pengeluh adalah bagian dari bentukan orangtua ketika mengasuh. Benarkah?
Pada tulisan sebelumnya, rudicahyo.com membahas tentang “Keluhan dapat Menurukan Kekebalan” di rubrik inspirasi. Kami berjanji anak membahas tentang kepribadian pengeluh pada anak yang dibentuk oleh lingkungan, terutama pengasuhan.
Setiap orang, terutam anak-anak, membentuk pribadinya berdasarkan karakter yang diturunkan dari orangtua serta dipengaruhi oleh pengalaman mereka ketika belajar dalam lingkungan. Pengasuhan yang dilakukan para orangtua juga turut membentuk pribadi anak yang suka mengeluh. Beberapa mekanisme beriktu adalah kemungkinannya. Kejadian sesungguhnya, pribadi pengeluh dapat dibentuk oleh lebih dari satu mekanisme.
1. Orangtua merupakan pribadi yang pengeluh
Pribadi orangtua yang suka mengeluh dapat membentuk anak yang pengeluh. Namun hal ini tidak mutlak, karena masih ada faktor lingkungan dan proses belajar yang dialami oleh anak. Namun orangtua dengan kecenderungan mengeluh pasti akan menampilkan diri sebagai pengeluh. Hal ini berhubungan dengan mekanisme di nomor berikutnya.
2. Orangtua sering mengeluh di depan anak
Orangtua yang sering mengeluh di depan anak, akan lebih mudah terlihat dengan sikap yang negatif terhadap pengalaman. Ketika menghadapi peristiwa apapun, orangtua tersebut akan melihatnya dari sisi buruknya. Jangankan erilaku tampak, ekspresi wajah saja dapat ditangkap oleh anak, bagaimana orangtua menyikapi berbagai situasi.
3. Orangtua tidak membangun lingkungan yang optimis
Ketika anak lebih cenderung bereaksi negatif terhadap pengalaman atau tantangan, sering orangtua membiarkan atau malah larut dalam reaksi anak. Akibatnya, ia masuk lingkaran atau atmosfir yang sedang dibangun oleh anak. Berikutnya, suasana negatif yang penuh keluhan akan semakin diperkuat. ketika anak menampakkan reaksi yang berupa keluhan, seyogyanya orangtua membentuk situasi yang membuat anak lebih tenang atau lebih optimis menghadapinya. Orangtua bisa menampakkan ekspresi yang positif, seperti tersenyum. Begitu juga dengan sikap, orangtua dapat bereaksi lebih tenang dan berbicara lebih kalem. Selanjutnya, orangtua dapat mengajak anak untuk membicarakan solusi atau kemungkinan baiknya dengan suasana yang lebih menyenangkan.
Jika tiga hal utama tersebut sering terjadi pada diri anak atau dibentuk oleh lingkungan, maka anak akan lebih mudah menjadi pribadi yang suka mengeluh. Apakah di lingkunganmu memungkinkan anak untuk menjadi optimis atau justru membangun pribadi pengeluh?
Artikel tentang Parenting Lainnya:
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Bahaya Film Action yang Harus Diwaspadai Orangtua
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Kesulitan Orangtua Mengajak Anak Kembali ke Sekolah Pasca Libur
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Haruskah Dongeng Sebelum Tidur?
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Cara Mengendalikan Kemarahan Kita kepada Anak
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- Kompetisi Ego Mengaburkan Keselarasan Orangtua dan Anak
- Bahaya Ancaman Bagi Anak
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Apa Dampak Ketidakkompakan Orangtua Bagi Anak?
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Bahaya Mendikte Anak bagi Keberanian dan Kreativitas
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Pengembangan Diri yang Paling Murni
- Memilih Sekolah untuk Anak: Antara Kualitas, Gengsi, dan Kemampuan Keuangan
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Bagaimana Mengatasi Temper Tantrum Anak?
- Bagaimana Orangtua yang Bekerja Menjaga Perkembangan Emosi Anak Tetap Sehat?
- Mengungkit Kelemahan, Menghilangkan Kekuatan
- Dampak Atmosfir Egaliter bagi Rasa Percaya Diri Anak
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- 5 Langkah Mengetahui, Apakah Anak Kita Mengalami Bullying
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Selalu Ada Cara untuk Menghubungkan Anak dan Orangtua
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Modal Dasar Pengasuhan
- Tentang Pengasuhan, Mau Ketat atau Longgar?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Bagaimana Prinsip Memilih PAUD untuk Anak?
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Jenis Kelekatan yang Terjadi pada Anak
- Kesesatan Orangtua dalam Memandang Perkembangan Anak
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Bagaimana Membangun Budaya Membaca pada Anak?
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Bagaimana Menjadi Orangtua yang Mengelola Larangan dan Perintah?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Kenapa Imajinasi Anak Itu Penting?
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- Apa Kesalahan dalam Memberikan Bantuan untuk Anak?