Psychology | Learning | Parenting | Writing | Education

 

Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan

June 11, 2012 . by . in Parenting . 1 Comments

Ketika ingin mengubah perilaku anak, dari perilaku yang tidak diinginkan menjadi perilaku yang kita harapkan, hendaknya kita tidak terfokus pada perilaku yang dilarang. Itu artinya kita masuk wilayah lingkaran peperangan dengan anak. Lebih baik jika kita memunculkan alternatif perilaku yang lebih positif untuk anak-anak lakukan.

Sumber Gambar: easysmartparenting.com

Sabut bulan lalu (26/5), aku memandu proses belajar untuk Ayah Bunda PAUD di Fakultas Psikologi Unair (telat banget ya posting nya:)). Ini sebenarnya repost dari tulisan di blog.indonesiabercerita.org.

Pertama kali memfasilitasi mereka, baru tahu kalau Ayah dan Bunda PAUD sangat aktif dalam proses belajarnya. Itulah menariknya pertemuan kali itu.

Karena peserta sangat aktif, proses fasilitasi banyak tersita di sesi tanya jawab. Kalau diteruskan, mungkin bisa dua hari berada di kelas. hehehe lebay. Pertanyaan yang menarik dan ditanyakan sebagian besar peserta adalah tentang mengubah perilaku anak. Mereka curhat tentang pengalamannya mendidik di PAUD maupun yang telah mereka lakukan untuk anaknya sendiri.

Pertanyaan yang sekaligus menjadi keluhan adalah bagaimana menghentikan anak untuk berbuat sesuatu yang tidak diinginkan orangtuanya. Salah seorang Bunda, sebut saja Bu Rina mengeluhkan tentang anaknya yang sehari-harinya nge-game terus. Ia sulit sekali berpisah dengan laptopnya. Bangun tidur langsung buka laptop untuk bermain. Begitu juga pulang sekolah. Bahkan pernah berebut game board dengan adiknya, sampai si adik menangis memohon-mohon.

Yang dilakukan Bu Rina adalah menasehati anaknya. Karena si anak lebih sering mengabaikan dan lebih konsentrasi kepada permainannya, tidak jarang emosi Bu Rina terpancing. Nasehat berubah menjadi perintah keras dan memancing kejengkelan serta kemarahan Bu Rina.

Apakah yang dilakukan Bu Rina salah, sehingga tidak mempan untuk mengubah perilaku anaknya? Tidak ada yang salah dari yang telah dilakukan oleh Bu Rina, meski tidak seratus persen tepat. Nah, apa itu ketidaktepatannya?

Bu Rina telah masuk dalam lingkaran atau ruang yang diciptakan oleh anaknya, yaitu perilakunya yang sudah mengarah kepada adiksi. Ketika anak melakukan itu, ibunya terbawa kepada lingkaran aktivitas itu, sehingga yang dibicarakan adalah larangannya. Dan dibenarkan oleh Bu Rina bahwa tindakan itu sudah biasa ia lakukan sejak si anak kecil. Karena itulah, tindakan Bu Rina jadi seperti fleck yang sulit untuk dibersihan, susah untuk diubah.

Bu Rina hanya satu dari sekian banyak orangtua yang kesulitan dalam mengubah perilaku anaknya. Ketidaktepatannya juga mirip, yaitu orangtua terpaku pada perilaku yang ingin diubah. Orangtua tidak mengalihkan pandangan atau mengajak anak untuk melihat perilaku atau aktivitas alternatifnya.

Menurutku, si anak punya potensi untuk mengubah perilakunya. Dengan apa? Ya menggunakan kesenangannya, game. Lho apa tidak malah membuat ia semakin tergila-gila pada game-nya? Jangan khawatir, bukan berarti mengajak anak untuk semakin berkubang dengan game. Lalu seperti apa?

Mengubah perilaku anak secara langsung seperti mengubah hitam jadi putih atau sebaliknya, itu memang tidak mudah. Karena itu, targetnya diturunkan, tetapi dengan tetap fokus pada tujuan akhirnya, anak punya aktivitas yang variatif (di samping nge-game). Nah, tujuan akhir ini yang perlu dipahami lebih dulu.

Kadang orangtua terjebak pada perilaku anak yang ingin diubah karena tidak tepat menentukan tujuan atau target akhirnya. Dalam konteks anaknya Bu Rina, si bunda punya target anaknya mengurangi atau menghilangkan kebiasaan nge-game-nya. Ini tujuan yang defisit. Menghilangkan perilaku nge-game berbeda dengan memperbanyak variasi perilaku, sehingga tidak hanya nge-game saja. Target yang terakhir ini lebih bersifat positif, mengarah kepada harapannya, menuju kepada visi perubahannya.

Setelah target akhirnya dipegang, kita tidak harus terfokus langsung ke situ. Anak yang sudah ketagihan nge-game dan berkutat dengan laptopnya, berarti berada di ruang dan waktu tertentu. Anak terikat pada ruang dan waktu itu. Target yang paling mudah adalah memperluas jarak jangkau aktivitas anak dan memperpanjang waktunya melakukan kegiatan lain selain nge-game. Apa itu?

Seperti disinggung sebelumnya, anak Bu Rina punya kesenangan nge-game. Dari kesenangan inilah kita bisa melakukan perubahan. Kita eksplorasi apa saja yang berubungan dengan kesenangannya itu. Bicara tentang game, tentu tidak hanya permainan dan laptop yang bisa dinikmati. Poster game, promosi game baru di majalah atau tabloid yang concern membahas tentang game komputer juga bisa kita gunakan.

Untuk memperpanjang waktu keterpisahan anak dengan laptop dan gamenya, bunda bisa mengajak anak pergi ke toko komputer atau laptop, ke toko buku dan melihat-lihat majalah game sambil anak diajak ngobrol tentang game. Setidaknya ini memisahkan anak dari laptopnya dalam waktu yang lebih lama.

Selain waktu, anak juga bisa dipisahkan secara tempat. Mengajak jalan seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bisa juga dilakukan. Atau yang paling mudah, kita bisa memberikan kejutan dengan membelikan majalah game. Kita kasih tahu anak bahwa bunda punya majalah game terbaru.

Namun, lebih baik majalah ini tidak diberikan secara langsung, apalagi ketika anak berada di depan laptopnya yang sedang menyala. Taruh saja majalahnya di dapur atau di ruang tamu. Arahkan anak untuk menuju ke ruang tersebut. Kita bisa mengikutinya dengan mengajak ngobrol tentang isi majalahnya. Upaya ini jika dilakukan secara intens akan membantu mengubah kebiasaan anak sedikit demi sedikit.

Jarak dan waktu itu memperluas lingkaran perlawanan menjadi lingkaran persahabatan. Alternatif yang kita munculkan semakin membuka pikiran anak agar berwawasan luas. Banyaknya pilihan akan menurunkan tensi perlawana anak, karena fokusnya tidak lagi kepada perilaku yang dilarang, tetapi pada perilaku lainnya yang lebih banyak dan diperbolehkan.

@bintangABC

Demikianlah cara sederhana, namun butuh ketelatenan dalam mengubah perilaku anak dari yang tidak kita kehendaki menjadi perilaku-perilaku lain yang lebih kita inginkan.

Apakah Kamu (Ayah/Bunda/Kakak) punya jurus jitu mengubah perilaku anak?

0.00 avg. rating (0% score) - 0 votes
Tags:

Artikel tentang Parenting Lainnya:

by

Creative Learning Designer | Parenting Consultant | Writing Coach


 

One Trackback

  1. […] belajar para Ayah/Bunda PAUD di Fakultas Psikologi Unair (salah satu kisahnya bisa disimak di sini). Berawal dari situ, maka aku membangun hubungan dengan para guru anak-anak […]

Post a Comment

Your email is never published nor shared. Required fields are marked *

*
*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>