Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?


Tentu kita sudah popular dengan gadget. Tiap hari kita membawanya. Bahkan anak kita yang masih kecul juga menjadi pengguna setianya. Padahal gadget bisa membuat ketagihan. Bagaimana menyikapi penggunaan gadget oleh anak?

Beberapa waktu lalu, aku diundang dalam sebuah seminar bertajuk, “Melejitkan Keberbakatan Anak dengan Pendampingan yang Tepat”. Kurang lebih seperti itu judulnya. Aku kebagian berbicara tentang pembelajaran kreatif untuk gifted (anak berbakat).

Di sesi tanya jawab, ada pertanyaan menarik. Salah satu pembicara berbicara tentang mengurangi menggunakan gadget, tetapi lebih banyak mengajak anak berinteraksi dalam pengasuhan. Ada seorang peserta bertanya dan menyatakan bahwa anaknya banyak belajar dengan menggunakan gadget, juga belajar dari televisi. Haruskah dia membatasi anaknya? Ini sama  dengan pernyataan yang dilontarkan dari seorang followerku di twitter, ketika kultweet tentang “Efek Televisi terhadap Kemampuan Berbicara”. Dia menyatakan bahwa anaknya justru belajar berbicara dari televisi.

Banyak orangtua menyangka bahwa gadget dan televisi adalah dewa penolong. Ada yang merasa terbantu, karena gadget dan televisi dapat menemani anak, sehingga tidak rewel dan merepotkan orangtuanya. Ada juga yang merasa terbantu, karena bisa membantu anak lebih pandai berbicara, seperti contoh yang sudah aku sebutkan. Padahal gadget dan televisi menimbulkan kelekatan, keterpakuan dan anak menjadi pasif.

Penelitian medis menunjukkan, ada 3 substansi berbahaya yang bikin orang kecanduan, yaitu alkohol, narkoba, dan rokok. Namun penelitian psikologi menunjukkan 3 substansi yang juga tidak kalah bahayanya, yaitu keluarga, televisi dan gadget. Keluarga adalah tempat yang nyaman sekaligus tempat anak melekat. Jika tak mampu lepas dari kelekatan terhadap keluarga, maka anak akan kesulitan untuk mandiri. Televisi dan gadget membuat anak pasif dan asosial. Kebetulan pas sebelum pertanyaan tersebut, ada twit dari @nukman yang kurang lebih berbunyi, “Batasi televisi. 2 jam pertama anak belajar, selebihnya menjadi pasif”.

Kali ini kita bicarakan tentang gadget, karena pertanyaan dari seorang peserta seminar sebenarnya tentang pemanfaatan gadget. Anaknya doyan sekali nge-game. Dan sang ibu atau si penanya merasa anaknya belajar berkomunikasi, berhitung dan sebagainya dari game tersebut.

Berbicara tentang televisi dan gadget, orang dewasa saja yang bisa menimbang mana yang baik dan yang tidak, bisa menyusun skala prioritas, membuat rencana dan sebagainya, masih sangat mungkin kecanduan gadget, apalagi anak-anak yang fileternya masih lemah.

Kembali ke pertanyaan peserta seminar. Konteks pemanfaatan gadget oleh anak dari peserta tersebut adalah game. Bagaimana menyikapinya. Pertama, kita periksa kembali sifat dan tujuan game tersebut dibuat. Jika game yang digunakan oleh anak memang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan tertentu, misalnya berbahasa atau berhitung, ok tidak masalah anak bermain. Tugas kita adalah menambinginya dan mengajak belajar bersama. Namun jika apa yang disangkakan sebagai hasil belajar tersebut hanya efek samping, sementara game-nya tidak dibuat untuk tujuan tersebut, maka batasi penggunaannya, maksimal 2 jam saja.

Penggunaan gadget oleh anak butuh pendampingan

Anak memang mendapatkan nuansa hiburan dari bermain game. Itu juga berguna bagi anak. Namun jika hiburan tersebut justru menyita perhatian anak dan membuatnya kecanduan, maka hal itulah yang membuat kita waspada.

Bagaimana Ayah Bunda menyikapi penggunaan gadget oleh anak?


One response to “Bagaimana Menyikapi Penggunaan Gadget oleh Anak?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *