5 Jurus Lepas dari Stagnasi
January 19, 2013 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Ada banyak cara agar lepas dari kondisi stag dan melejitkan diri. Berdasarkan pengalaman yang terjadi, aku memaknainya hingga menjadi model atau desain pengembangan diri. Bagaimana jurus lepas dari stagnasi? Simak!
Jika belakangan ini Kamu merasa stag. Apakah lantas benar-benar tidak ada aktivias? Atau mandeg dan nyaris bunuh diri atau sekarat dengan sendirinya? Jangan-jangan sekarang sedang mengalami stag?
Sebenarnya, kondisinya tidak seekstrim itu. Berhenti yang dimaksud adalah justru tetap dalam aktivitas. Artinya, kita tetap melakukan aktivitas tapi semua mengalir begitu saja. Semua jadi seperti rutinitas, meski sebenarnya tidak juga. Lho kok bisa?
Yang terjadi tidak seratus persen rutinitas. Aktivitas yang dilakukan masih tergolong variatif. Mungkin agak kuwalat dengan tulisan sendiri ya. Di tulianku, Variasi Dapat Menjaga Kreativitas, aku ngomong tentang aktivitas yang tergolong kreatif, jika dilakukan terus menerus secara tetap dan rutin, maka akan jadi turun nilai kreatifnya.
Mandeg ini sebenarnya adalah persoalan yang bisa lebih runyam daripada jatuh. Maksudnya, jika kita sedang jatuh, maka itu posisi yang lebih jelas, karena kondisi jatuh, itu perubahan dari posisi tertentu menuju kepada keadaan jatuh. Nah loh, bingung. Untuk bangkit lagi, jatuh itu lebih punya jalan, karena setiap pengalaman bisa ditelusuri lagi sebagai pelajaran.
Bagaimana dengan stag? Berhenti itu biasanya posisinya melayang. Karena ngambang, maka tidak ada pijakan di bawahnya, dan tidak ada arah di atasnya. Aku yakin, sebagian besar orang yang mengalami stagnasi, karena kehilagan dua hal itu. Kakinya tidak berpijak, kepalanya tidak menyentuh langit-langit. Merasa tidak punya kekuatan (bahkan mungkin kelemahan), juga tidak punya tujuan atau cita-cita. Gawat bukan?
Karena posisi yang tidak jelas itulah, maka kondisi stag lebih sulit untuk berubah. Pelajaran dari kondisi tak menentu ini juga sulit diambil. Sementara itu, mau melangkah kemana juga kebingungan. Karenanya, jangan sampai terjebak dalam kondisi ini.
Berdasarkan refleksi dari setiap usaha yang pernah aku jalani, dan kemudian menjadi pengalaman bermakna yang bisa dipelajari, ada beberapa titik yang bisa diperhatikan.
Doa bisa menjadi pijakan dari setiap aktivitas. Ketika aku minum kopi, mau tidur, berangkat kerja dengan gas pertama, secara spontan kuawali dengan satu kalimat doa sederhana. Apapun bunyinya, jika kita yakin itu sebagai sebuah doa, maka ada perasaan yakin juga ketika menjalani aktivitas yang mengikutinya.
Ibarat terjebur ke air yang dalam, ketika berdoa, kaki langsung mendapatkan tumpuan. Kalau dianalogikan dengan kejebur tadi, kaki mungkin menemukan karang, kayu atau mungkin air seperti mengeras dan tubuh menjadi lebih ringan.
Melihat diri, kurangi memandang orang lain. Apapun alasannya, kondisi stag lebih baik tidak memandang apa yang dimiliki orang lain. Ada yang bilang, tergantung cara pandangnya, jika kita melihat yang dimiliki orang lain sebagai motivasi, maka tidak menjadi masalah. Aku sarankan, dalam kondisi seperti ini jangan melihat siapapun. Lihatlah diri sendiri.
Kondisi stag, jika melihat orang lain, apa yang dimilikinya, maka sulit menjadi motivasi jika kaki tidak ada pijakannya. Khawatirnya, itu hanya menjadi ‘ingin’, tapi bingung mau melakukan apa. Hal ini karena belum jelas, kekuatan apa yang dapat dikelola untuk mewujudkannya. Kecuali jika tidak dalam kondisi seperti ini. Karena itu, lihatlah diri, bukan orang lain.
Temukan kekuatan dengan memandang hanya kepada diri. Sebelumnya sudah dibahas tentang melihat diri sendiri, bukan orang lain. Nah, hasil melihat diri sendiri adalah mengumpulkan kekuatan yang dimiliki. Ketika melihat kedalam diri sendiri, saat itulah kita coba mengidentifikasi kelebihan, potensi, keunikan yang kita miliki. Boleh juga dipertajam dengan mencari perbedaannya dengan orang lain, yang orang lain tidak miliki. Kok sekarang melihat orang lain? Ketika sudah menemukan kekuatan atau keunikan sendiri, kondisinya beda, sudah lebih kuat dan mulai menemukan pijakan.
Fokus pada kekuatan diri dengan penghayatan. Kekuatan diri itu bisa jadi cuma retorika yang ada di luar sana, belum benar-benar diakui sebagai milik diri. Karena itu butuh pengristalan, butuh dikuatkan dalam diri. Bagaimana caranya? Baca “3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri“.
Selanjutnya, lakukan apapun yang dianggap sebagai bagian dari desain hidup. Jadi, setiap apa yang kita lakukan, selalu hubungkan dengan penguatan potensi dan pencapaian tujuan. Dengan atau tanpa rencana, jika kita terbisa menghubungkan semua tindakan dengan kekuatan dan pencapaian tujuan, maka itu menjadi bagian desain kehidupan kita. Ini juga bisa dianggap bentuk kapitalisasi tindakan.
Demikian kira-kira hasil pemaknaan pengalamanku yang ternyata aku maknai hingga menjadi model pengembangan diri.
Bagaimana pendapatmu? Mungkin setiap orang punya cara yang khas, bagaimana strategimu?
________________________________
Tulisan juga diposting di alterblog-ku, mosaic-learning.blogspot.com
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Memetakan Sumber Penghasilan dengan Inventarisasi Kekuatan
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Terapi Psikologi: Menyembuhkan Gejala atau Penyebabnya?
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Membongkar Kompleksitas Ikhlas dari Kehidupan Sehari-hari
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- 7 Efek Tertawa dari Hati
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Dua Golongan Orang yang Mampu Menaklukkan Kehidupan
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Manfaat Berlibur untuk Kesehatan Psikologis
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Perkembangan Moral Kohlberg
- 5 Kondisi Lingkungan Kerja yang Berdampak pada Pemberdayaan Diri
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Pekerjaan atau Anak?
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?