Perbedaan Hadiah dan Hukuman
November 18, 2018 . by rudicahyo . in Parenting, Psikologi Populer . 0 Comments
Hadiah dan hukuman merupakan dua alat yang poluler untuk membentuk dan menghilangkan perilaku. Sudah terlihat kan, apa perbedaan keduanya? Satunya untuk membentuk dan satu lagi untuk menghilangkan perilaku. Namun ada perbedaan yang lebih substansial antara hadiah dan hukuman.
Ketika ingin membentuk perilaku anak, maka hadiah sudah pasti cara yang paling praktis dan familiar dalam kehiduapn sehari-hari, terutama dalam pengasuhan oleh orangtua. Begitu juga sebaliknya, bukan hal yang asing jika hukuman menjadi cara yang sering menjadi alternatif ketika anak melakukan perilaku yang tidak kita inginkan. Bukan begitu Ayah, Bunda, Kakak semuanya?
Hadiah digunakan untuk membentuk atau menguatkan perilaku dan hukuman untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku, adalah perbedaan yang Β sangat kentara antara keduanya. Namun apakah kita paham, terutama sebagai orangtua, bahwa ada perbedaan yang lebih substansial (kalau tidak dibiling filosofis) antara hadiah dan hukuman.
Dalam beberapa kesempatan ketika saya harus membahas tentang pembentukan dan perubahan perilaku anak, saya sering membahas tentang penggunaan hadiah dan hukuman untuk membentuk dan menghilangkan perilaku. Saya menggunakan analogi yang memang tidak seratus persen tepat, tapi cukup memudahkan dalam memahami penjelasan saya, yaitu membedakan antara akupuntur, pijit dan totok atau tapping.
Akupuntur saya setarakan seperti hukuman, kemudian bergradasi ke arah pijit atau acupressure dan kemudian yang sangat berbeda adalah totok atau tapping yang saya setarakan dengan hadiah. Mari kita bahas pada dua titik ekstrim antara hukuman dan hadiah atau antara akupuntur dan tapping.
Akupuntur merupakan terapi yang berasal dari china dengan menggunakan jarum yang ditusukkan ke bagian tubuh tertentu sesuai dengan kelihan atau sakit yang akan disembuhkan. Jarum ditusukkan di bagian tubuh yang spesifik dan harus tepat. Ketika jarum ditusukkan, rasanya adalah sakit. Rasa sakit ini memang relatif, berbeda antar orang. Namun jika dibandingkan dengan pijit, apalagi tapping, akupuntur lebih terasa sakit. Karena titik yang spesifik, maka akan fatal jika menusuk pada tempat yang salah. Hal ini menjadikan akupuntur tidak disarankan dilakukan oleh orang awam atau bukan ahli.
Jika disetarakan dengan hukuman, ada kesamaan dengan akupuntur. Hukuman berdampak sangat dalam, sakit dan membutuhkan keahlian dalam penerapannya. Bahkan Skinner sebagai salah satu tokoh behavioris yang mencetuskan teori tentang penguatan dan hukuman, kurang menyarakan penggunaan hukuman. Memberikan hukuman harus di tempat yang tepat dan waktu yang tepat. Jika tidak, maka hukuman bisa tidak efektif, dan hanya meninggalkan rasa sakit hati.
Mari kita bergeser kepada acupressure dan tapping. Pijit tentu saja dapat dilakukan oleh siapapun. Kalaupun terjadi kesalahan dalam memijit, dampaknya tidak sefatal akupuntur. Kemungkinan dampak yang terjadi adalah memar. Begitu juga dengan tapping yang memiliki prinsip untuk memberikan stimulasi pada keseimbangan energi tubuh. Ketukan dapat dilakukan di area sekitar tepat yang ditentukan. Artinya, tempatnya tidak sespesifik akupuntur. Ketukan di sekitar area yang ditentukan juga dapat mendatangkan dampak yang diharapkan. Hadiah dapat disetarakan dengan tapping ini.
Jika kita bandingkan antara hukuman dan hadiah, maka keduanya juga dapat kita bandingkan antara sirkuit listrik dan sebaran tetasan tinta dalam air. Sirkuit listrik melalui kabel dengan alur yang jelas. Satu titik dengan titik yang lain saling terhubung. Listrik yang mengalir dalam kabel tidak pernah melompat, tapi mengikuti alur kabel. Jika ada lompatan, maka akan terjadi korsleting listrik. Hadiah seperti tetasan tinta yang menyebar dalam air. Dampak dari tetasan tinta dapat kemana-mana, tepi tidak berbahaya seperti lompatan listrik. Dampak dari hadiah juga seperti itu, meluas. Sementara dampak dari hukuman adalah mendalam dan spesifik. Artinya, yang tertinggal dari hukuman dapat berupa rasa sakit. Karena itu, jika hukuman tidak dilakukan dengan tepat, maka perilakunya belum tentu hilang, sedangkan sakit hatinya sudah pasti akan didapatkan. Sementara itu, hadiah mendatangkan kesenangan. Sifat kesenangan tidak spesifik dan mendalam, tetapi menyebar.
Kita dapat mengaitkan hukuman dan hadiah dengan rasa sakit dan kesenangan dalam kehidupan sehari-hari. Hukuman akan lebih mudah dikenang dan mungkin mendatangkan dampak traumatis. Sementara hadiah mendatangkan kesenangan, namun lebih bersifat general. Karena bersifat general, hadiah meninggalkan kesan yang tidak sedalam hukuman. Ini sama saja dengan fenomena sehari-hari, jika kita mendapatkan kesakitan maka kita akan mudah mengeluh dan meratapinya. Namun ada banyak kenikmatan dalam kehidupan, seperti bisa melihat, bernafas, makan, minum dan sebagainya, sering kita lewatkan begitu saja.
Meskipun memiliki prinsip yang sama, namun kita tidak perlu membahas sejauh itu. Namun demikian, setidaknya kita menjadi tahu perbedaan mendasar antara hadiah dan hukuman beserta dampak yang ditimbulkan dari penerapan keduanya.
Apakah Ayah, Bunda, Kakak, memiliki pengalaman menarik berkenaan dengan penerapan hukuman dan hadiah? Silahkan dibagikan di sini.
Artikel tentang Parenting, Psikologi Populer Lainnya:
- Tips Mengubah Perilaku Anak dengan Memperbanyak Variasi Pilihan
- Dampak Reaksi Kekhawatiran yang Berlebihan terhadap Anak
- Apa Dampaknya Jika Salah Memberikan Bantuan untuk Anak?
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Apa yang Harus Kita Lakukan Jika Anak Nonton Film?
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Bagaimana Memberikan Bantuan yang Mendidik untuk Anak?
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Wreck It Ralph: Apakah Ilmu Pengasuhan Itu Omong Kosong?
- Stimulasi untuk Optimalisasi Belajar Anak
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Kenapa Orangtua Kesulitan Melakukan Pendidikan Seks Usia Dini?
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Kendala Membangun Atmosfir Egaliter dalam Keluarga
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Dari Galau Hingga Oportunistik, Diawali dari Problem Pengasuhan
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Asumsi Negatif Dapat Melemahkan Mental Anak
- Cara Beli Buku Daily Parenting
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- 5 Alasan Fundamental Kenapa Membudayakan Membaca pada Anak Sangat Penting?
- Seni Pengawasan terhadap Anak
- Bagaimana Anak Menjadi Temper Tantrum?
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- 6 Alasan Menghindari Intimidasi kepada Anak
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Benarkah Anak Kita Mengalami Bullying?
- Menggunakan Sudut Pandang Anak untuk Lebih Memahami Anak
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Apakah Pribadi yang Suka Mengeluh itu Dibentuk?
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Mengasuh Anak itu Membaca Pola
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Kenapa Anak Kita Mogok Sekolah?
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Bagaimana Terjadinya Penularan Sifat Orangtua kepada Anak?
- Menjatuhkan Mental Anak, Sering Tidak Disadari
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Jati Diri Anak Terkubur oleh Determinasi Orang Dewasa
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Kesalahan dalam Memandang Gadget untuk Anak
- Antara Anak dan Karir, Sebuah Surat dari Seorang Ibu
- Bagaimana Sikap yang Tepat terhadap Cara Bermain Anak?
- Bagaimana Anak Belajar Memiliki Kelekatan yang Sehat?
- Membandingkan Anak Lebih Sering Tak Disadari
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Kenapa Anak mengalami Kelekatan yang Tidak Aman?
- Pujian yang Salah dapat Menjerumuskan Anak
- Melarang Anak dengan Pilihan Kata yang Tepat
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Cara Tepat Memberi Bantuan untuk Anak
- Membanggakan Anak Secara Berlebihan Itu Berbahaya
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- 3 Modal Utama Anak Aktif
- Konsultasi Parenting: Orangtua Bosan, Hati-Hati Anak Jadi Korban
- Bagaimana Mengelola Keinginan Anak untuk Berbelanja?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Kenapa Kita Tidak Boleh Memotong Aktivitas Anak?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Reaksi yang Harus Dihindari Orangtua Saat Anak Mengalami Bullying
- Perkembangan Moral Kohlberg
- Modal Dasar Pengasuhan
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Apa yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Anak Marah?
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Bagaimana Memberikan Pendidikan Seks yang Sesuai untuk Anak?
- Bahasa Positif Menciptakan Perubahan Positif pada Perilaku Anak
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Belajar Bilingual Sejak Dini
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Political Framing: Ketika Kalimat "Apa susahnya membawa anak Palestina ke sini?" Menjadi Populer
- Seperti Orang Dewasa, Anak Juga Mengenal Kesepakatan
- Anak Anda Mogok Sekolah? Mari Kita Coba Mengatasinya!
- 5 Dampak Ketidakpercayaan kepada Anak
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?