Apakah Sigmund Freud Sex Oriented?
April 5, 2014 . by rudicahyo . in Psikologi Populer . 0 Comments
Sudah kenal Sigmund Freud? Apa yang Kamu kenal dari tokoh psikologi satu ini? Iya, banyak orang mengatakan bahwa Freud itu sex oriented, terlalu berorientasi kepada seks ketika memandang manusia dengan perkembangannya.
Sebelumnya aku sudah menulis beberapa judul sehubungan dengan Psikoanalisa dari Sigmund Freud, diantaranya “Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud”, “Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud”, dan “Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud”. Sebenarnya ada yang lebih penting sebagai dasar, sebelum mempelajari berbagai hasil pemikiran tersebut, yaitu persepsi kita terhadap teorinya yang kebanyakan orang menyebutnya dengan pan seksual atau sex oriented.
Untuk menuliskan bagian yang sangat fundamental tentang psikoanalisa atau psikoseksual Freud tersebut, ada kesulitan yang besar. Freud ini rumit sekaligus menciptakan teori yang rumit. Memang tokoh yang satu ini (selain Darwin dan Einstein) tercatat sebagai salah satu tokoh genial yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan. Selain itu, juga dibutuhkan empati tingkat tinggi terhadap Freud untuk mengintepretasikan teorinya. Karena itulah, aku cuma berhasil menuliskan teorinya seperti yang sudah sering kita tahu, sebagaimana tiga judul artikel yang aku sebutkan sebelumnya.
Kebetulan kemarin aku diundang untuk talkshow sex education di sebuah SMA negeri di Surabaya. Saat itulah begitu saja aku berbicara tentang perkembangan dan persoalan remaja sehubungan dengan seks. Ternyata mengalir begitu saja, aku menggunakan cara Freud berpikir tentang seks. Karena itulah tulisan ini ada.
Sebenarnya, mungkin ada banyak yang menjadi big questions tentang psikoanalisa dan Freud ini. Namun kali ini kita akan bahas tentang sesuatu yang mendasar tentang Psikoanalisa dan yang biasanya juga menjadi buah bibir, baik yang sudah berkecimpung di bidang psikologi maupun yang awam dengan psikologi. Apa itu? Ya, tentang pandangan Freud tentang seks. Kita akan bahas tentang energi seks atau libido. Dan satu lagi kita akan bahas tentang perkembangan psikoseksual di tulisan yang akan datang.
Yang paling khas dari psikoanalisa Freud dan sering dibilang kontroversial adalah pandangannya yang sex oriented. Setidaknya seperti itulah orang memandang Freud. Kamu mungkin tidak asing dengan energi seks atau libido. Mungkin kita memandang aneh dengan pandangan Freud yang meyakini bahwa perilaku atau performa kita digerakkan oleh energi seks. Sepertinya orang ini terlalu mengada-ada. Bahkan buah pikirnya ini dianggap aneh oleh kalangan medis (Freud adalah seorang dokter).
Begitulah Freud, begitu imajinatif. Karena itulah, jika dibandingkan dengan murid-muridnya yang sama-sama berada dalam kelompok psikodinamika, teorinya begitu terasa dalamnya. Pengalaman pribadi Freud memang banyak dihadapkan dengan dikotomi yang kemudian menjadi konflik-konflik, misalnya perasaan cinta dan beci kepada Wina (Ibu Kota Austria sekarang). Membenci orang Wina yang borjuis, tetapi enggan meninggalkannya. Kehidupan para perempuan yang anggun dihadapkan pada perkembangan pelacuran yang merajalela. Sementara itu Freud sendiri adalah anak sulung yang lebih suka sendiri dan diistimewakan oleh ibunya. Problem dualisme kelekatan dan sinisme dalam diri Freud ini turut membentuk pribadinya yang kemudian juga mempengaruhi buah karyanya kemudian.
Terlepas dari kehidupan peribadinya, mari kita kembali kepada energi seksual. Freud percaya bahwa dorongan yang menggerakkan diri kita berasal dari energi seksual atau libido. Artinya, perilaku makan, minum, bekerja dan sebagainya, sebenarnya digerakkan oleh energi seksual.
Mungkin kita berpikir bahwa energi seksual adalah dorongan untuk berhubungan intim. Freud mencoba mengangkat apa yang dipandang tabu ini ke permukaan. Freud memperluas pandangannya tentang dorongan seks. Sementara orang kebanyakan (yang memandang tabu tentang seks) berpandangan bahwa seks itu adalah hubungan intim antara lawan jenis, Freud meyakini bahwa energi seksual adalah dorongan yang diteruskan ke seluruh organ atau bagian tubuh kita.
Hanya saja, setiap tahap perkembangan dalam kehidupan kita, memiliki organ atau zona erotis tertentu. Jika dorongan seksual itu diteruskan ke zona erotis tersebut, maka wujud perilakunya akan berbeda. Misalnya saja, dorongan seksual yang disalurkan ke mulut (fase oral), akan memunculkan hasrat untuk makan, menggigit, atau menghisap. Aku menghubungkan hal ini dengan struktur zona erotik itu sendiri. Struktur mulut yang terhubung dengan sistem pencernaan, akan memunculkan perilaku yang berhubungan dengan pengelolaan makanan. Karena itulah, perilaku yang muncul di mulut pastinya adalah makan, menggigit, dan menghisap. Freud meyakini, bahwa perilaku itu semua didorong oleh energi seks. Begitu juga dengan zona erotis lainnya, seperti anus atau alat kelamin (genital).
Kali ini cukuplah kita bahas tentang energi seksual, sekaligus mengajak orang yang mempelajari Freud untuk berempati dengan Freud beserta psikoanalisanya. Di tulisan yang akan datang, kita akan bahas tiap tahap perkembangan yang memiliki zona erotisnya masing-masing. Semoga bermanfaat.
Bagaimana pendapatmu tentang Psikoanalisa Freud ini, apakah Kamu juga berpikir bahwa Sigmund Freud sex oriented?
Artikel tentang Psikologi Populer Lainnya:
- Paradigma Berpikir Bisa Menjadi Candu
- Penting Diketahui Psikolog: Alur Asesmen dan Intervensi
- Pengalaman Kecil yang Menguatkan Hubungan dengan Pasangan
- Jika Sudah Punya Mimpi, Terus Diapakan?
- 5 Faktor Penghambat Psikologis dalam Memulai Bisnis
- Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmund Freud
- Belajar Pembentukan Perilaku dengan Observational Learning Bandura
- Senang dan Sedih juga Dipelajari
- Apa Dampak Berasumsi Negatif bagi Kesehatan Jiwa Kita?
- Penarikan Simpulan yang Sesat atas Diagnosis Psikologi
- Menjadi Bahagia dengan Membunuh Waktu. Bagaimana Caranya?
- Level Kerumitan Persoalan Psikologis
- 8 Dampak Ketagihan Gadget pada Anak
- Berkubang dengan Masalah atau Membudayakan Solusi?
- Kinerja Optimal dengan Menyiasati Aspek Kecepatan dan Ketelitian Kerja
- Kekerasan Seksual pada Anak di Mata Psikologi
- Ikigami (Death Notice), The Ultimate Limit, Eksistensi Diri Menjelang Kematian
- Apa Manfaat Mendengar Secara Aktif dan Empatik?
- Benarkah Televisi Menyebabkan Keterlambatan Berbicara?
- Bagaimana Seseorang Dapat Larut dalam Pekerjaan?
- Optimalisasi Internet Mengubah Struktur Ruang dan Waktu
- Hiper Realitas Media Sosial, Bagaimana Nasib Generasi Muda?
- Menumbuhkan Imunitas dengan Optimis dan Antusiasme
- Bagaimana Hierarchy of Needs Abraham Maslow Melihat Motif Berpuasa Kita?
- Dampak Individual dan Sosial dari Perfeksionisme
- 6 Prinsip Penyelarasan Tugas untuk Menjaga Motivasi di Masa Transisi
- Kronologi Proses Keluhan Mengebiri Solusi
- Riya' Meter, Sebuah Alat Penakar untuk Menyelamatkan Diri dari Pamer
- Peran Imajinasi di Tiga Area Penciptaan
- Selective Mutism, Jangan-jangan Anak Kita...
- Psikologi Humanistik: Dengan Teknologi, Belajar Dimanapun Bisa Dibagi
- Teori Belajar Operant Conditioning Skinner
- Pola Adaptasi dan Pembentukan Mental Kita
- Air Mata sebagai Emotional Release
- Karakteristik Anak Berdasarkan Kesukaannya Membaca atau Mengoperasikan Angka
- 5 Prinsip Pengelolaan Waktu Istirahat untuk Menghasilkan Tindakan Efektif
- Bagaimana Psikologi Menganalisa Mimpi?
- Bagaimana Mengelola Orang yang Bermasalah dengan Kita?
- Pola Perilaku Baru dalam Belajar Sebagai Dampak Teknologi Informasi
- Perbedaan antara Kebenaran dan Pembenaran
- Bagaimana Film Amazing Spiderman di Mata Psikologi?
- Simplifikasi: Persiapan Menjadi Tester Handal untuk Psikotes
- Sayangnya, Kehidupan Nyata Itu....
- Kesehatan Mental Di Tempat Kerja
- Tiga Pola Strategi Mewujudkan Disiplin Positif pada Anak
- Punya Banyak Waktu Luang? Hati-Hati dengan Bahaya Menganggur
- Memaksakan Cara Berpikir Orangtua dapat Melemahkan Imajinasi Anak
- Abnormalitas adalah Normalitas yang Diingkari
- Mencegah Kecemasan Akibat Over Antisipasi
- Hati-Hati, Persepsi Negatif Bisa Menguasaimu!
- Apa yang Membangun Keyakinan Diri (Self Determination) Kita?
- Bagaimana Melakukan Eksekusi Ide yang Jumlahnya Banyak?
- Memahami AKU sebagai Pondasi Menjalani Hidup
- KKN di Desa Penari, Antara Fakta dan Fiksi
- Pentingnya Memahami Term dan Definisi dalam Membuat Laporan Psikologi
- Ingin Merasa Bahagia dengan Aktivitas Kita? Hilangkan Variabel Waktu!
- Teori Belajar Behavioristik Edward Lee Thorndike
- Bentuk Tulisan untuk Meredakan Kegalauan
- Faktor Penguat Tingkat Kepercayaan Orang kepada Kita
- Hidayah Tak Datang dengan Mudah
- Kekuatan Pikiran Kita Dapat Membentuk Orang Lain
- Menjadi Orangtua Itu Sangat Intuitif. Percaya Sama Ahli Parenting?
- Tabula Rasa, Apakah Anak-Anak Sehelai Kertas Putih?
- Harmonisasi Pola Alamiah Diri dengan Pekerjaan
- Puasa Mengajari Kita Menunda Kenikmatan Sesaat
- Sekilas Cerita tentang Oedipus Complex
- Teori Motivasi dari Abraham Maslow
- Teori Perkembangan Moral Kohlberg
- Hati-Hati dengan Pembentukan Karakter oleh Teroris
- Kompleksitas Kehidupan Berawal dari Logika Geometri
- Ketika Suami Bilang, "Lebih Cantik Istriku", Percaya?
- Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky
- Perbedaan Hadiah dan Hukuman
- Menguasai Emosi Orang Lain melalui Disonansi Kognitif
- Efek Akun Pencitraan Buat Pemiliknya
- Personal Well Being, Apa dan Bagaimana?
- Motif Mempengaruhi Loyalitas
- 5 Situasi yang Memudahkan Mengenali Diri Sendiri
- 3 Cara Memfokuskan Kekuatan Diri
- 5 Cara Menciptakan Atmosfir yang Berenergi
- Bagaimana Memelihara Imajinasi Anak Tetap Menyala?
- Mekanisme Pertahanan Ego dalam Psikoanalisa Freud
- Pekerjaan atau Anak?
- 5 Langkah Detoksifikasi Kecanduan Pornografi
- Daily Parenting, Rugi Jika Tak Memiliki Buku Ini
- Proses Pembentukan Pribadi Pengeluh
- Hilangnya 3 Hal yang Menjauhkan Diri dari Kebahagiaan
- Belajar Prinsip Hidup dari Film The Fan
- 6 Pelajaran Kompleksitas Emosi dari Film Inside Out
- Bersujud adalah Obat Psikologis yang Ampuh
- Sudut Pandang Psikologi: Pembentukan Karakter di Film Joker
- Fokus Kekuatan Diri Dibentuk oleh Niat
- Ingin Membunuh Kreativitas Anak? Lakukan 5 Hal Berikut Ini!
- Kamu Menyebutnya Kesadaran
- Apa Perbedaan Berpikir Analitis dan Berpikir Kreatif?
- The Philoshophers (After The Dark), Sebuah Pertarungan 'Kepala' dan 'Hati'
- 5 Jurus Lepas dari Stagnasi
- Fokus kepada Kebahagiaan, Kunci Keberhasilan
- Apa Sumber Makna dalam Hidup Kita, Isi atau Bungkus?
- 7 Efek Tertawa dari Hati