Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
August 5, 2020 . by rudicahyo . in Parenting, Psikologi Populer . 0 Comments
Gadget punya dua sisi dampak pada penggunanya, lebih-lebih pada anak. Pada sisi negatif, pemanfaatan gadget dapat membuat ketagihan atau diksi. Bagaimana mengelola dampak adiksi gadget pada anak?
Pada tulisan sebelumnya, saya telah membahas dampak ketagihan atau adiksi gadget pada anak. Beberapa diantaranya adalah malas menyerap informasi dan memasukkan dalam ingatan. Sebagai dampak lanjutannya, anak akan menjadi terkesan lamban dalam belajar dan sering melupakan sesuatu yang sudah dipelajari.
Sebelum lanjut kepada caranya, maka saya akan mengawali dengan sharing pengalaman saya bersama anak saya. Bintang termasuk salah satu yang mulai mengalami adiksi gadget dengan gejala ngambek atau bahkan marah ketika dihalangi atau diambil gadgetnya saat menggunakannya, enggan menyerap informasi baru (disamping karena ia memang keras kepala sih hehehe), dan malas memasukkan informasi baru kedalam memori jangka panjang (meskipun berusaha dipandu tips dan triknya).
Malam itu, Bintang belajar menghafal QS Al-A’la. Surat ini tergolong cukup panjang untuk Bintang yang memang lebih bagus dalam berlogika daripada mengingatnya. Artinya, ia akan mudah mengingat jika sesuatu itu sudah masuk di logikanya dia, sudah masuk akal bagi dia. Tantangannya memang besar dalam menghafal surat Qur’an ini. Satu sisi Bintang agak keras kepala, lebih-lebih jika informasi baru yang diberikan kepadanya sudah ia tantang dengan logika. Di sisi lain, ia harus menghafal sesuatu yang sifatnya tekstual, hanya untuk diingat tanpa memperhatikan maknanya. Karena itu, saya memutuskan untuk mendampingi menghafal dengan cara dicicil saja. Tiap hari Bintang cukup menghafal 3 ayat dengan cara direview di hari berikutnya sebelum memulai menghafal 3 ayat yang baru.
Terlepas dari cara yang saya terapkan di atas, saya punya PR besar, yaitu mengembalikan gairah Bintang untuk menyerap informasi dan memasukkannya dalam memori jangka panjang. Dengan kata lain, saya punya tantangan untuk mengelola dampak adiksi gadget yang terjadi pada diri Bintang.
Pertama, saya harus mengidentifikasi, apa yang bisa menjadi kekuatan Bintang, bahkan bisa berasal dari kelemahannya sekalipun. Artinya begini, Bintang termasuk anak yang keras kepala dan lebih menonjolkan logika dalam belajar. Maka saya akan ‘bermain’ di wilayah harga dirinya. Terlepas dari tugas menghafal Surat Al A’la, saya minta Bintang untuk mengajari adiknya ‘menghafal’ doa sebelum makan. Sudah pasti Bintang akan merasa lebih hafal dari adiknya dan harga dirinya akan naik jika bisa mengajari adiknya. Sebaliknya, jika gagal, maka ini akan menurunkan harga dirinya.
Baca juga:
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Cara Tempat Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
- 8 Dampak yang Ditimbulkan dari Ketagihan Gadget pada Anak
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar sebagai Dampak Teknologi Informasi
Kedua, saya berharap Bintang akan melupakan di satu bagian dari doa makan. Dan ternyata harapan saya terjadi, yaitu Bintang kurang satu suku kata dalam pengucapan bagian dari doa tersebut. Nah, kali ini harga diri dalam mengajari adik dan kelupaannya dia sudah bertemu dan menjadi tantangan buat dia untuk mengingat. Ini memang tidak berkaitan dengan menghafal Surat Al A’la, tapi paling tidak dapat menguatkan kembali daya serap dan kemampuan dia dalam mengingat.
Ketiga, pada saat membantu Bintang dalam mengingat satu suku kata yang hilang, dengan cepat saya mengiapkan beberapa clue (petunjuk). Petunjuk ini tidak harus dipersiapkan secara strik. Ini tergantung kepada cara Bintang mengingat dan mengucapkan beberapa suku kata yang mungkin, barulah petunjuknya mengikuti. Misalnya saja ketika ia mengucapkan kata ‘riklana’ dengan menghilangkan suku kata ‘ba’ di depannya. Maka bisa saja kita cuma bilang ‘ada yang kurang’, ‘sedikit lagi’, atau ‘mirip dengan itu’, tergantung saat itu bagaimana Bintang mencobanya. Waktu itu, Bintang butuh petunjuk ‘ada yang kurang’, kemudian ia menahmbah satu kata (bukan satu suku kata), jadinya kebanyakan. Barulah saya tambah petunjuk dengan mengatakan ‘satu suku kata saja’. Alhamdulillah Bintang berhasil.
Poinya bukan tentang belajar mengingat. Tetapi mengembalikan daya belajarnya, gairahnya untuk mendayagunakan pikirannya. Kita tahu, gadget atau gawai itu menyuplai informasi visual kepada anak. Jika yang dinikmati oleh anak adalah membaca berita atau artikel, maka itu malah bagus. Tapi bukan rahasia jika banyak anak memanfaatkan gadget untuk hiburan, seperti nonton video hiburan atau bermain game. Hiburan yang menyediakan kesenangan ini dapat mempersempit pilihan asupan informasi. Selain itu, anak akan terpaku pada hiburan tersebut, sehingga pikirannya tidak diberdayakan secara aktif. Inilah yang membuat anak enggan menyerap informasi secara aktif dan malas memasukkannya kedalam memori. Problem inilah yang ingin dibantu dengan cara yang saya terapkan tadi.
Semoga sharing saya ini bermanfaat. Jika Ayah, Bunda, Kakak ingin cerita ini diformulasikan dalam bentuk tips atau trik nya, akan saya buatkan tulisan berikutnya.
Artikel tentang Parenting, Psikologi Populer Lainnya:
- Mengajari Anak Menghadapi Kondisi Sulit yang Menimpanya
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Bagaimana Menemukan dan Mengenali Potensi Anak?
- WAJIB TERUS DITUMBUHKAN Kesadaran Parenting sebagai Bentuk Pendidikan Pertama
- Berikan Alasan Realistis untuk Anak
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Semua Orangtua Punya Anak Kreatif
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Penyebab Bawah Sadar Kekerasan pada Anak
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Syarat untuk Dapat Membaca Pola Perilaku Anak dalam Pengasuhan
- Hubungan Ayah Bunda dan Pengaruhnya Buat Perkembangan Anak
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Bagaimana Menggunakan Kata JANGAN untuk Anak?
- 5 Kesalahan Orangtua yang Melukai Kepercayaan Diri Anak
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Bolehkah Memarahi Anak?
- Pentingnya Anak Menyadari Potensi Diri
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Bagaimana Bertanggung Jawab atas Keseriusan Anak?
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Mengelola Emosi dalam Pengasuhan: Pencocokan Prediksi
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Memahami Alat Permainan Anak dan Pola Pikir Anak
- Bagaimana Mencegah Terjadinya Temper Tantrum pada Anak?
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Harga Sebuah Kesempatan bagi Anak
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Rahasia Parenting: Mengelola Perilaku Super Aktif Anak
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Mengajari Anak Berpuasa dengan Lebih Bermakna
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Mengapa Kata JANGAN Dihindari Penggunaannya?
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Mengapa Kata JANGAN Boleh Digunakan?
- Pentingnya Menepati Janji kepada Anak
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Menghilangkan Keunikan Anak dengan Diksi 'Lebih Unik'
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Tips Mengendalikan Kekhawatiran terhadap Anak
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Apa Dampak Pelayanan Berlebihan untuk Anak?
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Porsi Kasih Sayang untuk Proses Adaptasi Anak
- Trans Membantu Induksi Nilai pada Diri Anak
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Pengembangan Bakat Anak dan Dilema Pilihan
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa