Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
August 14, 2023 . by rudicahyo . in Inspirasi (Insert), Psikologi Populer . 0 Comments
Cara Mengatasi Tekanan Fight Flight atau Flow Mana yang Efektif?
Setiap orang pasti diliputi dengan kelapangan dan kesulitan dalam menjalani kehidupan. Hanya saja, apakah kita akan bertarung untuk menghadapi, berlari untuk menghindari, atau biarkan saja semuanya untuk dujalani? Diantara strategi melawan, menghindar, atau menjalani, mana yang lebih efektif?
Setiap hari kita disuguhi berbagai aktivitas, baik yang kita senangi maupun yang hanya karena kewajiban kita tergerak untuk melakukan. Keduanya memndatangkan efek emosional yang berbeda. Ketika menjalani aktivitas yang kita senangi, pasti kita akan bisa menikmati, tanpa tekanan. Ini berbeda ketika kita menjalankan aktivitas yang didasari keterpaksaan, lebih parah lagi jika kita membenci aktivitas tersebut.Β Coba ingat kembali semua aktivitas Kamu, apakah banyak yang Kamu senangi atau yang justru Kamu benci?
Bagaimanapun juga, semua aktivitas itu ada di sekitar kita. Sebagian di antaranya harus kita jalani. Karena itu, kita selalu disuguhi dengan berbagai tekanan dan berbagai kelapangan. Untuk kali ini kita akan khusus membahas tentang cara menghadapi tekanan.
Bagaimana Cara Mengatasi Tekanan?
Sebagaimana mungkin sudah pernah kita tahu, bahwa kita bisa menghadapi tekanan dengan cara melawan atau menghadapinya, namun bisa juga dengan cara menghindarinya. Dua strategi menghadapi teknanan ini disebut dengan fight (melawan) dan flight (menghindar). Setiadaknya dua cara ini yang umum dilakukan sebagai pilihan.
Pilihan melawan dan menghindar ini bersifat bebas dan tidak harus dilabeli dengan nilai positif dan negatif. Mungkin kita sering mendengar bahwa orang yang melawan atau menghadapi disebut jagoan, sedangkan yang menghindar disebut cemen. Tidak demikian. Setiap tindakan yang kita lakukan tentunya didasari oleh perhitungan. Semua perhitungan yang kita buat, tidak lain adalah untuk menjamin keberlangsungan kesejahteraan ego. Ego inilah yang perlu kita lindungi dari rasa tertekan dan tidak nyaman. Cara melawan dan menghindar tidak masalah dilakukan, selama bisa menjaga kesejahteraan ego. Hanya saja, label jagoan dan pecundang sering kali membuat kita justru tertekan ketika memilih menghindar.
Baca juga artikel ini:
Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
Cara Kerja Akal Mengerem Reaksi Emosional dalam Mengatasi Masalah
Pendidikan Karakter dan Kebahagiaan Murid
Memilih melawan atau menghindar adalah sebuah seni. Artinya, meskipun menghindar memiliki efektivitas, tidak selalu melulu kita harus menghindar dari tekanan. Kita tidak akan belajar untuk melawan jika melulu menghindari tantangan. Begitu juga dengan melawan. Melawan juga dibutuhakn perhitungan yang matang, karena pada akhirnya kita harus menjamin ego kita dalam kondisi baik dan semakin membaik. Jika perlawanan dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ego kita, maka lebih baik jika kita melawan. Begitu juga sebaliknya, pilihan untuk berhenti, mengamati, bahkan menghindari, juga bisa menjadi pilihan yang tepat jika dirasa pilihan tersebut adalah yang terbaik.
Dalam melakukan strategi melawan atau menghindar, tentunya setiap orang punya keterampilan yang berbeda. Istilah keterampilan di sini berarti kita harus bisa menakar, kapan saat melawan dan kapan waktunya menghindar. Namun keduanya memang tidak akan menjamin fisik, pikiran, dan hati kita terbebas dari kelelahan. Baik melawan maupun menghindar sama-sama membutuhkan energi. Kita tidak mungkin menghindari tantangan dengan seratus persen terbebas dari bayang-bayang masalahnya. Karena itu, menghindar tetap membutuhkan energi utnuk menepis dan menghindari bayang-bayang persoalan. Begitu juga dengan melawan, sudah pasti membutuhkan energi untuk melakukannya.
Saat menghadapi kelelahan karena strategi melawan dan menghindar, maka bukan berarti kita berada dalam jalan buntu tanpa pilihan. Kita masih memiliki satu cara lagi, yaitu flow alias mengalir. Dengan cara ini, kita lebih memilih untuk menjalani, tanpa bertahan, tanpa melawan, dan tentu saja tidak menghindari. Kita menjalani tantangan tanpa complaint (keluhan). Kita menerima masalah, tekanan, tantangan, hanya sebagai bagian dari kehidupan, sebagaimana aktivitas yang lain pada umumnya. Kita Menjadikan tantangan itu sebagai bagian dari takdir kehidupan yang harus diterima dan dijalani. Kita ndak terlalu peduli, apakah perasaan yang ditimbulkan dari menjalani itu adalah senang, sedih, sakit, kesal, benci dan sebagainya. Dengan kata lain, kita menganggap segala rasa yang ditimbulkan dari menjalani itu juga sebagai konsekuensi yang biasa, hal alamiah yang perlu dirasakan. Hanya itu saja. Kita tidak menghadapi tantangan sebagai lawan, namun sebagai sesuatu yang netral, alamiah, sebagai teman biasa yang perlu dipergauli. Rasakan saja, tidak perlu dilawan. Ini seperti yang dikatakan Eko Kuntadi, “Lemesin aja!”.
Dari ketiga pilihan strategi menghadapi tekanan, yaitu fight, flight, atau flow, mana yang seirng kamu lakukan? Mana yang menurutmu cocok atau efektif untuk Kamu?
Artikel tentang Inspirasi (Insert), Psikologi Populer Lainnya:
- Cerita: Kaus Kaki Bolong
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Apa yang Melemahkan Determinasi Diri dalam Membuat Keputusan?
- Menyatunya Hablum Minallah dan Hablum Minannas
- Fixed Mindset dan Growth Mindset, yang Manakah Dirimu?
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Bagaimana Menjadi Produktif? Begini Prinsipnya
- Need Sebagai Motif dalam Hierarkhi Kebutuhan Maslow
- Menyikapi Hidup seperti Anak-anak
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Video Mesum BEREDAR Lagi, Inikah Sifat Alamiah RAHASIA?
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Jadilah Optimis seperti Anak-Anak
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- Melalui Cobaan, Kita Lebih Mudah Mengenali Diri Sendiri
- Pentingnya Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Belajar dari Moana, Berani Melampaui Ketidakpastian
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Mengubah Keburukan Menjadi Kebaikan adalah Menciptakan Resonansi
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- Kenapa Anak Lebih Suka Membaca atau Mengoperasikan Angka?
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Penularan Kebaikan dan Keburukan untuk Diri Sendiri
- 3 Hal yang Menguatkan Nafsu dan Menumpulkan Akal
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- Pergantian Tahun bukan Pergantian Tuhan
- Niat Baik Meningkatkan Nilai Perkataan dan Perbuatan
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Hijrah Membutuhkan Konsistensi
- Manusia Dikendalikan Sistem Ciptaannya?
- Bergerak dari Zona Masalah ke Zona Solusi
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- CARA MUDAH Manajemen Waktu dalam Menghadapi Deadline
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Krisis Jati Diri, Pangkal dari Semua Krisis
- Ingin Memiliki Daya Saing? Jadilah Diri yang Original
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Persepsi Tanpa Komunikasi Bisa Menjadi Prasangka
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Mengelola Dampak Adiksi Gadget pada Anak
- Keluhan Dapat Menurunkan Kekebalan
- Cara Mengatasi Godaan Ikhlas
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Tiga Cara Meningkatkan Motivasi dari Dalam Diri
- Corona, Perpecahan Keyakinan yang Melelahkan dan Melemahkan
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Reaksi Spontan Atas Ketidaknyamanan Dapat Membentuk Pribadi Kita
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Selalu Ada Jalan untuk Segala Keruwetan Hidup Asalkan Lakukan Hal Ini
- Tak Ada yang Sulit Jika Ada Kemauan Belajar
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Work-Life Balance Apakah Sebuah Fatamorgana?
- Cerita: Menolong Nubi
- Now and Here, Cita-Cita Tak Sampai
- Bagaimana #senja Bisa Menjadi Sumber Kebahagiaan?
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Agar Nikmat Melimpah, Kita Membutuhkan Rasa Syukur yang Sesungguhnya
- Ketika Tidak Dipercaya, Bagaimana Cara Menciptakan Perubahan?
- Menyiasati Ruang dan Waktu untuk Produktivitas
- Paradoxical Intention, Terapi Diri dengan Menertawakan Rasa Sakit
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Bagaimana Pola Ketergantungan Terbentuk?
- Makna Resolusi Bersifat Tipikal bagi Setiap Orang
- Apakah Kita Benar-Benar Memiliki 'Me Time'?