Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?


Bullying. Pasti akrab dengan istilah ini? Kadang kita mendengar laporan bullying pada anak kita. Padahal, yang dialami anak belum tentu bullying. Kadang orangtua bereaksi terlampau berlebihan. Atau ada pulang kemungkinan, anak melebih-lebihkan.

Pergi ke sekolah adalah dunia baru bagi anak. Baik baru ke sekolah atau ke sekolah baru, tetap saja sekolah adalah dunia baru bagi anak. Ketika anak menatap sekolah dengan rasa ingin tahu, mungkin saja orangtua merasakan sebaliknya, kecemasan yang luar biasa. Tak jarang orangtua menyamakan kondisi sekolah saat jamannya dengan sekolah di masa anaknya. Begitu juga dengan penyamaan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya. Mungkin dulu orangtua mengalami tekanan dan beban di sekolah. Hal ini mempengaruhi cara berpikirnya. Mereka menyangka, anak-anaknya juga mengalami hal yang sama. Inilah yang sering membuat orangtua enggan meninggalkan anaknya ketika baru masuk sekolah. Mereka lebih memilih nongkrong di pagar sekolah, sampai anak kelas menunaikan aktivitasnya.

Salah satu hal yang juga turut menyumbang kecemasan adalah teman. Mungkin saja pertanyaan-pertanyaan semacam ini, “Apakah anakku akan mendapatkan teman?”, “Apakah anakku mendapat sahabat yang baik?”, “Apakah anakku tidak mendapatkan kekerasan dari teman atau kakak kelasnya?”. Nah, pertanyaan yang terakhir berkaitan dengan kekhawatiran orangtua akan bullying yang mungkin terjadi atas diri anaknya.

Beberapa hari yang lalu, aku ditelpon wartawan dari Jawa Pos. Dia bertanya tentang bagaimana menjadi orangtua yang anaknya mengalami bullying. Dari pertanyaan tersebut, obrolan awal pastinya berkenaan dengan bullying itu sendiri. Untuk dapat mengambil tindakan yang tepat, tentunya orangtua perlu tahu, bullying seprti apa yang dialami oleh anaknya. Jangan-jangan malah yang dialami anak sama sekali bukan bullying, melainkan kewajaran dari teman sebaya, yang barangkali saja dapat dilakkan juga oleh si anak kepada temannya. Untuk itu, kita perlu tahu, apakah anak-anak benar-benar mengalami bullying atau tidak.

Pertama, mari kita pahami dulu arti bullying. Bullying berasal dari kata Inggris, yaitu bully, yang artinya penggertak atau orang yang mengganggu orang yang lemah. Sehubungan dengan kultur kita, bullying dapat disamakan dengan pendindasan, intimidasi, atau pemalakan. Tetapi secara umum, bullying diartikan sebagai upaya teror atau menghina, mencaci dengan melakukan intimidasi atau memberikan tekanan. Bullying dilakukan dengan kesadaran penuh, baik dengan verbal maupun tindakan.

Berdasarkan arti kata bullying tersebut, kita bisa menarik garis bawah sebagai fokus atau titik tekannya.

Pertama, bullying adalah tindakan pendindasan atau teror. Dengan kata lain, bullying pasti memberikan tekanan dari pem-bully kepada yang di-bully.

Kedua, bullying dapat dilakukan dengan cara verbal (menghina, mencaci, mencela) atau nonverbal (ngerjain, mencubit, menjendul kepala, menampol dan sebagainya). Tentu saja tindakan verbal dan nonverbal ini ditujukan untuk hal-hal seperti yang disebutkan di poin pertama.

Ketiga, bullying dilakukan dengan sadar. Kesadaran dari pembully ini berarti tindakan tersebut sengaja dilakukan kepada orang tertentu dengan tujuan tertentu, seperti yang disebut di poin pertama. Dengan ketentuan ketiga ini, biasanya bullying dilakukan secara intens pada orang yang sama.

 

 

Apakah anak kita benar-benar mengalami bullying? (foto: bullyingpreventionnow.com)
Apakah anak kita benar-benar mengalami bullying? (foto: bullyingpreventionnow.com)

Dengan demikian, ketentuan tersebut dapat dijadikan ukuran, apakah anak kita mengalami bullying atau tidak. Dengan kata lain, menentukan anak mengalami bullying didasarkan pada term dan definisi tersebut. Pada artikel berikutnya, akan kita bas tentang bagaimana cara mencari tahu, apakah anak kita mengalami bullying.

So, apakah anak kita mengalami bullying?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *