Kenapa Iklan Jadi Media Belajar yang Tajam untuk Anak?
Januari 22, 2013 . by rudicahyo . in Creative Learning, Featured . 0 Comments
Iklan punya karakteristik yang unik sebagai media belajar. Karena itulah, iklan punya pengaruh yang kuat, baik positif maupun negatif, buat pemirsanya. Kenapa iklan jadi media belajar yang tajam buat penontonnya?
Pernah menyaksikan anak atau adik Kamu tiba-tiba mengambil biskuit dan melakukan sesuatu yang sering ditunjukkan oleh iklan, sambil bilang, diputar, dijilat, lalu dicelupin?Tidak hanya anak-anak, kita pasti juga pernah menyaksikan seorang cowok yang menawarkan sesuatu kepada cewek dengan mengatakan, “Mau mau mau?” sambil menaikturunkan alisnya? Apa yang Kamu pikirkan jika ini terjadi pada adik atau anakmu? Kenapa mereka bisa menirukan iklan?
Iklan ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena intens mengelilingi kita, maka iklan jadi media belajar yang efektif. Iklan tidak pandang bulu dalam menawarkan dirinya sebagai alat belajar bagi penontonnya, terutama penonton anak-anak.
Kenapa iklan jadi media belajar yang tajam buat anak-anak? Berikut ini adalah sifat iklan yang membuat orang begitu mudah belajar darinya.
1. Iklan menjadi bagian hidup kita
Tiap hari kita dikelilingi oleh media, baik cetak maupun elektronik. Coba hitung dengan jari, keluarga mana yang tidak punya televisi. Aku yakin, jumlah rumah yang tidak bertelevisi pasti tidak lebih banyak dari hasil kita ngupil.
Tidak sekedar hidup dengan media cetak dan elektronik, tapi kita juga intens mengonsumsinya. Tiap pagi kita berlangganan koran atau majalan (termasuk langganan minjem hahaha), di waktu senggang mendengarkan radio, dan hampir sebagian besar hidup di depan televisi. Coba, adakah diantara media tersebut yang anti iklan? Semuanya pasti berhubungan intim dengan iklan.
2. Iklan tampil mencolok
Semua jenis iklan bersifat mencolok, karena dengan itulah ia menjadi mudah ditangkap oleh mata (eye catching). Bahkan tidak hanya itu, inginnya, sekali lihat iklan langsung bisa berkesan dibenak yang menyaksikan (mind catching).
Iklan yang di media cetak atau dalam bentuk billboard tampil dengan penonjolan objek dan warna yang mencolok. Apalagi iklan televisi yang disertai dengan suara dan gerak. Mereka seolah membawa makanan ternak yang diikuti oleh binatang-binatang piaraannya (lebay deh).
Bukan cuma soal tampilannya, tapi iklan juga menggunakan figur yang mencolok. Ini ngomongin soal bintang iklan. Siapa yang biasanya jadi bintangnya? Artis atau yang ngartis biasanya yang jadi langgangan membintangi iklan.
3. Iklan merangsang imajinasi
Kenapa iklan merangsang imajinasi? Ini juga senjata dari iklan. Pembuat iklan tidak mungkin menyia-nyiakan waktu yang tidak lebih dari 2 menit yang mereka miliki untuk durasi iklan mereka. Iklan tak akan menampilkan adegan yang panjang atau kisah yang berlama-lama. Karena itulah iklan adalah potongan-potongan puzzle, bahkan serpihan-serpihan mosaic.
Iklan bersifat seperti puzzle. Ketika kita merangkai puzzle, satu keping bisa meransang kita untuk menerka atau mencari keping-keping lainnya. Semakin keping itu terangkai,s emakin cepat dan bergairah pikiran kita untuk membayangkan keping selanjutnya. Pembuat iklan tahu cara menampilkan bagian-bagian yang penting, yang bisa merangsang pikiran pemirsanya untuk melanjutkan dengan imajinasinya sendiri.
4. Iklan mengandung perulangan
Pernah melihat iklan dengan repetisi? Iya, iklan yang hanya terdiri dari satu kalimat, tetapi diulang-ulang. Pasti sudah pernah tahu, baik di radio maupun televisi.
Berbicara tentang pengulangan, iklan itu sendiri selalu disajikan secara berulang. Iklan atau biasanya disebut reklame, berasal dari kata re-clamo, artinya berteriak berulang ulang. Disebut berteriak karena iklan memang berusaha menjerit, sehingga bisa membuat orang menoleh kepadanya. Iklan juga ditampilkan secara berulang. Hampir tiap hari kan kita menyaksikan iklan? Karena itulah kita, terutama anak, lebih mudah menirukan atau menghafalnya.
5. Ehm…. apa ya yang kelima? Ada yang mau menambahkan? Biasanya jumlah keramat kan tiga atau lima gitu ya. Karena itu, silahkan ditambahi yang kelima hehehe.
Kelima hal tersebut, yaitu menjadi bagian kehidupan sehari-hari, tampil mencolok, merangsang imajinasi dan mengandung perulangan, adalah prinsip dalam fasilitasi belajar. Anak-anak lebih mudah terotomatisasi untuk belajar dengan prinsip-prinsip yang diterapkan oleh iklan tersebut. Nah, dengan efek yang tajam ini, dampak positif dan negatif akan mudah masuk, tergantung konten iklannya. Referensi tentang analisa iklan silahkan baca di sini.
Nah, karena iklan jadi media belajar yang tajam, maka apa tindakan yang kita ambil untuk anak atau adik kita yang menjadi konsumen iklan?
Tag: belajar, iklan, media belajar