Ketika kita meniatkan sesuatu, maka seluruh energi akan tercurah ke situ. Karena fokus kekuatan diri disatukan oleh niat kita
“Innamal a’maalu binniyaati (segala amal perbuatan tergantung pada niat) -Al Hadits”
Pernah tahu kalimat tersebut? Iya, itu adalah penggalan sebuah hadits. Apa pengertian yang muncul dibenak Kamu atas kalimat tersebut?
Kebanyakan orang menafsirkan kalimat tersebut terhadap konsekuensi, karena hadits tersebut mempunyai kelanjutan “…Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rosulnya [mencari keridhoannya] maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rosulnya [keridhoannya]. Dan barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita maka hijrahnya itu tertuju kepada yang dihijrahkan.”. Sedangkan orang kebanyakan, secara awam mengartikan sebagai pahala dan dosa sebagai konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan.
Secara umum, jika kalimat tersebut (amal perbuatan tergantung pada niat) ditinjau dari konsekuensi, memang ada dua kemungkinan penafsiran. Pertama, perbuatan yang dikaitkan dengan dampak alamiah sebagai konsekuensi capaiannya. Kedua, sebuah perbuatan dihubungkan dengan pahala dan dosa sebagai konsekuensinya. Intepretasi pertama menuju kepada capaian konkrit. Misalnya kita bekerja keras karena ingin mendapat uang, maka hal itu yang akan kita peroleh. Jika diniatkan untuk mendapat pujian, maka pujianlah yang kita tuai (baca tulisan “Niat Baik Menignkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan“. Sedangkan konsekuensi yang berupa pahal dan dosa adalah nilai kebaikan abstrak yang akan dituai suatu saat nanti.
Di tulisan ini tidak akan dibahas tentang hadits maupun penafsirannya. Kita hanya akan membahas kemungkinan yang ketiga dari intepretasi kalimat tersebut (amal perbuatan tergantung pada niat). Sebenarnya di sini tidak sedang mengintepretasikan, tetapi berusaha untuk memberikan penjelasan rasional dari sudut pandang psikologi.
Kemungkinan yang ketiga dari “Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat” adalah penyatuan kekuatan. Jika kita punya niat untuk mencapai sesuatu target, maka seluruh diri dan energi akan diarahkan kepada tujuan tersebut. Hal ini sama dengan penjelasan bahwa persepsi dan gambaran yang ada dibenak kita, akan mempengaruhi bagaimana kita bersikap dan bertindak (baca juga tulisan tentang kecemasan antisipatif di sini). Prinsip penjelasannya sama dengan law of attraction. Seluruh molekul pada tubuh kita, emosi, pikiran dan energi akan dikerahkan. Tubuh kita akan menset-up dan mengunci niat sebagai target yang akan kita capai.
Ini analog dengan cerita. Setiap cerita punya pesan yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Jika luaran cerita sudah ditentukan, maka seluruh komponen cerita yang terdiri dari tokoh (beserta karakternya), setting (waktu dan tempat), serta alur, akan diarahkan untuk mendukung ketercapaian pesan cerita. Tidak ada satu bagianpun dari adegan atau scene dalam cerita yang menyimpang, semua detil digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan cerita.
Karena itu, jika kita sudah meniatkan dan mengunci tujuan kita kepada sesuatu yang positif bagi diri kita dan lingkungan, maka sudah pasti semua bagian diri kita akan mengarah ke sana. Hal ini sejalan dengan prinsip ‘positive image, positive action’. Sesuatu yang kita niatkan akan membentuk gambaran ketercapaian tujuan di benak kita. Selanjutnya seluruh energi akan mengarah ke sana. Karena itu, kuatkan niat dan niatkan untuk hal yang positif bagi diri dan lingkungan. Fokus kekuatan diri disatukan oleh niat kita.
Semoga bermanfaat.
Sudahkah niat kita tertata dan dikuatkan untuk tujuan yang positif bagi diri dan lingkungan?